Jakarta, 19 Feb. (CNA) Ketua Dewan Ekonomi Nasional, Luhut Binsar Pandjaitan, Selasa (18/2) mengatakan bahwa untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi, Indonesia harus menghadapi tantangan seperti perlambatan ekonomi Tiongkok dan meningkatnya ketegangan di Selat Taiwan serta Semenanjung Korea.
Luhut dalam acara Indonesia Economic Summit (IES) 2025 di Jakarta, Selasa menyatakan bahwa dampak kebijakan Presiden AS Donald Trump terhadap ekonomi Indonesia akan bergantung pada bagaimana pemerintah memperbaiki iklim bisnisnya guna menarik investasi asing.
Di kawasan Asia, Luhut menyoroti perlambatan ekonomi Tiongkok serta meningkatnya ketegangan antara Korea Selatan dan Korea Utara serta di Selat Taiwan.
Mengenai situasi regional yang semakin tegang, Luhut menyampaikan kepada CNA setelah forum bahwa ia tidak bisa memberikan saran kepada para pemimpin dunia, tetapi "Semua orang menginginkan perdamaian."
Luhut berpendapat bahwa dampak kebijakan Trump terhadap ekonomi Indonesia bergantung pada upaya Indonesia dalam memperbaiki iklim bisnisnya untuk menarik investasi asing.
Ia juga menekankan bahwa hal ini sekaligus menjadi kesempatan bagi Indonesia.
Kendati demikian, Luhut mengungkapkan Indonesia juga menghadapi berbagai tantangan jangka menengah, termasuk ketahanan pangan, perubahan iklim, persaingan geopolitik dan ekonomi, serta transformasi digital dan kecerdasan buatan (AI).
Meski demikian, Luhut tetap optimistis, dengan mengutip prediksi dari beberapa lembaga yang memperkirakan bahwa pada 2025, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih dapat mencapai 5 hingga 5,2 persen.
Dengan angka tersebut, Indonesia akan menempati peringkat keempat di antara negara-negara G20 dan ASEAN, hanya tertinggal dari India, Filipina, dan Malaysia, ujarnya.
Ia mengakui bahwa dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya, iklim bisnis dan investasi Indonesia masih tertinggal, sehingga perbaikan lingkungan investasi serta peningkatan daya saing industri sangat penting untuk memastikan terciptanya lapangan kerja di dalam negeri.
Setelah forum, Luhut menyampaikan kepada wartawan CNA bahwa Indonesia terbuka bagi investasi dari semua negara, termasuk Taiwan.
Ia juga mengungkapkan bahwa pemerintah sedang mendiskusikan kemungkinan investasi beberapa perusahaan semikonduktor luar negeri di Indonesia.
Namun, investasi tersebut bukan dalam sektor semikonduktor canggih, melainkan lebih berfokus pada produksi cip untuk industri otomotif.
(Oleh Zachary Lee dan Jason Cahyadi)
Selesai/JA