Liputan 6: Indonesia darurat penipuan keuangan

20/08/2025 13:08(Diperbaharui 20/08/2025 13:09)

Untuk mengaktivasi layanantext-to-speech, mohon setujui kebijakan privasi di bawah ini terlebih dahulu

Foto hanya untuk ilustrasi. (Sumber Foto : Pixabay)
Foto hanya untuk ilustrasi. (Sumber Foto : Pixabay)

Jakarta, 20 Agu. (CNA) Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat sejak Indonesia Anti-Scam Center (IASC) berdiri pada November tahun lalu, total kerugian yang dilaporkan masyarakat sudah menembus Rp4,6 triliun, dilansir Liputan6.com pada Selasa (19/8).

Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi, dan Perlindungan Konsumen OJK, Friderica Widyasari Dewi, menyebutkan jumlah tersebut jauh melampaui perkiraan awal, yakni Rp2 triliun dalam 1,5 tahun.

"Tapi ternyata baru delapan bulan, mungkin sekarang sepuluh bulan dari sejak didirikan, angka kerugian masyarakat sudah Rp 4,6 triliun rupiah, ini besar sekali," kata Friferica dalam sebuah acara kampanye antipenipuan di Hotel Raffles Jakarta, Selasa, dilansir Liputan6.com.

Menurut Friderica, fenomena ini menjadi peringatan keras bahwa kejahatan digital di sektor keuangan semakin sistematis dan masif, seiring penipuan kini tidak hanya menjerat masyarakat dengan pendidikan rendah, tetapi juga kalangan profesional bahkan pejabat.

"Jadi, masyarakat kita sudah menggunakan digitalisasi, tetapi mereka secara digital financial literasinya masih belum cukup tinggi. Jadi itu yang harus terus kita dorong, supaya kita bagaimana membantu masyarakat ya, supaya mereka sudah menggunakan keuangan digital, jangan sampai mereka menjadi korban," jelasnya dikutip dari Liputan6.com.

Sejak beroperasi, IASC sudah menerima 225 ribu laporan dari masyarakat, di antaranya ada 72 ribu rekening yang berhasil langsung diblok, serta total 359 ribu rekening teridentifikasi terlibat dalam aktivitas penipuan. Angka ini menunjukkan luasnya jaringan penipu yang memanfaatkan celah digital, dilansir Liputan6.com.

Adapun kata Friderica, setiap hari, IASC menerima 700-800 laporan kasus penipuan, jauh di atas negara lain, misalnya Singapura dengan 140-150.

Friderica juga menyampaikan bentuk penipuan yang dilaporkan sangat beragam, mulai dari penipuan asmara, lowongan kerja palsu, pengelabuan melalui aplikasi perbankan, hingga penipuan lewat lokapasar dan aset kripto, yang berarti penipu terus mengadaptasi modus sesuai perkembangan tren digital.

Dikutp dari Liputan6.com, OJK pun menegaskan bahwa perbankan, teknologi finansial, perusahaan efek, dan pasar digital harus ikut bertanggung jawab.

"Kemudian enggak sengaja transfer, enggak sengaja mereka kena scam, mungkin love scam, tawaran pekerjaan, dan lain-lain, itu masuknya diadukan ke Indonesia Anti-Scam Center yang juga merupakan dimiliki oleh seluruh satgas (satuan tugas) pasti tersebut," pungkasnya dilansir Liputan6.com.

(Oleh Jason Cahyadi)

Selesai/ja

How mattresses could solve hunger
0:00
/
0:00
Kami menghargai privasi Anda.
Fokus Taiwan (CNA) menggunakan teknologi pelacakan untuk memberikan pengalaman membaca yang lebih baik, namun juga menghormati privasi pembaca. Klik di sini untuk mengetahui lebih lanjut tentang kebijakan privasi Fokus Taiwan. Jika Anda menutup tautan ini, berarti Anda setuju dengan kebijakan ini.
Diterjemahkan oleh AI, disunting oleh editor Indonesia profesional.