Taipei, 19 Jan. (CNA) Hampir separuh responden dalam survei terbaru percaya bahwa hubungan Taiwan-Amerika Serikat akan tetap tidak berubah setelah Presiden terpilih AS Donald Trump menjabat pada 20 Januari, menurut sebuah lembaga pemikir pemerintah Taiwan pada Jumat (17/1).
Terkait prospek hubungan Taiwan-AS di bawah kepemimpinan Trump, 47 persen responden meyakini tidak akan ada perubahan, 24 persen memprediksi hubungan akan memburuk, sementara 12 persen mengharapkan perbaikan, demikian menurut laporan Institute for National Defense and Security Research (INDSR) dalam sebuah konferensi pers.
Sisanya tidak memberikan pendapat tentang isu tersebut, menurut hasil survei yang dipublikasikan dalam acara pers tersebut.
Menurut Wu Wen-chin (吳文欽), peneliti di Institut Ilmu Politik Academia Sinica, hasil ini menunjukkan sikap hati-hati masyarakat Taiwan terhadap hubungan bilateral, dengan beberapa masih ragu terhadap gaya kepemimpinan Trump yang sulit diprediksi.
Kembalinya Trump akan membawa perubahan signifikan pada lanskap politik, ekonomi, dan keamanan global, yang akan berdampak besar pada hubungan Taiwan-AS, kata CEO INDSR Lee Wen-chung (李文忠).
Ia menambahkan bahwa survei tersebut bertujuan untuk mengeksplorasi opini publik tentang kebijakan pertahanan dan luar negeri dan memberikan titik referensi bagi pembuat kebijakan untuk memastikan kebijakan lebih sejalan dengan kebutuhan publik.
Menurut survei yang dilakukan awal bulan ini, ketika ditanya apakah AS akan mengirim pasukan untuk membantu Taiwan dalam hal konflik lintas selat, 49 persen responden mengatakan mereka percaya itu akan terjadi.
Fang Tsung-yen (方琮嬿), seorang asisten peneliti di INDSR, mengatakan hasilnya mirip dengan survei sebelumnya, menunjukkan bahwa kepercayaan publik terhadap komitmen keamanan Amerika tidak berubah.
Terkait pendirian pabrik Taiwan Semiconductor Manufacturing Co. (TSMC) di Amerika Serikat, 38 persen mendukung langkah tersebut, sementara 49 persen menolak.
INDSR menyebut hasil ini mencerminkan perbedaan persepsi publik terhadap kerja sama Taiwan-AS di sektor teknologi tinggi.
Mengenai pandangan publik tentang anggaran pertahanan Taiwan, jajak pendapat tersebut menunjukkan bahwa 47 persen responden mendukung peningkatan anggaran pertahanan, sementara 37 persen mengatakan mereka harus tetap tidak berubah, dan hanya 10 persen yang mendukung pemotongan anggaran.
Survei tersebut juga menemukan bahwa di antara pendukung Partai Progresif Demokratik (DPP) yang berkuasa, 69 persen mendukung peningkatan anggaran, sementara hanya 1 persen mendukung pengurangan.
Di antara pendukung oposisi utama Kuomintang (KMT), 29 persen mendukung peningkatan, 49 persen mendukung anggaran tetap, dan 19 persen mendukung pengurangan.
Survei tersebut dilakukan oleh National Chengchi University Election Study Center antara 1 Januari dan 3 Januari melalui wawancara telepon darat dan seluler.
Survei mengumpulkan 1.138 tanggapan valid dengan tingkat kepercayaan 95 persen dan margin kesalahan ±2,91 persen.
Menanggapi pernyataan Trump bahwa Taiwan harus meningkatkan anggaran pertahanannya hingga 10 persen dari PDB, CEO INDSR tersebut mengatakan bahwa Taiwan sebaiknya memfokuskan perhatian pada implikasi strategis komentar Trump daripada angka spesifiknya, mengingat gaya retorika Trump yang sering melebih-lebihkan.
Mengutip klaim Trump bahwa ia dapat mengakhiri perang Rusia-Ukraina dalam "24 jam" setelah menjabat sebagai contoh, Lee mengatakan fokusnya tidak harus pada 24 jam, 24 hari atau kerangka waktu lainnya, tetapi tujuannya untuk mengakhiri perang dan fakta bahwa dia sudah berhubungan dengan Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy.
Selesai/IF