Purna PMI perawat lansia, kini bekerja di perusahaan Eropa jadi HRD

05/11/2024 20:34(Diperbaharui 05/11/2024 20:34)

Untuk mengaktivasi layanantext-to-speech, mohon setujui kebijakan privasi di bawah ini terlebih dahulu

Cecilia berfoto bersama majikan semasa menjadi PMI yang merawat neneknya "Sanchai" Meteor Garden. Foto ini diambil seizin majikannya. (Sumber Foto : Cecilia)
Cecilia berfoto bersama majikan semasa menjadi PMI yang merawat neneknya "Sanchai" Meteor Garden. Foto ini diambil seizin majikannya. (Sumber Foto : Cecilia)

Oleh Mira Luxita, reporter staf CNA

Taipei, 5 Nov. (CNA) Cecilia, seorang pekerja migran Indonesia (PMI) yang pernah mengalami masalah cuti tidak dibayar sebagai perawat lansia, kini telah menjadi pekerja profesional dengan gaji tinggi setelah dua kontrak di Taiwan, termasuk bekerja di perusahaan Taiwan dan Eropa. Dalam wawancara bersama CNA, ia menekankan pentingnya memiliki bakat khusus bagi PMI.

Kasus cuti tak dibayar

Cecilia Neni Lestari (33) berbagi pengalamannya sebagai perawat lansia di Taiwan, di mana ia pernah merasakan kekecewaan mendalam karena tidak diperbolehkan mengambil cuti sama sekali. Ia menjelaskan bahwa tujuan ke Taiwan adalah untuk bekerja sambil melanjutkan pendidikan, ujarnya dalam wawancara dengan CNA.

Cecilia pertama kali datang ke Taiwan pada Maret 2013 di Chiayi untuk merawat seorang kakek. Ia memutuskan menjadi pekerja migran karena gaji sebagai karyawan di pabrik di Jawa Barat tidak cukup untuk membiayai kuliah. Mimpinya untuk mengenyam bangku kuliah menjadi motivasi utamanya.

Namun, harapannya untuk kuliah sambil bekerja di Taiwan hancur ketika majikannya melarangnya untuk mengambil cuti. Setelah kurang dari tiga tahun, kakek yang dijaganya meninggal, dan Cecilia pun harus kembali ke tanah air.

Ia pun sempat mempunyai kasus dengan majikan pertamanya karena tidak diberikan uang cuti tahunan hingga kontrak kedua, saat kembali ke Taiwan lagi, akhirnya ia melapor hotline 1955. 

“Untungnya setelah lapor, uang cutinya dibayarkan,” ujar Cecilia. 

Sebagai perawat neneknya “Sanchai” Meteor Garden

Nasib baik akhirnya berpihak padanya. Pada tahun 2016, Cecilia menghubungi agensinya untuk meminta pekerjaan perawat orang tua dengan status calling visa yang membuatnya langsung bekerja di majikan lain di distrik Neihu, Taipei. Bahkan kali ini ia menjaga nenek dari seorang bintang film ternama Meteor Garden, Shancai, Barbie Hsu (徐熙媛 ). Ia pun juga berkesempatan untuk mendapat libur, menurut cerita Cecilia.

Pada kesempatan kontrak yang kedua ini, Cecilia memutuskan untuk belajar Bahasa Mandarin terlebih dahulu sebelum ia meneruskan lanjut kuliah. Ia menyadari bahwa belajar Bahasa Mandrin itu lebih penting. Ia pun memutuskan untuk mengikuti kursus Bahasa Mandarin di Taipei, sebelum tahun 2019 targetnya untuk kembali pulang, ujar Cecilia.

Namun, ia pun sadar jika belajar Mandarin selama 2 jam di kursus tidak membuatnya mahir. Cecilia memutuskan untuk belajar sendiri bersama majikannya sehari-hari. Sang majikan pun mendukungnya bahkan menaji mentornya dengan membenarkan kosakata yang ia pelajari sehari-hari, ungkap dara kelahiran Lampung ini.

Cecilia menyelesaikan kontrak keduanya pada tahun 2019 dan kembali pulang ke tanah air dan bertekad untuk tidak mau kembali sebagai PMI. Sebelum pulang, ia mengikuti grup facebook translator untuk melamar pekerjaan di Indonesia. Akhirnya, ia mendapat tawaran sebagai penerjemah di sebuah perusahaan Tiongkok, cerita cecilia.

Kuliah sambil bekerja

Pada pertengahan tahun 2019, ia kembali ke tanah air. Sebelum pulang ke Lampung, ia menyempatkan diri mengikuti wawancara di Jakarta. Tak lama setelah itu, ia mendapat pekerjaan di Cikarang Jawa Barat sebagai translator.
   
Sayangnya di tahun 2020, perusahaan tersebut tutup. Ia pun harus melamar ke pekerjaan lain karena terlanjur sudah daftar kuliah di President University. Pada tahun 2021, ia diterima bekerja di perusahaan Tiongkok sebagai sales engineering, ujar pecinta fotografi ini.

Karena keinginannya untuk lulus sarjana lebih cepat dalam waktu 3 tahun, dan demi memenuhi tugas mata kuliah magang, Cecilia memutuskan untuk pindah kerja di sebuah perusahaan Taiwan sebagai Human resource (HR) generalis, dan juga menghitung tentang perpajakan,” ujar lulusan Presiden University jurusan akuntansi ini menerangkan.

“Akhirnya, saya bisa lulus 3 tahun dan pindah di perusahaan Taiwan di mana tugasnya ada kaitannya dengan jurusan yang saya ambil,” kata Cecilia.

Cecilia lulus sarjana hanya dalam waktu 3 tahun. (Sumber Foto : Cecilia)
Cecilia lulus sarjana hanya dalam waktu 3 tahun. (Sumber Foto : Cecilia)

Kepada CNA, Cecil nama panggilannya, sempat membocorkan rahasia bahwa ia akan berpindah ke perusahaan lain. Pekerjaan barunya berkaitan dengan Human Resource Development (HRD) seperti rekruitmen, hubungan antar karyawan, persiapan kontrak, gaji, audit dari imigrasi, hubungan dengan pelanggan dan lain-lain. 

“Saya sebenarnya udah diterima di perusahaan Eropa, yang berbasis di Singapura. Gajinya lebih besar dan tawaran kerjanya lebih menarik. Jadi saya akan memulai training ke Singapura akhir November ini,” ungkap Cecil yang pernah menjuarai perlombaan Vlog tentang kehidupan PMI di Taipei. 

Saat ditanya CNA apa kuncinya agar bisa meraih kesempatan kerja di Indonesia di perusahaan bonafit sepertinya, Cecil menuturkan bahwa ia gigih membekali diri dengan bakat keunggulan spesial. 

“Semasa menjadi PMI, saat saya tak diperbolehkan libur, waktu senggang saya gunakan untuk les komputer secara daring, kemudian saat saya boleh libur, saya habiskan waktu liburan dengan kursus Bahasa Mandarin,” ungkapnya.

PMI harus punya bakat khusus

Di akhir wawancara, Cecilia memberikan pesan kepada rekan-rekan PMI yang masih aktif bekerja untuk tetap fokus dengan tujuan awalnya. 

“Manfaatkan waktu dengan baik, khususnya untuk belajar bahasa. Sebaik-baiknya belajar bahasa di universitas, masih lebih bagus belajar bahasa di negaranya sendiri, learning by doing.” Ungkap siswa yang pernah kursus Mandarin bersama Chung Yuan Christian University ini. 

Foto Cecilia saat bekerja di perusahaan Taiwan yang berada di Jawa Barat. (Sumber Foto : Cecilia).
Foto Cecilia saat bekerja di perusahaan Taiwan yang berada di Jawa Barat. (Sumber Foto : Cecilia).

Ia juga menambahkan pesan penting agar PMI yang akan pulang ke Indonesia harus punya bekal yang kuat seperti bakat khusus dan kejelasan rencana, agar kelak tidak kembali lagi menjadi PMI. 

“Teman-teman harus punya senjata atau diperlengkapi dengan bakat dan ilmu. Banyak lulusan S1, pengalaman banyak, tetapi kita harus punya kemampuan lain yang menonjol seperti bahasa dan bisa bekerja di bidang tertentu, itu kunci untuk bisa dapatkan pekerjaan yang bonafit di Indonesia,” tambahnya mengakhiri wawancara bersama CNA.

Selesai/JA

How mattresses could solve hunger
0:00
/
0:00
Kami menghargai privasi Anda.
Fokus Taiwan (CNA) menggunakan teknologi pelacakan untuk memberikan pengalaman membaca yang lebih baik, namun juga menghormati privasi pembaca. Klik di sini untuk mengetahui lebih lanjut tentang kebijakan privasi Fokus Taiwan. Jika Anda menutup tautan ini, berarti Anda setuju dengan kebijakan ini.
Diterjemahkan oleh AI, disunting oleh editor Indonesia profesional.