Buku karya pejuang kanker Taiwan diluncurkan dalam bahasa Indonesia, hasil penjualan disumbangkan

12/04/2025 13:09(Diperbaharui 12/04/2025 13:09)

Untuk mengaktivasi layanantext-to-speech, mohon setujui kebijakan privasi di bawah ini terlebih dahulu

Karya penyair Taiwan Chou Ta-kuan, "Saya Masih Punya Satu Kaki". (Sumber Foto : CTK)
Karya penyair Taiwan Chou Ta-kuan, "Saya Masih Punya Satu Kaki". (Sumber Foto : CTK)

New Taipei, 12 Apr. (CNA) Karya terakhir penyair muda pejuang kanker Taiwan Chou Ta-kuan (周大觀), "Saya Masih Punya Satu Kaki" (我還有一隻腳) baru-baru ini telah diluncurkan dalam bahasa Indonesia, dengan hasil penjualan buku secara amal akan disumbangkan, kata Chou Ta-Kuan Cultural and Educational Foundation (CTK).

CTK dalam sebuah rilis pers baru-baru ini menyebutkan bahwa karya yang telah diterjemahkan ke berbagai bahasa tersebut telah terjual lebih dari 17,32 juta eksemplar secara global, dan hasil penjualan amalnya telah bermanfaat bagi lebih dari 350.000 anak penderita kanker dari kalangan kurang mampu.

Yayasan menyampaikan bahwa pada awal April, pendiri CTK, Chou Chin-hua (周進華), bersama pendiri Beijing Changier Education Foundation, Zhang Yin-jun (張銀俊) untuk pertama kalinya bekerja sama dalam kegiatan amal lintas selat ke sebuah dojo karate bagi pengungsi di Kabupaten Bogor.

Baca juga: Yayasan Taiwan dan Tiongkok semangati pengungsi di Indonesia

CTK juga mengunjungi penerima Penghargaan Medali Cinta Kehidupan Global ke-27 tahun 2024, sepasang saudari kembar asal Indonesia, Sri Rossyati dan Sri Irianingsih, yang mendirikan sekolah amal di Jakarta dan telah mengoperasikannya selama lebih dari 34 tahun. 

Sekolah tersebut telah memberikan kesempatan belajar bagi lebih dari seribu anak dari jenjang SD hingga SMA, kata CTK, yang memberikan pengakuan karena semangat mereka dalam mengelola pendidikan.

Baca juga: Buka sekolah gratis untuk fakir miskin, Yayasan CTK beri penghargaan ke ibu guru kembar Indonesia

Yayasan tersebut menambahkan bahwa hasil penjualan amal akan disumbangkan kepada Sekolah Darurat Kartini, Cisarua Refugee Shotokan Karate Club, dan beberapa lokasi lainnya yang menampung anak-anak miskin, pengungsi, serta penderita kanker di Indonesia.

CTK didirikan pada 1997 oleh kedua orang tua Chou Ta-kuan bersama para dermawan dari berbagai negara, dan bertujuan untuk mewujudkan cita-cita mendiang, seorang penyair muda penderita kanker, yang ingin menyebarkan semangat "Mencintai kehidupan dan hidup dengan bahagia," kata yayasan tersebut.

(Oleh Jason Cahyadi)

Selesai/IF

How mattresses could solve hunger
0:00
/
0:00
Kami menghargai privasi Anda.
Fokus Taiwan (CNA) menggunakan teknologi pelacakan untuk memberikan pengalaman membaca yang lebih baik, namun juga menghormati privasi pembaca. Klik di sini untuk mengetahui lebih lanjut tentang kebijakan privasi Fokus Taiwan. Jika Anda menutup tautan ini, berarti Anda setuju dengan kebijakan ini.
Diterjemahkan oleh AI, disunting oleh editor Indonesia profesional.