Pengusaha Taiwan di Indonesia khawatirkan ketidakpastian kebijakan tarif AS

15/04/2025 20:11(Diperbaharui 15/04/2025 21:10)

Untuk mengaktivasi layanantext-to-speech, mohon setujui kebijakan privasi di bawah ini terlebih dahulu

(Sumber Foto : CNA, 15 April 2025)
(Sumber Foto : CNA, 15 April 2025)

Jakarta, 15 Apr. (CNA) Pengusaha Taiwan di Indonesia telah mengungkapkan kekhawatiran terhadap ketidakpastian kebijakan tarif impor Amerika Serikat (AS), karena program Presiden AS Donald Trump yang berubah-ubah menyulitkan adaptasi.

Trump baru-baru ini mengumumkan pemberlakuan "tarif resiprokal" AS ke sebagian besar negara, di mana Indonesia dikenai tarif sebesar 32 persen sama seperti Taiwan. Namun, pada 9 April waktu setempat, Trump mengumumkan penangguhan kebijakan tersebut selama 90 hari.

Baca juga: Pengusaha Taiwan di Indonesia: Tarif 32% AS lahirkan seleksi alam

Pengusaha furnitur Taiwan di Indonesia, Chuang Pei-lung (莊丕龍), yang sekitar 80 persen produknya diekspor ke AS, mengatakan bahwa ketika Trump mengumumkan "tarif resiprokal" terhadap Indonesia, para pelanggannya langsung meminta penundaan pengiriman barang, meskipun pesanan tidak dibatalkan.

Kini, setelah adanya penundaan selama 90 hari, pengiriman kembali berjalan normal, ujarnya, seraya mengatakan bahwa dirinya maupun para pelanggan masih terus mencermati situasi, tetapi setidaknya selama tiga bulan ke depan pengiriman akan dilakukan sesuai jadwal.

Seorang pengusaha Taiwan di Indonesia lainnya, yang enggan disebutkan namanya, mengatakan kepada CNA bahwa ketika mendengar kabar AS akan memberlakukan tarif impor terhadap Indonesia, ia sempat menahan barang yang seharusnya diekspor ke sana.

Namun, pengusaha yang bergerak di bidang peralatan olahraga untuk pasar AS itu segera melakukan pengiriman setelah tahu kebijakan tersebut ditunda 90 hari.

Seorang pengusaha senior menyebutkan bahwa sebagian besar pengusaha Taiwan di Indonesia tidak menjadikan AS sebagai pasar utama, sehingga dampak tarif tersebut terhadap kebanyakan dari mereka relatif kecil.

Sung Pei-min, pengusaha tekstil Taiwan di Indonesia. (Sumber Foto : CNA, 15 April 2025)
Sung Pei-min, pengusaha tekstil Taiwan di Indonesia. (Sumber Foto : CNA, 15 April 2025)

Sung Pei-min (宋培民), pengusaha tekstil Taiwan yang telah berbisnis di Indonesia selama lebih dari 50 tahun, menyatakan bahwa hal yang paling dikhawatirkannya saat ini adalah ketidakpastian kebijakan.

Sung mencatat bahwa kebijakan Trump sering berubah-ubah, sehingga sulit memprediksi situasi. Menurutnya, jika AS benar-benar menetapkan tarif 32 persen terhadap Indonesia setelah tiga bulan, setidaknya perusahaan bisa membuat langkah antisipasi.

Namun saat ini, kata Sung, karena tidak tahu bagaimana situasi akan berkembang, sangat sulit untuk membuat langkah. “Hal yang paling ditakuti dalam berbisnis adalah ketidakpastian. Kalau tidak pasti, kita tidak bisa membuat anggaran, juga tidak berani menerima pesanan besar,” ujarnya.

Meski sedikit khawatir terhadap situasi internasional, Sung tetap optimis terhadap kondisi ekonomi lokal Indonesia. Dalam situasi internasional yang sulit diprediksi, hal yang bisa dilakukan perusahaan adalah kembali ke dasar, yakni menjaga hubungan baik dengan pembeli dan memastikan kualitas produk, ujarnya.

Lai Chung-Wei, pengusaha suku cadang mobil di Indonesia. (Sumber Foto : CNA, 15 April 2025)
Lai Chung-Wei, pengusaha suku cadang mobil di Indonesia. (Sumber Foto : CNA, 15 April 2025)

Lai Chung-Wei (賴仲威), pengusaha suku cadang mobil di Indonesia, mengatakan bahwa sebelum pengumuman penundaan tarif selama 90 hari oleh pemerintah AS, memang ada beberapa perusahaan Taiwan yang menerima permintaan untuk menunda pengiriman barang, terutama dari sektor tekstil.

Namun, secara pribadi, karena perusahaannya lebih fokus pada pasar Indonesia, dampak dari kebijakan tarif AS sangat kecil. “Bisa dibilang, hampir tidak ada dampaknya,” ia mengatakan kepada CNA.

Lai menambahkan bahwa karena perusahaannya fokus pada pasar suku cadang untuk servis purnajual dan bukan pemasok utama produsen mobil, jika harga produk AS naik karena tarif impor, perusahaannya bisa jadi malah mendapat keuntungan karena konsumen menunda pembelian mobil baru.

Ia juga mengatakan, dalam industri suku cadang otomotif yang digeluti para pengusaha Taiwan di Indonesia, ekspor ke AS memang sangat kecil, sehingga dampaknya sangat terbatas.

“Suasana ketika berbincang dengan teman-teman pengusaha Taiwan di sini tidak setegang yang dibayangkan,” ungkapnya yang kini menjabat sebagai Ketua Umum Junior Chapter Kamar Dagang Taiwan di Indonesia (ITCC).

(Oleh Zachary Lee dan Jason Cahyadi)

Selesai/ML

Sung Pei-min, pengusaha tekstil Taiwan di Indonesia. (Sumber Foto : CNA, 15 April 2025)
Sung Pei-min, pengusaha tekstil Taiwan di Indonesia. (Sumber Foto : CNA, 15 April 2025)
How mattresses could solve hunger
0:00
/
0:00
Kami menghargai privasi Anda.
Fokus Taiwan (CNA) menggunakan teknologi pelacakan untuk memberikan pengalaman membaca yang lebih baik, namun juga menghormati privasi pembaca. Klik di sini untuk mengetahui lebih lanjut tentang kebijakan privasi Fokus Taiwan. Jika Anda menutup tautan ini, berarti Anda setuju dengan kebijakan ini.
Diterjemahkan oleh AI, disunting oleh editor Indonesia profesional.