Presiden Lai: Seruan untuk lenyapkan Taiwan tidak dilindungi kebebasan berbicara

07/04/2025 21:00(Diperbaharui 07/04/2025 21:00)

Untuk mengaktivasi layanantext-to-speech, mohon setujui kebijakan privasi di bawah ini terlebih dahulu

Presiden Lai Ching-te. (Sumber Foto : CNA, 7 April 2025)
Presiden Lai Ching-te. (Sumber Foto : CNA, 7 April 2025)

Taipei, 7 Apr. (CNA) Kebebasan berbicara secara mutlak tidak melindungi seruan untuk menghapuskan Taiwan, kata Presiden Lai Ching-te (賴清德) hari Senin (7/4) dalam sebuah acara untuk mengenang pelopor gerakan pro-demokrasi Nylong Cheng (鄭南榕), 36 tahun setelah kematiannya.

Saat ini Taiwan sedang menghadapi peperangan psikologis, media, dan hukum yang dilancarkan Partai Komunis Tiongkok (CCP), serta aktivitas "Zona abu-abu"-- tindakan provokatif atau agresif yang belum sampai pada konflik terbuka -- yang semakin terang-terangan, kata Lai.

Tahun lalu saja, sebanyak 64 orang dituntut atas tuduhan mata-mata untuk CCP, empat kali lipat dibandingkan 2021, ujar Lai dalam upacara peringatan publik di makam Chin Pao San di New Taipei, tempat peristirahatan terakhir Cheng.

"Orang-orang ini, yang didanai komunis (Tiongkok), berkolaborasi dengan Tiongkok dalam upaya untuk merusak institusi konstitusional Taiwan yang demokratis dan bebas," kata Lai.

Para tersangka mata-mata ini termasuk mantan personel militer yang berencana merusak pemerintahan Taiwan dengan melakukan pengintaian terhadap pangkalan militer penting Taiwan, membuat daftar nama perwira, dan mengumpulkan informasi pemerintah yang sensitif atau rahasia, jelasnya.

Dalam beberapa pekan terakhir, Tiongkok telah melancarkan sejumlah latihan militer skala besar di dekat Taiwan yang melibatkan kekuatan udara dan lautnya, dengan tujuan menekan rakyat Taiwan agar membelakangi tanah air mereka dan meninggalkan kebebasan serta demokrasi, kata Lai.

Menghadapi ancaman ini, pemerintah akan bertindak tegas terhadap siapa pun yang bekerja sama dengan Tiongkok untuk mengadvokasi invasi militer ke Taiwan atau menggunakan cara-cara ekstrem untuk merusak institusi demokrasi, ujarnya.

Demikian pula, lanjut Lai, pemerintah akan secara tegas mengambil tindakan terhadap siapa pun yang berusaha "Mengancam keamanan negara dan menyalahgunakan kebebasan serta keberagaman di Taiwan untuk menciptakan kekacauan."

"Sebagai presiden, misi saya adalah menjaga kelangsungan hidup dan pembangunan negara ini, melindungi demokrasi dan kebebasan yang telah diperjuangkan dengan susah payah, serta memastikan bahwa kedaulatan negara ini tidak diserap atau dilanggar," ujarnya.

"Setiap upaya yang menyebarkan propaganda untuk mengeksploitasi kebebasan rakyat Taiwan atau menghapuskan Republik Tiongkok, Taiwan, tidak dapat diterima masyarakat Taiwan, dan kebebasan berbicara yang mutlak bukan berarti menggunakan kebebasan untuk menghancurkan kebebasan," tegasnya.

Cheng adalah pelopor gerakan kebebasan berbicara di Taiwan dan pendukung kemerdekaan Taiwan yang membakar diri pada 7 April 1989 setelah menghadapi ancaman penangkapan oleh pemerintahan Kuomintang saat itu, yang menuduhnya melakukan hasutan karena sebuah artikel yang ia terbitkan di majalahnya.

Pada 2016, pemerintah Taiwan menetapkan 7 April sebagai Hari Kebebasan Berbicara.

Isu kebebasan berbicara telah menjadi bagian dari wacana publik dalam beberapa pekan terakhir setelah Direktorat Jenderal Imigrasi mendeportasi tiga pemengaruh asal Tiongkok yang menikah dengan suami Taiwan dan telah tinggal di pulau tersebut bertahun-tahun.

(Oleh Wang Hung-kuo dan Sean Lin, dan Jason Cahyadi)

Selesai/Ja

How mattresses could solve hunger
0:00
/
0:00
Kami menghargai privasi Anda.
Fokus Taiwan (CNA) menggunakan teknologi pelacakan untuk memberikan pengalaman membaca yang lebih baik, namun juga menghormati privasi pembaca. Klik di sini untuk mengetahui lebih lanjut tentang kebijakan privasi Fokus Taiwan. Jika Anda menutup tautan ini, berarti Anda setuju dengan kebijakan ini.
Diterjemahkan oleh AI, disunting oleh editor Indonesia profesional.