Taipei, 22 Des. (CNA) Pada Minggu, CNA bersama dengan Serikat Buruh Industri Perawatan Taiwan (SBIPT) melakukan kunjungan ke panti asuhan Harmony Home. Sebanyak 130 anak usia bayi dan balita yang kebanyakan berasal dari pasangan Indonesia di Taiwan dititipkan di yayasan tersebut, menurut informasi dari salah satu pekerja Harmony Home yang tidak mau disebutkan namanya.
Dalam kunjungan tersebut, SBIPT mengajak lima orang pengurus dan dua orang anggotanya untuk mengunjungi panti asuhan untuk mengkonfirmasi bahwa lebih dari 90 persen anak yang berada di panti tersebut adalah keturunan Indonesia, ujar Aan Darwati pengurus SBIPT.
Selama 2 jam mengunjungi panti asuhan tersebut, Aan bersama teman-temannya mendapat informasi beragam dari pekerja Harmony Home terutama mengenai latar belakang bayi atau balita yang tinggal di rumah tersebut, di mana kebanyakan anak-anak tersebut adalah anak dari pekerja migran Indonesia overstay (PMIO), ujar Aan.
Saat ditanya mengenai kesannya terhadap kunjungan tersebut, Aan mengatakan bahwa ia merasa sedih melihat kondisi anak-anak yang kekurangan kasih sayang orang tua. Keputusan yang diambil orang tua di tengah situasi yang berisiko memberi dampak pada anak-anak tersebut.
Aan juga menyampaikan bahwa ia mendengar cerita tentang seorang anak yang dititipkan di Harmony Home karena ketidakmampuan orang tuanya yang PMIO mengurus anak tersebut. Sementara karena satu dan lain hal, ia juga tidak bisa membawa anaknya pulang ke Indonesia.
"Mereka cerita kalau biaya pemulangan sang anak berkisar antara NT$28.000 (Rp13.950.000) – NT$30.000, termasuk biaya paspor anak yang diurus agensi sebesar NT$8500,” ujar Aan.
Sebagai pengurus sebuah serikat atau organisasi pekerja, Aan berpesan kepada para pekerja migran untuk tetap mengingat tujuan awal datang ke Taiwan, yaitu bekerja bagi keluarga, sehingga dapat menjauhkan diri dari hal-hal berisiko yang tak diinginkan.
“Carilah kegiatan yang positif saat liburan. Di Taiwan ada banyak aktivitas positif yang bisa diikuti. Jangan salah pergaulan sehingga melakukan hal-hal yang negatif," ujar Aan kepada CNA.
Selesai/IF