Taipei, 19 Okt. (CNA) Straits Exchange Foundation (SEF) Taiwan pada Jumat (17/10) mendesak para pengikut agama I-Kuan Tao untuk menahan diri dari bepergian ke Tiongkok, dengan mengatakan bahwa 16 warga Taiwan, termasuk 11 penganut sekte Tao tersebut, telah ditahan di daratan Tiongkok dalam beberapa tahun terakhir di tengah pengetatan kontrol Beijing terhadap aktivitas keagamaan.
Peringatan tersebut disampaikan oleh Sekretaris Jenderal SEF Luo Wen-jia (羅文嘉) dalam jumpa pers rutin di Taipei, di mana ia mengatakan bahwa sejak 2019 hingga Oktober tahun ini, telah terjadi 14 kasus yang melibatkan 16 warga Taiwan yang ditahan di Tiongkok karena alasan agama.
Dari 16 orang tersebut, 11 adalah pengikut kelompok agama bernama I-Kuan Tao, yang berakar pada Taoisme, sementara sisanya terkait dengan agama lain termasuk Gereja Unifikasi dan Kristen, menurut SEF, sebuah badan semi-resmi yang bertanggung jawab mengelola pertukaran lintas selat antara Taiwan dan Tiongkok.
Satu pengikut I-Kuan Tao ditahan pada November 2019 dan sejak itu telah kembali ke Taiwan, sementara 10 lainnya ditahan antara Oktober 2024 dan Oktober 2025 dan belum kembali, kata Luo.
Di antara 10 orang yang ditahan dalam 12 bulan terakhir, Luo menjelaskan bagaimana beberapa di antaranya ditangkap oleh otoritas Tiongkok, termasuk tiga orang lanjut usia yang bepergian ke Provinsi Guangdong sebagai turis dan ditangkap setelah adanya laporan pada Oktober tahun lalu.
Ketiga tahanan tersebut, bermarga Chou (周), Chiang (江), dan Hsieh (謝), ditangkap dengan tuduhan "Mengorganisir dan berpraktik sebagai anggota sekte yang merusak penegakan hukum," kata Kantor Urusan Taiwan Tiongkok dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan Desember lalu.
Luo juga menyebutkan kasus pada bulan Juni di Guangdong yang melibatkan sepasang suami istri, keduanya pengikut I-Kuan Tao, yang telah lama berbisnis di Tiongkok dan kemudian digerebek serta ditahan.
Kasus terbaru, kata Luo, melibatkan seorang pebisnis Taiwan yang ditangkap di Provinsi Hainan pada bulan Oktober setelah bertahun-tahun berbisnis di Tiongkok, dengan barang-barang keagamaan yang disita.
Luo mengatakan mungkin ada kasus yang belum dilaporkan.
Ia mencatat bahwa 10 orang yang ditahan dalam setahun terakhir hanya menjalankan ajaran I-Kuan Tao dan tidak terlibat dalam aktivitas politik.
Ia mendesak para pengikut I-Kuan Tao dan penganut agama lain untuk menyadari risiko bepergian ke Tiongkok, dengan mengatakan bahwa tidak ada kebebasan beragama di bawah pemerintahan Partai Komunis Tiongkok (PKT).
I-Kuan Tao, juga dikenal sebagai Yiguandao, secara harfiah dapat diterjemahkan sebagai "Tao yang mempersatukan semua dengan yang satu," menurut Markas Besar Dunia I-Kuan Tao (WITH).
"Dasar I-Kuan Tao berakar pada tradisi Tiongkok, dengan ajaran yang menekankan nilai-nilai tradisional seperti keluarga, kehormatan, rasa hormat, dan kesederhanaan," kata WITH.
Selesai/ML