Warga Taiwan dilarang donor darah setelah makan permen karet ganja di Thailand

29/05/2025 13:37(Diperbaharui 29/05/2025 13:37)

Untuk mengaktivasi layanantext-to-speech, mohon setujui kebijakan privasi di bawah ini terlebih dahulu

Ruang Donor Darah Zhongxiao Taipei. (Sumber Foto : Dokumentasi CNA)
Ruang Donor Darah Zhongxiao Taipei. (Sumber Foto : Dokumentasi CNA)

Taipei, 29 Mei (CNA) Warga negara Taiwan yang mengonsumsi permen ganja saat berada di Thailand dilarang donor darah secara permanen, karena ganja masih diklasifikasikan sebagai narkotika golongan dua di Taiwan, kata Direktorat Jenderal Pengawas Obat dan Makanan Taiwan (TFDA) pada Selasa (27/5).

Menurut laporan media lokal CTWANT pada Senin, individu tersebut, yang tidak disebutkan jenis kelaminnya, membagikan pengalamannya di platform Threads, mengaku mencoba permen ganja karena rasa ingin tahu saat berkunjung ke Thailand tahun lalu, dan tidak menyangka hal itu akan membuatnya dilarang donor darah seumur hidup.

Ketika ditanya bagaimana pusat donor darah mengetahui konsumsi ganja tersebut, individu itu menjawab bahwa sebelum donor, pendonor akan ditanya mengenai riwayat kesehatan dan penggunaan narkotika, dan ia menjawab dengan jujur. 

"Saya pikir menggunakan ganja hanya akan membuat saya dilarang donor darah selama satu atau dua tahun... Tapi karena ganja ilegal di Taiwan, hukum menganggap ada risiko kecanduan atau penggunaan berulang, jadi saya ditandai sebagai tidak memenuhi syarat secara permanen untuk donor darah," kutip laporan tersebut.

Menanggapi diskusi publik seputar kriteria donor darah di Taiwan yang dipicu oleh unggahan tersebut, Wakil Direktur Jenderal TFDA Wang Der-yuan (王德原) mengatakan kepada CNA pada Selasa bahwa keputusan itu berdasarkan Peraturan Kesehatan Pendonor Darah di Taiwan.

Berdasarkan Pasal 5 Ayat 3 peraturan tersebut, setiap orang dengan riwayat penggunaan narkotika secara otomatis dilarang donor darah secara permanen.

Mengacu pada Undang-Undang Pencegahan Bahaya Narkotika, narkotika diklasifikasikan dalam empat golongan berdasarkan tingkat kecanduan, penyalahgunaan, dan bahayanya terhadap masyarakat. Ganja, bersama zat lain seperti opium dan amfetamin, masuk dalam golongan dua.

Menurut siaran pers dari Biro Investigasi Kementerian Kehakiman tahun lalu, ganja mengandung lebih dari 65 senyawa alkaloid, dengan dua komponen utama yaitu THC (tetrahidrokanabinol) dan CBD (kanabidiol). THC diketahui memengaruhi sistem saraf pusat manusia dan dapat menyebabkan ketergantungan fisik dan gangguan psikiatri.

Di Taiwan, produk yang mengandung THC lebih dari 10 bagian per sejuta (ppm) dikategorikan sebagai narkotika golongan dua. Wang menyebut bahwa ambang batas ini sangat rendah jika dibandingkan dengan standar di luar negeri.

Sebagai perbandingan, Badan Pengawas Minuman Keras dan Ganja Negara Bagian Washington, AS menetapkan bahwa satu porsi makanan mengandung maksimal 10 mg THC, dan jika satu permen ganja seberat 5 gram mengandung 5 mg THC, maka konsentrasinya sekitar 1.000 ppm — jauh melebihi batas legal di Taiwan.

Dengan demikian, meski ganja legal di Thailand, konsumsi produk tersebut tetap memiliki konsekuensi hukum di Taiwan, termasuk larangan permanen untuk donor darah.

(Oleh Shen Pei-yao, Tzeng Yi-ning, Sunny Lai, dan Jennifer Aurelia)  

>Versi Bahasa Inggris

Selesai/IF

How mattresses could solve hunger
0:00
/
0:00
Kami menghargai privasi Anda.
Fokus Taiwan (CNA) menggunakan teknologi pelacakan untuk memberikan pengalaman membaca yang lebih baik, namun juga menghormati privasi pembaca. Klik di sini untuk mengetahui lebih lanjut tentang kebijakan privasi Fokus Taiwan. Jika Anda menutup tautan ini, berarti Anda setuju dengan kebijakan ini.
Diterjemahkan oleh AI, disunting oleh editor Indonesia profesional.