Taipei, 10 Agu. (CNA) Menanggapi kegagalan diet dan kenaikan berat badan kembali, Rumah Sakit National Taiwan University (NTUH) baru-baru ini meluncurkan rangkum pengalaman klinis selama 30 tahun ke dalam buku panduan untuk membantu masyarakat menurunkan berat badan secara sehat.
Dalam peluncuran buku yang digelar akhir Juli, NTUH menyoroti bahwa delapan dari sepuluh penyebab utama kematian di Taiwan berkaitan dengan obesitas, kata Wakil Direktur RS NTUH, Lou Pei-jen (婁培人).
Buku ini merangkum tiga strategi utama program diet NTUH, yakni nutrisi, olahraga, dan kesehatan mental, yang terbukti berhasil membantu banyak peserta menurunkan berat badan, menurut Lou.
Lou berseloroh bahwa lemak adalah "teman paling setia manusia" karena tidak pernah meninggalkan kita. Ia mengakui telah mencoba berbagai metode diet yang beredar luas dan menyebut banyak di antaranya "tidak manusiawi".
Ia juga menyinggung tren global seperti "pena pelangsing" yang masuk daftar lima besar obat terlaris dunia, namun menegaskan bahwa metode NTUH didukung bukti medis dan berkelanjutan. "Bukan sekadar menurunkan berat badan, tetapi memulai gaya hidup sehat," ujarnya.
Salah satu peserta, seorang wanita bermarga Lin (林) (57), mengatakan ia awalnya mengira dirinya hanya bertubuh besar, bukan gemuk. Namun setelah terkena hipertensi, ia sadar akan bahaya kelebihan lemak. Setelah bergabung dalam program NTUH, ia berhasil menurunkan bobot badannya sebanyak 8 kilogram.
Tim gizi NTUH juga meluruskan sejumlah mitos umum: semakin sedikit makan belum tentu semakin cepat kurus, terlalu banyak olahraga aerobik tidak selalu efektif, dan metabolisme tidak otomatis membaik setelah berat badan turun.
"Metabolisme itu seperti mesin mobil, kalau tidak stabil, sekeras apa pun usaha makan atau olahraga bisa gagal," jelas mereka.
Diet sehat bukan berarti puasa, kata tim rumah sakit, menekankan bahwa asupan karbohidrat, protein, dan lemak tetap harus seimbang.
Sumber energi seperti biji-bijian utuh tetap diperlukan, bersama protein rendah lemak dari kacang, ikan, telur, dan daging, sementara lemak pun tak harus dihindari total, seiring lemak baik seperti asam lemak tak jenuh justru membantu menurunkan kadar lemak darah, kata tim NTUH.
Aktivitas fisik juga penting, di mana NTUH juga menyarankan memanfaatkan kesempatan seperti naik transportasi umum, lebih banyak berjalan kaki, dan mengurangi duduk lama agar aktivitas fisik bisa menjadi bagian dari rutinitas.
Menurut Kepala Pusat Edukasi Kesehatan NTUH, Yang Chih-wei (楊志偉), penurunan berat badan bukan hanya soal tubuh, tetapi juga perjalanan transformasi fisik dan mental. Keseimbangan antara emosi, tidur, dan pola makan sangat memengaruhi hasil diet, ujarnya.
(Oleh Shen Pei-yao dan Agoeng Sunarto)
Selesai/JC