Taipei, 14 Des. (CNA) Seekor kelelawar raksasa dari spesies yang sangat terancam punah dan endemik di Taiwan diyakini telah dibunuh oleh predator kurang dari satu bulan setelah dilepaskan kembali ke alam liar, cabang Hualien dari Direktorat Jenderal Konservasi Hutan dan Alam baru-baru ini mengatakan.
Pteropus dasymallus formosus, yang diberi nama Fubao (蝠寶), kemungkinan besar dibunuh oleh predator pada 5 Desember, atau sebelumnya. Setelah peneliti hanya menemukan sisa-sisa kelelawar dan pelacak GPS-nya di dekat apa yang diyakini sebagai sarangnya, berdasarkan data lokasi yang dikumpulkan dari pelacak pada 6 Desember, kata cabang tersebut.
Fubao yang berusia dua minggu ditemukan terluka dan hanya memiliki berat 80 gram di Kota Hualien pada April oleh seorang warga yang membawanya ke fasilitas tersebut.
Setelah dirawat kembali ke kondisi sehat dan tumbuh menjadi kelelawar dewasa seberat 307g, ia dilepaskan ke alam liar pada 12 November.
Untuk melacak aktivitas sehari-harinya dan peluang bertahan hidup di alam liar, peneliti memantau kelelawar selama dua minggu pertama setelah dilepaskan dan memastikan ia berlindung di area dengan penutup semak yang rendah, kata cabang tersebut.
Namun, cabang tersebut menambahkan bahwa peneliti mengamati kelelawar tidak meninggalkan lokasi tetapnya dari tengah hari pada 5 Desember hingga pagi hari 6 Desember, menunjukkan bahwa ia mungkin mati di periode tersebut.
Setelah berkonsultasi dengan beberapa ahli, diyakini kelelawar tersebut bisa saja dibunuh oleh burung pemangsa yang aktif di siang hari, menurut cabang tersebut.
Cabang tersebut menyatakan kekecewaan bahwa kelelawar langka tersebut gagal bertahan hidup di alam liar, tetapi mencatat bahwa upaya bersama berbagai lembaga untuk merawat mamalia tersebut sebelum dilepaskan ke alam liar adalah pengalaman yang sangat berharga bagi mereka yang terlibat dalam bidang ini.
Cabang tersebut meminta anggota masyarakat untuk menelepon hotline 1999 atau 0800-057930 untuk melaporkan setiap penampakan pteropus dasymallus formosus, dengan catatan bahwa membawa spesies yang terancam punah seperti itu pulang bisa mengakibatkan denda.
Green Island, 33 km dari Kabupaten Taitung, adalah rumah bagi populasi terbesar spesies kelelawar di seluruh Taiwan, dengan hingga 2.000 ekor dilaporkan hidup di pulau itu pada tahun 1970-an.
Namun, karena penurunan habitat aslinya, kelelawar raksasa secara bertahap bermigrasi ke Taitung, Hualien, Kaohsiung dan Yilan, menurut para ahli.
Pada April 2005, Lembaga Penelitian Spesies Endemik Taiwan dan Asosiasi Kelelawar Taiwan melakukan investigasi terhadap pteropus dasymallus formosus di Green Island, di mana kurang dari 10 kelelawar ditemukan masih ada.
Sebuah studi oleh tim penelitian Taipei Zoon dari tahun 2005-2009 memperkirakan bahwa hanya 12 pteropus dasymallus formosus yang masih ada di pulau tersebut.
Selesai/ML