Anies: Diaspora emban misi buat publik internasional terkesan pada Indonesia

27/06/2025 16:50(Diperbaharui 27/06/2025 20:47)

Untuk mengaktivasi layanantext-to-speech, mohon setujui kebijakan privasi di bawah ini terlebih dahulu

Anies Baswedan memberikan pemaparan dalam temu wicara di National Yunlin University of Science and Technology, yang digelar oleh PPI Yunlin, Jumat. (Sumber Foto : CNA, 27 Juni 2025)
Anies Baswedan memberikan pemaparan dalam temu wicara di National Yunlin University of Science and Technology, yang digelar oleh PPI Yunlin, Jumat. (Sumber Foto : CNA, 27 Juni 2025)

Taipei, 27 Juni (CNA) Mantan Gubernur DKI Jakarta yang juga akademisi Anies Baswedan mengingatkan agar diaspora Indonesia di luar negeri membangun pola pikir memperkenalkan Indonesia lebih luas di kancah global dan membuat publik internasional terkesan, disampaikan dalam agenda temu wicara di National Yunlin University of Science and Technology, Jumat (27/6).

Dalam acara yang digelar Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Yunlin ini, Anies menyebut kontribusi kepada tanah air bisa dilakukan kapan saja oleh diaspora Indonesia di luar negeri, dan itu menampik anggapan orang yang berkiprah di luar negeri sebagai "Tidak nasionalis."

Malah, kata Anies, diaspora Indonesia di luar negeri punya dua misi, yakni memperkenalkan negara di kancah internasional sekaligus agar di dalam negeri menjadi lebih baik.

Anies misalnya menyarankan agar diaspora Indonesia di Taiwan aktif mengabarkan kegiatan mereka di rantau agar menjadi inspirasi bagi banyak anak-anak Indonesia lainnya.

"Kerjakan ini untuk membuat adik-adik Anda punya mimpi yang tinggi," kata Anies.

Dengan kapasitas yang dimiliki, Anies optimistis diaspora Indonesia yang ada di Taiwan mampu menjadi solusi untuk berbagai macam masalah yang ada di dalam negeri. Namun, yang perlu diingatkan adalah perlunya menggunakan ilmu yang dipelajari, bukan hanya menerapkan, tegasnya.

Soalnya, kata Anies, menerapkan ilmu yang dipelajari di luar negeri belum tentu sesuai dengan apa yang dibutuhkan di Indonesia. Namun, menurutnya, menggunakan ilmu tersebut dan mengadaptasinya dalam konteks Indonesia tentu akan lebih berdampak.

Selain itu, ia juga menyarankan agar diaspora pelajar Indonesia rajin mempublikasikan karya di media dengan kapasitas keilmuan masing-masing, yang ia katakan akan menjadi landasan lunak saat hendak berkiprah di dalam negeri.

"Anda masuk di dalam radar, di orbit yang sesuai bidang Anda. Ketika Anda mendarat, di sana sudah ada yang menyambut, yakni komunitas yang sesuai bidang Anda. Kalau Anda berkiprah di kancah internasional, Anda tetap ada kaitan dengan Indonesia," ucap dia.

Tinggal di luar negeri juga harusnya jadi kesempatan bagi diaspora Indonesia untuk mengembangkan jaringan internasional, kata Anies.

"Saya tidak bilang asing, karena kalau asing asal bukan Indonesia, itu asing. Tetapi kalau internasional, ini antar bangsa. Dan itulah yang kita butuhkan," kata Anies.

Anies datang ke Taiwan untuk menjadi pembicara kunci dalam acara International Design Study Forum and Conference ke-12 yang digelar di NYUST hari Sabtu.

Sementara, di acara temu wicara yang digagas PPI Yunlin, Anies lebih fokus memberi ceramah dan berbagi pengalaman serta pandangannya kepada warga negara Indonesia yang ada di Taiwan. Hadir sejumlah elemen warga negara Indonesia di Taiwan mulai dari pelajar hingga pekerja migran.

Anies Baswedan (depan) berfoto bersama dalam acara temu wicara yang digelar PPI Yunlin di National Yunlin University of Science and Technology. (Sumber Foto : CNA, 27 Juni 2025)
Anies Baswedan (depan) berfoto bersama dalam acara temu wicara yang digelar PPI Yunlin di National Yunlin University of Science and Technology. (Sumber Foto : CNA, 27 Juni 2025)


Sejumlah peserta juga dipersilakan mengajukan pertanyaan kepada Anies. Bayu, seorang pekerja migran Indonesia misalnya, mengatakan ia merasa dirinya lebih berdaya di Taiwan dengan sejumlah pelatihan yang ia terima.

Namun, ketika pulang ke Indonesia, kata Bayu, ia terancam menganggur karena menurutnya jarang ada perusahaan di Indonesia yang mempekerjakan pekerja di atas usia 30, meski mereka memiliki kemampuan.

Menanggapi ini, Anies menyebut, ia terkesan bahwa ada keinginan bagi diaspora Indonesia untuk pulang dan membangun negeri. Namun, lanjutnya, situasi di Indonesia tak dipungkiri sering dianggap tidak memberi kepastian, sehingga ia berpesan untuk tetap meneruskan apa yang dikerjakan di Taiwan sambil membantu yang ada di Indonesia.

"Toh pada akhirnya keberhasilan yang didapat tidak hanya dirasakan oleh keluarga di sini tetapi juga di Indonesia," ucap dia.

Bagi mahasiswa Indonesia di luar negeri ia pun berpesan agar tak segera pulang setelah lulus. Utamakan untuk memperbanyak pengalaman, jaringan, dan kalau bisa kekuatan finansial.

"Tetapi, keep in mind, at some point, Republik kita membutuhkan orang-orang yang menginginkan perubahan," kata Anies.

Sementara itu, Ketua PPI Yunlin, Ilham Agung menyatakan, acara ini lahir dari refleksi sederhana tapi penting karena banyak dari diaspora Indonesia di Taiwan, baik pelajar maupun pekerja, sedang berada di luar negeri, jauh dari rumah, tapi tetap membawa rasa cinta untuk Indonesia.

"Tema berkontribusi untuk tanah air kami angkat karena kami percaya bahwa pengalaman di luar negeri bukan akhir, tapi bekal. Forum ini adalah ruang untuk mengingatkan dan menguatkan, bahwa sejauh apa pun kita pergi, kontribusi kita untuk Indonesia tetap mungkin dan tetap dibutuhkan," ucap Ilham.

(Oleh Muhammad Irfan)

Selesai/JC

How mattresses could solve hunger
0:00
/
0:00
Kami menghargai privasi Anda.
Fokus Taiwan (CNA) menggunakan teknologi pelacakan untuk memberikan pengalaman membaca yang lebih baik, namun juga menghormati privasi pembaca. Klik di sini untuk mengetahui lebih lanjut tentang kebijakan privasi Fokus Taiwan. Jika Anda menutup tautan ini, berarti Anda setuju dengan kebijakan ini.
Diterjemahkan oleh AI, disunting oleh editor Indonesia profesional.