Taipei, 30 Juni (CNA) Pendiri dan penasihat Karsa City Lab, Anies Baswedan menghadiri International Design Research Forum and Conference (IDSFC) 2025 yang digelar Sekolah Pascasarjana Desain National Yunlin University of Science and Technology (NYUST) di bawah arahan Dewan Sains dan Teknologi Nasional (NSTC) Taiwan.
Edisi ke-12 forum tersebut, yang digelar pada Jumat (27/6) dan Sabtu, mengusung tema "Desain Keadilan: Refleksi, Remediasi, dan Kebangkitan" sebagai respons terhadap konteks zaman yang penuh ketegangan dan perubahan, kata NYUST dalam sebuah rilis pers hari Senin.
Forum ini memfokuskan diri pada peran dan nilai desain dalam menghadapi berbagai tantangan, baik yang bersifat alamiah maupun buatan, digital ataupun analog, dan keberlanjutan maupun pembangunan, kata universitas yang berbasis di Kabupaten Yunlin tersebut.
Kegiatan ini mengeksplorasi hubungan antara manusia dan lingkungan, teknologi dan budaya dari sudut pandang desain, serta merefleksikan secara mendalam tanggung jawab etis dan misi keadilan yang diemban oleh desain dalam praktik sosial, menurut NYUST.
Dekan Fakultas Desain Tu Jui-che (杜瑞澤) menyampaikan bahwa Sekolah Pascasarjana Desain telah lama berdedikasi pada integrasi antara riset desain dan praktik, baik dalam pengembangan material berkelanjutan, revitalisasi komunitas lokal, alat bantu kesehatan pintar, maupun pelestarian dan regenerasi warisan budaya.
Semua hal ini, kata Tu, menunjukkan potensi dan kekuatan desain dalam merespons isu sosial dan menciptakan masa depan yang lebih baik bagi semua.
Forum ini secara khusus mengundang Anies, seniman visual Urich Lau (劉威延), dan sejumlah akademisi lainnya dari dalam dan luar negeri untuk berdiskusi mendalam mengenai topik inti seperti desain dan kesejahteraan lingkungan, transformasi digital, serta inovasi budaya, kata universitas.
Dalam forum, Direktur Sekolah Pascasarjana Desain NYSU Wong Ju-joan (翁註重) mengutip pandangan Anies dalam pidatonya: "Desain adalah alat penting untuk mendorong demokrasi, menghubungkan kebijakan dan rakyat," yang mempertegas makna utama dari tema tahun ini, menurut rilis pers.
Melalui forum ini, kata NYSU, mereka berharap dapat memperdalam pemahaman masyarakat tentang peran desain dalam praktik yang adil dan etis, mendorong pemikiran inovatif lintas disiplin, serta membina generasi peneliti desain masa depan yang memiliki perspektif keadilan dan wawasan global.
IDSFC 2025 bukan sekadar ajang akademik, tetapi juga sebuah gerakan desain menuju masa depan yang lebih baik dan penuh makna bersama, kata universitas.
Anies dalam sebuah unggahan di Instagram hari Minggu mengatakan bahwa saat diundang sebagai pembicara utama dalam forum ini, ia langsung tertarik ketika membaca temanya yang berkaitan dengan keadilan desain.
"Karena biasanya kita bicara justice itu dalam konteks pendidikan, kesehatan, social issue, soal ekonomi, tetapi jarang kita bicara justice dan design," ucapnya.
"Ketika kita bicara ruang dan keadilan, maka otomatis kita bicara tentang desainnya. Bagaimana desain itu memberikan kesetaraan kesempatan, memberikan peluang yang sama bagi yang kaya [dan] yang miskin."
Kebijakan tentang kesetaraan menjadi subjek utama yang dibahas dalam IDSFC 2025, "Jadi percakapannya sangat menarik," menurut Anies.
Ia juga menyebut bahwa ia merasa ini menjadi tema yang penting agar ke depannya rancangan-rancangan tentang ruang mempertimbangkan aspek keadilan dan kesetaraan. "Dan mudah-mudahan menjadi kolaborasi antara academia dan pembuat kebijakan tentang pentingnya ruang yang setara untuk semuanya."
Baca juga: Anies: Diaspora emban misi buat publik internasional terkesan pada Indonesia
Sehari sebelum menghadiri konferensi, Anies mengisi agenda temu wicara yang digelar Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI), di mana ia berbicara tentang peran diaspora Indonesia. Pada hari yang sama, ia juga menerima wawancara eksklusif bersama CNA.
Baca juga: Anies: Pendidikan jadi ruang pererat kolaborasi masyarakat Indonesia-Taiwan
Selesai/IF