Taipei, 10 Des. (CNA) Legislator partai oposisi Kuomintang (KMT), Chen Yu-jen (陳玉珍), Selasa (10/12) menunjukkan sebuah patung dewa dari Bali dalam sebuah sidang Yuan Legislatif (Parlemen Taiwan), dengan menyebut karya seni itu melambangkan kekuatan keadilan dan penegakan hukum.
Hal tersebut dilakukannya dalam sidang Komite Keseluruhan Parlemen hari Selasa, yang digelar untuk memeriksa Chang Wen-chen (張文貞) sebagai calon Ketua Yuan Yudikatif, di mana ia ditanyai terkait pandangannya terhadap penghapusan hukuman mati.
Sebelumnya, Mahkamah Konstitusi Taiwan pada 20 September memutuskan hukuman mati konstitusional hanya untuk kasus "paling serius" dari pembunuhan berencana dan kejahatan terencana yang mengakibatkan kematian, sangat membatasi penggunaannya di masa depan.
Baca juga: Pengadilan putuskan hukuman mati konstitusional tetapi perintahkan lebih banyak pembatasan
Dalam sidang Selasa, Chen menanyakan pandangan Chang terkait isu penghapusan atau keberlanjutan hukuman mati.
Chang menjawab bahwa ia menghormati supremasi hukum, dan menegaskan bahwa setiap calon pejabat yudikatif tertinggi di suatu negara harus mematuhi putusan Mahkamah Konstitusi negara tersebut.
Chen juga menunjukkan karya seni patung dewa dari Bali kepada Chang, dan menyebut bahwa karya seni tersebut melambangkan kekuatan keadilan dan penegakan hukum.
Ia juga menekankan pentingnya peran yudikatif, dan mengharapkan bahwa keadilan harus ada di dalam hati.
"Jika Anda menjunjung keadilan, Anda menjadi dewa, dewa di ingatan rakyat. Jika Anda tidak menjunjung keadilan, Anda akan menjadi iblis, dibakar," ujar Chen kepada Chang.
Dalam pertemuan dengan media, Chen mengatakan ia membawa patung tersebut karena menganggapnya tepat untuk mewakili pertanyaan terhadap Chang di sidang.
Chen juga mengungkapkan ia membelinya setelah menghadiri acara World Federation of Taiwan Alumni Associations di Bali baru-baru ini.
Baca juga: Asosiasi alumni Taiwan dunia adakan pemilihan ketua baru di Bali
Dalam sidang, legislator KMT, Yang Chiung-ying (楊瓊瓔) menanyakan apakah Chang mendukung putusan Mahkamah Konstitusi 20 September.
Chang menjawab bahwa putusan itu menyatakan hukuman mati konstitusional dengan syarat ketat dalam aspek prosedural dan substantif, yang tidak berarti hukuman tersebut tidak bisa diterapkan sama sekali.
Ia menambahkan bahwa isu tersebut bukanlah masalah mendesak di masyarakat Taiwan, dengan banyak reformasi peradilan lainnya yang menjadi prioritas, termasuk terkait transportasi, medis, sengketa hukum, serta efektivitas sistem pengadilan.
Yang juga mempertanyakan Chang, yang menurutnya dikenal memiliki sikap mendukung penghapusan hukuman mati, tentang apakah ia akan mendorong penghapusan hukuman tersebut sepenuhnya jika menjabat sebagai Ketua Yuan Yudikatif.
Chang kembali menegaskan ini adalah kesalahpahaman publik, menambahkan bahwa sebagai calon pejabat yudikatif, ia harus mematuhi interpretasi dan putusan Mahkamah Konstitusi.
(Oleh Fan Cheng-hsiang dan Jason Cahyadi)
Selesai/IF