Taoyuan, 30 Juni (CNA) Departemen Kepolisian Taoyuan mengatakan mereka hari Senin (30/6) mengundang imigran baru asal Filipina, Indonesia, Vietnam, dan Thailand untuk menyampaikan imbauan dalam bahasa ibu kepada pekerja migran agar mereka tidak menjual atau meminjamkan rekening karena dapat membuat mereka terlibat kasus penipuan.
Korps Investigasi Kriminal departemen tersebut mempublikasikan hasil penanganan kasus penipuan pada paruh pertama 2025, dengan data Mei menunjukkan mereka telah menangani 1.891 kasus penipuan dengan total kerugian melampaui NT$880,41 juta (Rp489,07 miliar).
Kepala korps, Kuang Ching-Tai (鄺慶泰), dalam wawancara dengan media menyatakan bahwa dalam beberapa tahun terakhir ada banyak pekerja migran yang dimanfaatkan sindikat penipuan sebagai kurir, sementara ada dari mereka yang dibeli rekening banknya sebelum meninggalkan Taiwan.
Berdasarkan statistik, ujarnya, sejak 16 Juni 2023 hingga saat ini telah ditemukan 8.966 kasus penjualan rekening bank di Taoyuan, dengan 1.753 di antaranya, mencapai hampir 20 persen, dilakukan pemilik Serifikat Penduduk Asing (ARC).
Kuang mengingatkan kepada pekerja migran bahwa dengan diberlakukannya regulasi baru dalam Undang-Undang Pencegahan Pencucian Uang, pemilik rekening palsu juga akan dikenai sanksi pidana, membuat menjual maupun membeli akun bank melanggar hukum.
Sekretaris Jenderal Asosiasi Interaksi Budaya Indonesia Kota Taoyuan, Chen Li-chu (陳麗珠), mengatakan sebagian pekerja migran mengira rekening mereka di Taiwan sudah tidak berguna menjelang kepulangan ke negara asal, sehingga ada yang menjualnya seharga NT$10.000 hingga NT$20.000 setelah dikenalkan teman.
"Harga pembelian itu hampir setara dengan satu bulan gaji pekerja migran," ujarnya, menambahkan bahwa banyak dari mereka baru mengetahui hal tersebut ilegal saat mereka tertahan di bandara dan gagal meninggalkan Taiwan.
Berdasarkan data, kata Chen, kasus ini paling banyak melibatkan warga Vietnam, diikuti Filipina, Indonesia, dan Thailand.
Chen menambahkan bahwa seiring sebagian besar pekerja migran datang ke Taiwan untuk mencari nafkah, ada kasus di mana karena kebutuhan mendesak, mereka terpaksa menggadaikan kartu ATM dan kata sandinya demi meminjam uang.
Namun, ketika sudah menerima gaji dan ingin menebus kembali kartu ATM, mereka mendapati bahwa rekeningnya telah disalahgunakan dan dijadikan akun penipuan, kata Chen.
Oleh karena itu, kata Chen, asosiasinya berharap melalui kampanye dalam bahasa ibu, para pekerja migran dapat lebih waspada agar tidak melanggar hukum selama bekerja di Taiwan.
(Oleh Wu Jui-chi dan Jason Cahyadi)
Selesai/ML