Grup Kaohsiung studi banding ke Indonesia untuk pelajari pasar lokal

15/02/2025 14:01(Diperbaharui 15/02/2025 14:01)

Untuk mengaktivasi layanantext-to-speech, mohon setujui kebijakan privasi di bawah ini terlebih dahulu

Rombongan Kao Seas dan Jurusan Studi Asia Tenggara WZU mengunjungi Formosa Teknologi Sentral di Indonesia pada Kamis. (Sumber Foto : CNA, 13 Februari 2025)
Rombongan Kao Seas dan Jurusan Studi Asia Tenggara WZU mengunjungi Formosa Teknologi Sentral di Indonesia pada Kamis. (Sumber Foto : CNA, 13 Februari 2025)

Jakarta, 15 Feb. (CNA) Sebuah grup dari Kota Kaohsiung baru-baru ini mengadakan studi banding di Indonesia, mengunjungi perusahaan dan pabrik milik pengusaha Taiwan dengan harapan dapat lebih memahami pasar lokal, menurut ketua asosiasi peserta.

Kelompok studi banding Kaohsiung Southeast Asia Industrial and Academic Exchange Association (Kao Seas) dan Jurusan Studi Asia Tenggara Wenzao Ursuline University of Languages (WZU) yang terdiri dari 17 orang ini tiba di Jakarta pada 10 Februari.

Mereka melakukan kunjungan selama enam hari ke Jakarta Taipei School, Kantor Dagang dan Ekonomi Taipei (TETO) di Indonesia, dan perusahaan Taiwan.

Pada Kamis (13/2), rombongan mengunjungi Kabupaten Tangerang untuk melihat Formosa Teknologi Sentral, sekolah kejuruan pertama yang didirikan orang Taiwan di Indonesia, pengusaha bernama Kao Ying-chang (高應昌).

Pengusaha Taiwan di Indonesia, Kao Ying-chang (kiri) memperkenalkan fasilitas Pusat Teknologi Formosa kepada rombongan dari Kaohsiung. (Sumber Foto : CNA, 13 Februari 2025)
Pengusaha Taiwan di Indonesia, Kao Ying-chang (kiri) memperkenalkan fasilitas Pusat Teknologi Formosa kepada rombongan dari Kaohsiung. (Sumber Foto : CNA, 13 Februari 2025)

Ketua Kao Seas, Ku Chang-yung (顧長永), menyatakan bahwa asosiasinya mengadakan studi banding ke negara-negara Asia Tenggara setiap liburan musim dingin dan panas, dan ini adalah kunjungan ketiga mereka ke Indonesia.

Ku mengatakan pihaknya berharap melalui kunjungan ini, orang Taiwan dapat lebih memahami perkembangan perusahaan Taiwan di Indonesia, terutama semangat para pengusaha Taiwan.

Ia juga menekankan bahwa Indonesia, dengan bonus demografi dan sumber daya alam yang melimpah, masih memiliki potensi besar untuk berkembang dan banyak peluang investasi.

Salah satu anggota rombongan, Lin Wen-pin (林文斌), Kepala Jurusan Studi Asia Tenggara WZU, yang telah beberapa kali mengunjungi Indonesia, mengatakan bahwa perusahaan Taiwan di Asia Tenggara kini bukan lagi perusahaan kecil dan menengah tradisional, tetapi perusahaan multinasional lokal.

Oleh karena itu, menurutnya, jika pemuda Taiwan bekerja di perusahaan Taiwan di Asia Tenggara, selain kemampuan bahasa Inggris dan lokal, mereka juga harus menguasai aspek politik, ekonomi, dan budaya sosial agar memiliki daya saing.

Rombongan dari Kaohsiung mengunjungi pabrik yang didirikan pengusaha Taiwan di Indonesia, Kao Ying-chang. (Sumber Foto : CNA, 13 Februari 2025)
Rombongan dari Kaohsiung mengunjungi pabrik yang didirikan pengusaha Taiwan di Indonesia, Kao Ying-chang. (Sumber Foto : CNA, 13 Februari 2025)

Anggota rombongan lainnya, Lee Chiao-ju (李喬如), mahasiswa di Institut Urusan Internasional Universitas Wenzao, menyatakan bahwa perusahaan perdagangan internasional tempatnya bekerja mempertimbangkan untuk memindahkan pabrik mereka dari Shenzhen, Tiongkok ke negara lain, dengan Indonesia menjadi opsi.

Menurut pengamatannya beberapa hari terakhir, kata Lee, ia menemukan bahwa tingkat kepatuhan karyawan di Indonesia sangat tinggi, sehingga manajerial mungkin lebih mudah dilakukan.

Chen Hsin-yi (陳欣宜), seorang mahasiswa di Institut Pascasarjana Pendidikan Gender National Kaohsiung Normal University, mengatakan bahwa meskipun ia pernah berwisata ke Indonesia sebelumnya, ia tidak pernah memiliki kesempatan untuk memahami lebih dalam tentang aspek politik dan ekonomi negara ini

Oleh karena itu, ia berharap dapat lebih banyak berinteraksi dengan perusahaan Taiwan di Indonesia melalui studi banding ini.

Chen (25) mengatakan kepada CNA bahwa ia merasa para pengusaha Taiwan di Indonesia sangat kompak, dengan suasana mentor yang membimbing, dan ia berharap suatu saat nanti bisa mengembangkan karier di negara tersebut.

Rombongan studi banding ini juga mengunjungi perusahaan baja Taiwan dan Kamar Dagang Taiwan di Indonesia pada Jumat sebelum kembali ke Taiwan pada Sabtu.

(Oleh Zachary Lee dan Jason Cahyadi)

Selesai/ML

How mattresses could solve hunger
0:00
/
0:00
Kami menghargai privasi Anda.
Fokus Taiwan (CNA) menggunakan teknologi pelacakan untuk memberikan pengalaman membaca yang lebih baik, namun juga menghormati privasi pembaca. Klik di sini untuk mengetahui lebih lanjut tentang kebijakan privasi Fokus Taiwan. Jika Anda menutup tautan ini, berarti Anda setuju dengan kebijakan ini.
Diterjemahkan oleh AI, disunting oleh editor Indonesia profesional.