Taipei, 3 Jan. (CNA) McDonald's Taiwan pada Kamis (2/1) menyampaikan permintaan maaf kepada keluarga mantan pegawai, seorang remaja berusia 17 tahun yang bunuh diri pada November lalu setelah diduga dipaksa berhubungan seksual oleh supervisor di restoran cepat saji tersebut selama lebih dari setahun.
"Dalam insiden ini, kami gagal mengambil tindakan pencegahan sebelum terjadi, dan penanganan yang kami lakukan tidak tepat waktu maupun komprehensif," demikian pernyataan McDonald's Taiwan dalam sebuah pernyataan media.
"McDonald's Taiwan sekali lagi menyampaikan permintaan maaf se-tulusnya kepada korban dan keluarganya," lanjut pernyataan tersebut.
Dalam pernyataannya, perusahaan makanan cepat saji tersebut mengatakan bahwa mereka tidak memiliki "Motif atau niat untuk memengaruhi" investigasi yang mereka lakukan setelah karyawan remaja tersebut membuat tuduhan terhadap supervisornya pada Maret 2024.
Pernyataan perusahaan tersebut keluar beberapa jam setelah ayah mantan karyawan McDonald's yang meninggal mengeluh bahwa perusahaan tersebut belum meminta maaf kepada keluarganya.
Berbicara dalam konferensi pers yang diadakan di Legislatif Taiwan oleh Nuan Nuan Sunshine Association, kelompok pendukung korban kekerasan seksual, ayah korban menyatakan perusahaan baru menghubunginya pada 26 Desember untuk menawarkan bantuan psikologis.
"Anak saya sudah meninggal, dan baru sekarang [McDonald's] bertanya apakah kami butuh psikolog?" kata sang ayah kepada para wartawan.
Ia juga menyampaikan kekecewaan atas kunjungan rumah oleh HR dan manajer cabang McDonald's pada 16 Desember. "Mereka berbicara hampir satu jam tetapi tidak meminta maaf atau mengucapkan 'maaf' sekalipun," ujarnya.
Dalam konferensi pers yang sama, Chen Cheng-lung (陳政隆), kepala pengembangan di Awakening Foundation, organisasi yang mendukung hak perempuan, mengatakan bahwa "Otoritas terkait harus membangun mekanisme proaktif untuk pengawasan yang tepat waktu" terhadap laporan pelecehan atau kekerasan seksual.
Lee Chia-ting (李佳庭) dari Yoshi Care Association, LSM yang fokus membantu kelompok kurang mampu, menyatakan McDonald's seharusnya menyediakan dukungan psikologis sejak menerima laporan pelecehan seksual pada Maret, bukan setelah investigasi selesai atau "Bahkan setelah korban meninggal."
Pada 25 Desember, Departemen Tenaga Kerja Kota Taipei memerintahkan McDonald's membayar denda sebesar NT$1 juta (Rp493,2 juta) karena melanggar undang-undang kesetaraan gender terkait penanganan "Pengaduan pelecehan seksual" yang diajukan korban pada Maret tahun lalu.
Baca juga: McDonald's didenda NT$1 juta atas penanganan kasus pelecehan seksual
McDonald's mengatakan bahwa mereka telah memecat supervisor tersebut pada Mei. Kasus tersebut diserahkan kepada kejaksaan pada bulan itu, kata polisi Taipei.
Selesai/IF