Kunjungan SBIPT ke Harmony Home, banyak anak keturunan Indonesia

22/12/2024 18:07(Diperbaharui 22/12/2024 22:41)

Untuk mengaktivasi layanantext-to-speech, mohon setujui kebijakan privasi di bawah ini terlebih dahulu

Suasana Harmony Home saat dikunjungi SBIPT. (Sumber Foto : CNA, 22 Des. 2024)
Suasana Harmony Home saat dikunjungi SBIPT. (Sumber Foto : CNA, 22 Des. 2024)

Taipei, 22 Des. (CNA) Pada Minggu, CNA bersama dengan Serikat Buruh Industri Perawatan Taiwan (SBIPT) melakukan kunjungan ke panti asuhan Harmony Home. Sebanyak 130 anak usia bayi dan balita yang kebanyakan berasal dari pasangan Indonesia di Taiwan dititipkan di yayasan tersebut, menurut informasi dari salah satu pekerja Harmony Home yang tidak mau disebutkan namanya.

Dalam kunjungan tersebut, SBIPT mengajak lima orang pengurus dan dua orang anggotanya untuk mengunjungi panti asuhan untuk mengkonfirmasi bahwa lebih dari 90 persen anak yang berada di panti tersebut adalah keturunan Indonesia, ujar Aan Darwati pengurus SBIPT. 

Selama 2 jam mengunjungi panti asuhan tersebut, Aan bersama teman-temannya mendapat informasi beragam dari pekerja Harmony Home terutama mengenai latar belakang bayi atau balita yang tinggal di rumah tersebut, di mana kebanyakan anak-anak tersebut adalah anak dari pekerja migran Indonesia overstay (PMIO), ujar Aan.

Saat ditanya mengenai kesannya terhadap kunjungan tersebut, Aan mengatakan bahwa ia merasa sedih melihat kondisi anak-anak yang kekurangan kasih sayang orang tua. Keputusan yang diambil orang tua di tengah situasi yang berisiko memberi dampak pada anak-anak tersebut.

Aan (kanan berhijab) bersama rekannya dari SBIPT menggendong bayi asal Indonesia di Harmony Home. (Sumber Foto : Aan)
Aan (kanan berhijab) bersama rekannya dari SBIPT menggendong bayi asal Indonesia di Harmony Home. (Sumber Foto : Aan)

Aan juga menyampaikan bahwa ia mendengar cerita tentang seorang anak yang dititipkan di Harmony Home karena ketidakmampuan orang tuanya yang PMIO mengurus anak tersebut. Sementara karena satu dan lain hal, ia juga tidak bisa membawa anaknya pulang ke Indonesia.

"Mereka cerita kalau biaya pemulangan sang anak berkisar antara NT$28.000 (Rp13.950.000) – NT$30.000, termasuk biaya paspor anak yang diurus agensi sebesar NT$8500,” ujar Aan.

Sebagai pengurus sebuah serikat atau organisasi pekerja, Aan berpesan kepada para pekerja migran untuk tetap mengingat tujuan awal datang ke Taiwan, yaitu bekerja bagi keluarga, sehingga dapat menjauhkan diri dari hal-hal berisiko yang tak diinginkan. 

“Carilah kegiatan yang positif saat liburan. Di Taiwan ada banyak aktivitas positif yang bisa diikuti. Jangan salah pergaulan sehingga melakukan hal-hal yang negatif," ujar Aan kepada CNA.

(Oleh Miralux)

Selesai/IF

How mattresses could solve hunger
0:00
/
0:00
Kami menghargai privasi Anda.
Fokus Taiwan (CNA) menggunakan teknologi pelacakan untuk memberikan pengalaman membaca yang lebih baik, namun juga menghormati privasi pembaca. Klik di sini untuk mengetahui lebih lanjut tentang kebijakan privasi Fokus Taiwan. Jika Anda menutup tautan ini, berarti Anda setuju dengan kebijakan ini.
Diterjemahkan oleh AI, disunting oleh editor Indonesia profesional.