Taipei, 4 Mei (CNA) Sebuah studi yang dilakukan di Pulau Taiping yang dikuasai Taiwan menyimpulkan bahwa pulau di Laut Tiongkok Selatan tersebut tetap menjadi habitat optimal bagi kepiting pertapa darat (kelomang), menurut National Academy of Marine Research (NAMR) Taiwan.
NAMR menyoroti kesimpulan tersebut dalam sebuah siaran pers pada Jumat, yang menunjukkan bahwa penelitian dilakukan di Pulau Taiping pada tahun 2024.
Secara khusus, para peneliti NAMR mengumpulkan spesimen kelomang pada musim kemarau bulan Maret dan juga musim hujan di bulan Juli.
Melalui analisis DNA dari sampel yang dikumpulkan, NAMR menyatakan bahwa Pulau Taiping dihuni oleh tiga spesies utama kelomang darat -- Coenobita rugosus, Coenobita brevimanus, dan Coenobita perlatus, dengan C. rugosus sebagai kelompok dominan.
Penelitian NAMR menunjukkan bahwa lebih dari 90 persen kelomang di pulau tersebut tinggal di dalam cangkang keong alami, khususnya cangkang keong turban, bukan cangkang siput darat atau sampah manusia.
Statistik ini menunjukkan bahwa pulau tersebut memiliki sumber daya keong yang melimpah yang menyediakan habitat alami yang subur bagi kelomang.
NAMR menjelaskan bahwa laporan tahun 2024 oleh akademisi dari negara lain menemukan bahwa dari 17 spesies kelomang darat yang diketahui di dunia, 10 di antaranya telah ditemukan menggunakan sampah manusia sebagai tempat berlindung bergerak.
Menurut Profesor Chiu Yuh-wen (邱郁文) dari Departemen Sumber Daya Biologi National Chiayi University, populasi cangkang keong untuk kelomang telah menurun drastis dalam beberapa tahun terakhir akibat penangkapan keong yang berlebihan oleh manusia.
Akibatnya, kelomang terpaksa menggunakan cangkang siput darat raksasa Afrika dan bahkan sampah manusia sebagai pelindung mereka, kata Chiu, seraya menambahkan bahwa karena cangkang siput darat jauh lebih ringan dan tipis dibandingkan cangkang keong, maka cangkang tersebut memberikan fungsi pertahanan yang lebih rendah bagi kelomang.
Dikarenakan Kepulauan Dongsha yang dikuasai Taiwan di Laut China Selatan tidak memiliki habitat karang yang dibutuhkan untuk spesies keong, kelomang di sana misalnya, ditemukan hidup di dalam cangkang siput darat, tambah Chiu.
Sebaliknya, melimpahnya cangkang keong di Pulau Taiping berarti dari hampir 600 kelomang C. rugosus yang dikumpulkan, 81 persen tinggal di cangkang keong turban yang kokoh sementara 13 persen menggunakan jenis cangkang keong lainnya.
Hanya 6 persen kelomang Pulau Taiping yang terpaksa menggunakan cangkang siput darat dan tidak ada spesimen yang ditemukan menggunakan sampah manusia, katanya, yang membuktikan kekayaan sumber daya Pulau Taiping.
Presiden NAMR Chen Chung-ling (陳璋玲) mengungkapkan bahwa karena jarak yang sangat jauh antara Taiwan daratan dan Pulau Taiping, akademi tersebut mendirikan stasiun penelitian di sana pada akhir tahun 2021.
Berkat pendanaan dari Dewan Urusan Kelautan Taiwan dan dukungan berkelanjutan dari Direktorat Jenderal Penjaga Pantai negara tersebut, NAMR dapat melakukan penelitian habitat alami di pulau itu, kata Chen.
NAMR juga telah membagikan temuan-temuannya dengan akademisi dalam dan luar negeri untuk menjadikan stasiun Pulau Taiping sebagai pusat penelitian kehidupan laut di Laut China Selatan, kata Chen.
Selesai/ML