Taipei, 29 Apr. (CNA) Seorang pekerja migran Indonesia (PMI), dengan nama samaran Nani, yang bekerja di Tainan tertipu tawaran pembukaan rekening Bank Negara Indonesia (BNI) secara online (daring), di mana uang senilai NT$199.200 (Rp103,5 juta) raib setelah ditransfer menggunakan barcode melalui salah satu minimarket di Taiwan.
Ketua Gabungan Tenaga Kerja Bersolidaritas (GANAS), Fajar sebagai pihak yang mengadvokasi menyebut korban kemungkinan dihipnotis.
Mulanya, kata GANAS, Nani berniat menabung di salah satu bank Indonesia. Ia pun memilih BNI, setelah menemukan satu unggahan di media sosial. Nani lantas menghubungi akun media sosial itu dan diarahkan cara buka rekening secara online.
Sayang setelah semua persyaratan terpenuhi ia baru menyadari akun media sosial bank tersebut palsu, tulis laporan GANAS di medsosnya.
Setelah merasa tertipu, ia mengeluarkan curahan hatinya di salah satu grup media sosial. Namun, dia tidak menyangka bahwa curhatnya justru berujung terjebak pada kerugian yang makin besar, tulis rilis pers GANAS.
Menurut GANAS, salah satu orang yang membaca curhatnya di media sosial menghubung Nani melalui pesan pribadinya dan mengatakan bahwa orang tersebut bisa mengenalkan salah satu staf bank yang dipastikan bisa membantunya.
Kemudian, seperti modus yang sering terjadi selama ini, paksaan dengan menggunakan bahasa yang seolah-olah berkelas meyakinkan Nani. Mulai dari cara buka akun, menghapus data dan sebagainya seperti kalimat yang sering dipakai para sindikat. Ditambah lagi biaya admin, menurut keterangan GANAS.
Entah kenapa Nani seolah tidak sadar, bahkan keluarganya pun juga merasa bahwa Nani harus menurut semua apa yang diinginkan sindikat tersebut. Akhirnya, total uang yang dikeluarkan Nani mencapai NT$199.000, barulah Nani kemudian menyadari bahwa itu tidak benar dan kemudian lapor polisi, rilis GANAS.
Saat dihubungi CNA mengenai penjelasan peritiwa ini, Fajar mengatakan bahwa kejadian tersebut sudah lama, tetapi Nani baru sadar setelah berbulan-bulan. Pada 20 April, tim GANAS mengundang Nani untuk bertemu bersama di Taipei. Nani pun baru tersadar sepenuhnya dan kembali menangis ketika Fajar menepuk pundaknya dan merangkulnya.
Fajar pun berpesan pada rekan-rekan PMI agar dapat belajar dengan memperluas pengetahuan tentang modus penipuan online melalui informasi dari grup terpercaya, seperti bergabung dengan organisasi ketenagakerjaan, mengikuti berita yang bersifat informatif agar menambah wawasan.
“Jika ada korban yang berani berbicara di medsos, jangan dirundung (bully) tapi beri dukungan agar berani melaporkan ke pihak yang berwenang,” ujar Fajar.
Ia pun menyambung pesannya agar PMI tetap waspada seraya berdoa.
“Ingat korban dari pekerja migran rata-rata justru yang aktif di media sosial dan religius, tetapi minim literasi sehingga rentan menjadi korban,” tambah Fajar.
Fajar pun menuturkan bahwa pihaknya mendapat pengaduan penipuan sebanyak empat orang. Satu mengenai penipuan layanan BNI, dua orang terkena penipuan asmara (love scammer), dan satu orang penipuan pinjol (pinjaman online).
Agung Wardhana, perwakilan BNI di Taiwan kepada CNA menjelaskan pembukaan rekening BNI secara online hanya bisa dilakukan melalui aplikasi BNI Mobile Banking dan aplikasi Wondr by BNI.
“BNI tidak pernah melayani pembukaan rekening melalui aplikasi percakapan seperti LINE, WhatsApp, atau Facebook Messenger. BNI tidak pernah melayani pembukaan rekening secara langsung di Taiwan, pembukaan rekening BNI di Taiwan hanya melalui authorized agent yang ditunjuk BNI di Taiwan,” ujarnya.
Agung mengingatkan, untuk seluruh nasabah BNI yang ada di Taiwan, mohon agar dapat lebih berhati-hati atas tawaran pembukaan rekening, pinjaman atau pengiriman uang ke Indonesia yang mengatasnamakan bank BNI.
“Teman-teman dapat menghubungi official LINE kami dengan username @bnitaiwan untuk semua pertanyaan terkait dengan layanan BNI di Taiwan. Teman-teman juga dapat bertemu BNI secara langsung setiap hari Rabu dan Minggu di Toko Indosuara Taipei City Mall (Taipei Main Station) underground mall Y24,” jelas Agung.
Selesai/IF