Dua hari kerja, PMI Taiwan alami pelecehan seksual oleh pasien

28/05/2025 21:17(Diperbaharui 28/05/2025 21:17)

Untuk mengaktivasi layanantext-to-speech, mohon setujui kebijakan privasi di bawah ini terlebih dahulu

(Sumber Gambar : SBIPT)
(Sumber Gambar : SBIPT)

Taipei, 28 Mei (CNA) Setelah dua hari bekerja di Taiwan, seorang pekerja migran Indonesia (PMI) dicoba dilecehkan oleh pasien yang dijaganya, kata Serikat Buruh Pekerja Industri Perawatan Taiwan (SBIPT) yang mendampingi kasusnya.

CNA mencoba mendapatkan informasi kebenarannya melalui Fajar, ketua SBIPT. Ia membenarkan bahwa ada pelaporan yang masuk melalui serikatnya dari seorang PMI perempuan yang berdomisili di salah satu kota di wilayah utara Taiwan.

Fajar menegaskan kembali bahwa sebenarnya PMI tersebut mendapatkan pelecehan seksual setelah dua hari bekerja di rumah pasiennya. Hal itu tentu sangat menakutkan apalagi dalam keseharian hanya tinggal berdua sebab majikan bekerja dari pagi hingga malam hari.

Menurut keterangan Fajar, jenis pelecehan seksual tersebut adalah tindakan tidak senonoh yang dilakukan pasiennya dengan mengeluarkan alat kelamin dan meminta PMI perawatnya untuk memainkannya, yang tentu saja ditolak pekerja tersebut.

"PMI sudah melapor ke agensi, tetapi jawaban agensi membuatnya syok. Agensi tersebut berkata, 'Tidak apa-apa, namanya juga pasien, sabar saja masih baru beberapa hari perlu adaptasi,'" ujar Fajar menirukan pembicaraan agensi yang diungkapkan PMI tersebut.

Sang PMI pun melaporkan kejadian tersebut kepada SBIPT, yang kemudian mendampinginya seiring Fajar bergegas meminta pekerja tersebut membuat laporan ke saluran siaga 1955.

Sepekan kemudian, otoritas ketenagakerjaan kota setempat, bersama salah satu LSM Taiwan dan kepolisian, menjemput PMI dari rumah pasiennya dan membawanya ke "Shelter pemerintah," ujar Fajar menjelaskan.

Saat ini PMI sudah berada di shelter dan menunggu proses pergantian majikan serta langkah hukum atas kasus ini. Fajar mengingatkan bagi rekan-rekan PMI yang mempunyai permasalahan yang sama jangan ragu untuk konsultasi kepada serikatnya.

"Taiwan itu benar-benar ketat, harusnya informasi mengenai pelaporan pelecehan seksual itu tidak untuk PMI saja, melainkan juga untuk agensi dan majikan. Jadi, kalau ada PMI yang melapor, tidak ada namanya agensi yang bilang itu (pelecehan seksual) adalah hal biasa. Ini masalah serius," kata Fajar.

(Oleh Miralux)

Selesai/JC

How mattresses could solve hunger
0:00
/
0:00
Kami menghargai privasi Anda.
Fokus Taiwan (CNA) menggunakan teknologi pelacakan untuk memberikan pengalaman membaca yang lebih baik, namun juga menghormati privasi pembaca. Klik di sini untuk mengetahui lebih lanjut tentang kebijakan privasi Fokus Taiwan. Jika Anda menutup tautan ini, berarti Anda setuju dengan kebijakan ini.
Diterjemahkan oleh AI, disunting oleh editor Indonesia profesional.