WAWANCARA /ABK Taitung jaga tali kapal bergantian saat Taifun Kong-rey melanda, sempat ada yang tercebur

31/10/2024 19:59(Diperbaharui 01/11/2024 00:10)

Untuk mengaktivasi layanantext-to-speech, mohon setujui kebijakan privasi di bawah ini terlebih dahulu

Suasana Pelabuhan Perikanan Xiaogang di Taitung saat Muslimin sedang menjaga tali kapal. (Sumber Foto : Muslimin)
Suasana Pelabuhan Perikanan Xiaogang di Taitung saat Muslimin sedang menjaga tali kapal. (Sumber Foto : Muslimin)

Oleh Miralux, reporter staf CNA

“Ya Allah parengono selamat ya Allah, kaya ngene cuacane ya Allah. (Ya Allah berikan keselamatan, seperti ini cuacanya ya Allah) Allahu Akbar...Allahu Akbar.” Begitulah suara dari unggahan video yang kami dapatkan di facebook salah seorang anak buah kapal (ABK) yang berada di Taitung. CNA pun menghubungi pemilik video tersebut, di mana ia sedang menjaga tali kapal.

Muslimin (30) yang bekerja di Pelabuhan Perikanan Xiaogang di Taitung kepada CNA menuturkan bahwa ia bersama ketiga temannya yang adalah orang Indonesia dan dua orang Taiwan lainnya, termasuk majikannya, berada di kapal saat Taifun Kong-rey tiba pada Kamis (31/10).

Sebelumnya, mata Taifun Kong-rey mendarat di Desa Chenggong, Kabupaten Taitung di Taiwan timur pada pukul 1.40 siang Kamis, menurut Direktorat Jenderal Cuaca Pusat (CWA). 

Saat dihubungi CNA pada Kamis sore, Muslimin menjelaskan bahwa saat mata taifun mendarat di Taitung, ia sedang bertugas menjaga tali kapal agar tidak terputus. Ia mengatakan bahwa selama taifun datang, ia harus bergantian berjaga dengan teman-temannya yang lain selama dua jam untuk melihat tali kapal. 

“Pokoknya saya harus memastikan bahwa tali kapal itu dalam keadaan baik, aman jangan sampai terputus atau kapal terbawa arus,” ujar Muslimin.

Kepada CNA, Muslimin sempat menuturkan ketakutannya. Ia mengatakan saat menjaga kapal, yang ada di pikirannya adalah jangan sampai tali terputus, karena jika itu terjadi, kapal bisa terbawa arus terombang-ambing ke tengah laut.  

“Saat menjaga tali kapal, saya terus konsentrasi sambil menjaga tali dan istighfar. Anginnya sangat kencang dan hujan deras, tapi ini tugas, jadi saya tetap harus mengerjakannya,” ujar Muslimin yang sempat menjaga kapal dari pukul 10 pagi hingga 12 siang. 

Setelah dua jam, Muslimin akan kembali ke dalam kapal untuk mandi, makan, dan beristirahat, tambahnya. 

“Setelah dua jam, saya kedinginan jadi harus mandi, ganti pakaian kemudian majikan memanggil untuk makan dan istirahat. Begitulah seterusnya saat kami jaga. Saya pun sudah ada di kapal dari pukul 6 pagi hingga nanti malam,” ujarnya.

Kabar salah seorang ABK sempat tercebur ke laut

Di tengah-tengah percakapan dengan CNA, Muslimin mengabarkan bahwa ada seorang ABK Indonesia yang hilang saat menjaga tali kapal dan masih dalam pencarian. Selang beberapa jam, ia telah ditemukan, berada di bawah kapal dan berpengangan kepada tali. 

“Kami panggil dia Bagong. Untungnya dia bisa berenang. Saat jaga tali kapal, Bagong mengenakan sandal jepit yang licin, jadi dia terpeleset jatuh ke air. Untungnya ia berpegangan dengan tali-tali yang ada di bawah kapal. Sekarang sudah ketemu, alhamdulilah,” ujar Muslimin menceritakan kisah temannya.

Setelah mendengar kabar temannya sempat hilang tercebur ke laut, Muslimin mengatakan bahwa ia sempat ketakutan juga. Ia pun menuturkan pada CNA bahwa ia ingin keluar dari kapal dan ke daratan, tetapi dengan cuaca saat itu tidak memungkinkan.

Muslimin juga menceritakan bahwa ia sempat mendapat telepon dari Kadir, analis bidang ketenagakerjaan, setelah Kadir mendapat berita tentang hilangnya satu ABK yang jatuh ke laut. Kadir pun menasihati Muslimin agar ia tetap berada di kapal dan tidak keluar, demi keselamatannya.

“Saat seperti ini saya sempat kepikiran keluarga, orang tua yang saya tinggalkan. Saya sedih dan takut. Meskipun keluarga saya tidak tahu bagaimana sengsaranya pekerjaan saya di sini seperti apa,” ujar Muslimin yang telah bekerja sebagai ABK kapal tuna perikanan laut jauh di Taiwan selama delapan tahun ini.

Kepada CNA, Muslimin juga menuturkan bahwa menurut pengalamannya selama taifun, ABK memang seharusnya tetap berada di kapal untuk berjaga melihat tali kapal agar jangan sampai terputus.

Muslimin mengungkapkan ia bekerja di kapal CT 4 (kapal berbobot 100 ton) selama satu tahun ini di Xiaogang, Taitung. Sebelumnya ia bekerja di Donggang Pingtung. 

Saat ditanya mengenai pekerjaannya sehari-hari, Muslimin mengatakan bahwa selama tujuh hari ia berlayar ke laut, dan dua hari kembali ke daratan untuk istirahat.

Saat ditanya mengenai gaji dan keperluan lainnya selama berlayar, Muslimin mengatakan bahwa majikannya baik. Gajinya tidak pernah terlambat dan segala kebutuhan makanan dan lain-lain terpenuhi dengan baik, ujarnya.

Saat dihubungi CNA mengenai seorang ABK yang sempat hilang, Kadir mengatakan bahwa ia sempat memantau insiden tersebut dengan menghubungi Muslimin dan menanyakan perkembangan terbaru.

“Alhamdulilah sudah ketemu,” ujar Kadir.

Kadir pun memaparkan harapan yang sama seperti yang pernah ia ungkapkan saat Taifun Khraton melanda Taiwan pada awal Oktober. Ia mengungkapkan bahwa pihaknya sudah berulang kali menyampaikan imbauan agar tetap waspada demi keselamatan sebagai prioritas dalam menghadapi Taifun.

Mengenai keselamatan ABK yang bekerja di pelabuhan, Kadir menyarankan agar mereka dapat menyampaikan kepada majikan jika pekerjaan tersebut berisiko dan meminta untuk dievakuasi ke daratan.

Kadir merujuk pada penjelasan Amandemen Standar Penilaian Rencana Layanan Perawatan Pekerja Migran Direktorat Jenderal Pengembangan Tenaga Kerja, yang menyebutkan akomodasi ABK nelayan harus diikuti ketika pemerintah di semua tingkatan menerapkan langkah-langkah tanggap bencana, berdasarkan Undang-Undang Penanggulangan dan Penyelamatan Bencana.

Jika perintah evakuasi dikeluarkan di tempat kapal penangkap ikan berada, pekerja migran harus bekerja sama dengan pemerintah daerah atau pemberi kerja untuk tempat pemukiman sementara yang direncanakan, ujar Kadir.

Tempat pemukiman sementara yang disiapkan pemberi kerja harus memiliki tempat istirahat yang layak, fasilitas sanitasi, dan persediaan makanan yang memadai, tambahnya.

Menurut pernyataan yang sempat dikeluarkan Direktorat Jenderal Perikanan (FA), pemilik kapal yang membuat sejumlah ABK tetap berada di kapal saat taifun melanda bisa didenda hingga NT250.000 (Rp120,591 juta), jika tidak memenuhi ketentuan-ketentuan terkait.

Selesai/JC

How mattresses could solve hunger
0:00
/
0:00
Kami menghargai privasi Anda.
Fokus Taiwan (CNA) menggunakan teknologi pelacakan untuk memberikan pengalaman membaca yang lebih baik, namun juga menghormati privasi pembaca. Klik di sini untuk mengetahui lebih lanjut tentang kebijakan privasi Fokus Taiwan. Jika Anda menutup tautan ini, berarti Anda setuju dengan kebijakan ini.
Diterjemahkan oleh AI, disunting oleh editor Indonesia profesional.