Taipei, 5 Okt. (CNA) Yen Shih-hung (顏世鴻), seorang dokter ternama, penulis, dan korban dalam periode Teror Putih di Taiwan, telah meninggal dunia pada usia 96 tahun.
Kabar kematian Yan dikonfirmasi pada Senin (30/9) oleh keponakannya, seorang penulis yang dikenal dengan nama pena Mi Kuo (米果), yang mengatakan bahwa pamannya meninggal dengan tenang pada 27 September.
Periode Teror Putih merujuk pada periode penindasan politik di Taiwan oleh pemerintah Kuomintang saat itu dari 1949 hingga 1987.
Menurut situs web National Human Rights Museum, Yen lahir pada Oktober 1927 di Kaohsiung. Pada usia tiga tahun keluarganya pindah ke Fujian di Tiongkok dan kembali ke Taiwan setelah insiden Jembatan Marco Polo pada Juli 1937.
Setelah berakhirnya Perang Dunia II, Yen menempuh studinya di Fakultas Kedokteran National Taiwan University (NTU) dan pada 1950 atas perkenalan teman sekolahnya Yeh Sheng-chi (葉盛吉), ia bergabung dengan Partai Komunis di Taiwan. Pulau ini saat itu diperintah oleh KMT dengan kebijakan Martial Law-nya.
Akibat keterlibatannya pada sejumlah aktivitas politik, Yen dijatuhi hukuman 12 tahun penjara dan mulai menjalani hukuman di Pulau Hijau pada Mei 1951, di mana ia tinggal hingga 1962.
Setelah dibebaskan, Yen melanjutkan studi kedokterannya di Taipei Medical School pada 1964 karena ia tidak dapat melanjutkan studinya di National Taiwan University imbas hukuman pidana yang ia pernah terima. Ia lulus dan mulai bekerja sebagai dokter di rumah sakit di Tainan pada 1968.
Pada 2012, ia menerbitkan otobiografi berjudul "No. 3, Qingdao East Road: My Hundred-Year Memories and Taiwan's Outrageous Era" (青島東路三號:我的百年之憶及台灣的荒謬年代).
Buku tersebut dinamai sesuai dengan alamat fasilitas penahanan militer di Taipei tempat Yen ditahan sebelum persidangannya.
Hsieh Chi-chang (謝奇璋), seorang dokter di National Cheng Kung University Hospital yang mengenal Yen menggambarkannya sebagai seorang pria yang penuh semangat yang selalu merawat pasiennya.
Dalam sebuah unggahan di Facebook, Hsieh menulis bahwa Yen tidak pernah memungut biaya tinggi dari pasiennya jika ia tahu mereka mengalami kesulitan keuangan.
"Terima kasih, Dr. Yen, telah menunjukkan bagaimana seorang intelektual seharusnya bertahan," katanya, sambil memujinya sebagai contoh yang menginspirasi.
Selesai/IF