Taipei, 26 Agu. (CNA) Presiden Lai Ching-te (賴清德) hari Selasa (26/8) memuji kemajuan Taiwan dalam perlindungan hewan, dengan menyoroti pencapaian negara tersebut dalam mengakhiri eutanasia terhadap hewan liar, pada sebuah konferensi kesejahteraan hewan internasional di Taipei.
"Pemerintah pusat dan daerah kami terus bekerja sama dengan kelompok perlindungan hewan untuk mempromosikan kebijakan penangkapan-sterilisasi yang manusiawi guna mengurangi populasi hewan liar," kata Lai dalam sambutan pembukaannya di Konferensi Asia for Animals Coalition (AfA).
Lai mengenang bahwa sebelum masa jabatannya sebagai wali kota Tainan dari 2010 hingga 2017, lebih dari 12.000 hewan liar dieutanasia setiap tahun di kota selatan Taiwan tersebut.
"Tetapi kami berhasil mencapai nol eutanasia, sebagai bentuk penghormatan terhadap kehidupan," kata Lai kepada lebih dari 600 aktivis kesejahteraan hewan dari lebih dari 30 negara di konferensi tersebut, seraya menambahkan bahwa setiap hewan di Taiwan kini sepenuhnya dilindungi melalui undang-undang.
Taiwan secara resmi mengakhiri eutanasia hewan liar pada 2017, setelah amandemen Undang-Undang Perlindungan Hewan mewajibkan semua penampungan publik menghentikan praktik tersebut.
Lai juga menyoroti tonggak sejarah lain dalam upaya perlindungan hewan di Taiwan, termasuk pembentukan Departemen Kesejahteraan Hewan di bawah Kementerian Pertanian (MOA) pada 2023 dan amandemen peraturan tahun lalu tentang pameran hewan "Untuk memperkuat standar kesejahteraan dan mekanisme inspeksi."
Co-CEO AfA Sirjana Nijjar menyampaikan rasa terima kasih yang tulus kepada Lai, dengan mengatakan bahwa ini adalah pertama kalinya dalam kariernya ia melihat seorang presiden menghadiri konferensi perlindungan hewan, "Benar-benar menunjukkan komitmen Anda terhadap perjuangan untuk hewan."
Memperkenalkan AfA sebagai jaringan organisasi perlindungan hewan terbesar di Asia, Nijjar mengatakan alasan koalisi ini telah mengadvokasi perubahan selama 25 tahun terakhir adalah untuk "Melakukannya demi hewan-hewan yang tidak dapat berbicara untuk diri mereka sendiri."
Menanggapi pernyataan Lai, Chu Tseng-hung (朱增宏), direktur eksekutif Environment & Animal Society of Taiwan, mengatakan dalam pidato utamanya bahwa masalah anjing liar di Taiwan sebenarnya belum terselesaikan, menggambarkan kemajuan sebagai "Satu langkah maju, satu langkah mundur."
Menurut data MOA, perkiraan jumlah anjing liar di Taiwan adalah 146.773 pada 2018, 155.869 pada 2020, 159.697 pada 2022, dan 141.584 pada 2024 -- menunjukkan tren fluktuatif selama tujuh tahun terakhir.
Ia mengatakan situasi anjing liar bahkan telah menyebabkan konflik dengan konservasi satwa liar, mengimbau kelompok yang peduli pada kucing dan anjing serta mereka yang fokus pada satwa liar "Untuk mempertimbangkan hewan yang juga diperhatikan kelompok lain."
Chu juga mengkritik MOA atas apa yang ia sebut sebagai "tokenisme," dengan mencatat bahwa meskipun Undang-Undang Pendidikan Pangan dan Pertanian, yang mencakup ketentuan tentang kesejahteraan hewan, telah berlaku sejak 2022, implementasinya selama dua tahun terakhir sebagian besar bersifat superfisial.
"Setiap hari, lebih dari 10.000 babi dikirim ke pasar lelang hidup, yang sangat kejam," katanya, sambil memperlihatkan video dari pasar yang menggambarkan praktik seperti penyetruman dan babi ditumpuk serta didorong satu sama lain.
Perihal unggas, Chu mengatakan bahwa lebih dari 70 persen ayam petelur di Taiwan dipelihara dalam kandang dengan ruang terbatas, bukan dibesarkan di lingkungan bebas kandang.
Sementara Taiwan memproduksi semikonduktor kelas dunia, sebagian besar produksi telur dan daging babinya masih mengandalkan praktik yang menyiksa hewan, tambahnya.
Sejak 2001, Konferensi AfA diadakan dua tahunan di berbagai kota di Asia, dengan Taiwan menjadi tuan rumah untuk pertama kalinya tahun ini.
Dengan tema "Refleksi dan Menembus Batas," acara tiga hari yang berlangsung dari Selasa hingga Kamis ini menampilkan pidato, sesi pleno, dan lokakarya tentang berbagai topik kesejahteraan hewan.
Selesai/JC