Ngerulmud, Palau, 6 Des. (CNA) Presiden Lai Ching-te (賴清德) menyelesaikan tur Pasifik Selatannya di mana ia menekankan nilai demokrasi, pada Jumat (6/12) seraya menyebut bahwa ia tetap berhati-hati terhadap situasi regional yang semakin tidak stabil dan meminta Beijing untuk bekerja menuju perdamaian.
"Telah ada beberapa pertemuan di antara beberapa negara di Indo-Pasifik yang menjadi penyebab kekhawatiran," kata Lai dalam konferensi pers di Palau, tempat terakhir dari perjalanan luar negerinya yang pertama sebagai presiden.
Ia melanjutkan dengan mengatakan bahwa aktivitas seperti penempatan tentara Korea Utara untuk bertempur bersama pasukan Rusia di Ukraina dan latihan militer bersama antara Tiongkok dan Rusia telah mengganggu stabilitas wilayah tersebut.
Presiden menekankan bahwa tim keamanan nasional Taiwan telah memantau perkembangan ini dengan seksama dan bekerja dengan negara-negara mitra, menekankan bahwa "Semakin banyak negara berkumpul untuk tindakan berbahaya, semakin bersatu negara-negara demokratis."
Pada saat yang sama, ia meminta Beijing untuk "Kembali ke tatanan internasional berbasis aturan" dan berkontribusi pada pengembangan wilayah yang damai.
Melakukan latihan militer atau mengerahkan kapal dan pesawat tidak akan pernah membuat Tiongkok dihormati oleh negara lain, kata Lai. "Daripada mengangkat tinju mereka, [Beijing] harus membuka lengan mereka."
Selain seruan ini, Lai mengatakan bahwa ia tidak naif tentang situasi tersebut, terutama karena beberapa media telah melaporkan bahwa Tiongkok mungkin akan meluncurkan serangkaian latihan militer baru di dekat Taiwan dalam beberapa hari mendatang, menggunakan perjalanan luar negerinya dan transit melalui wilayah Amerika Serikat sebagai alasan.
"Rakyat Taiwan memiliki hak" untuk berinteraksi dengan dunia, kata Lai. "Pertukaran dengan komunitas internasional untuk mendorong pemahaman dan kerja sama yang lebih besar... tidak seharusnya diperlakukan sebagai tindakan provokasi oleh rezim otoriter."
Beijing telah mengkritik tur Pasifik Selatan Lai, yang mencakup pemberhentian di Hawaii, Kepulauan Marshall, Tuvalu, dan Guam, mendesak Washington untuk tidak mengizinkan Presiden Taiwan transit melalui wilayah AS, meskipun pengaturan semacam itu bukan yang pertama.
Presiden menambahkan bahwa militer Taiwan memiliki pemahaman penuh tentang gerakan militer Tiongkok di Selat Taiwan dan Indo-Pasifik dan siap untuk memastikan keamanan nasional.
Perjalanan ini, katanya, berfokus pada "Memperkuat [hubungan Taiwan]" dengan tiga sekutu diplomatik yang tersisa di Pasifik, di mana Tiongkok telah meningkatkan upaya dalam beberapa tahun terakhir untuk merayu sekutu Taiwan dan memperluas pengaruhnya.
Selama masa jabatan pendahulunya Tsai Ing-wen (蔡英文) selama delapan tahun, negara tersebut kehilangan tiga sekutu Pasifik, yaitu Kepulauan Solomon, Kiribati, dan Nauru, yang menjalin hubungan diplomatik dengan Tiongkok, yang mana pemutusan hubungan Nauru terjadi hanya dua hari setelah Lai terpilih menjadi presiden pada Januari.
Di sisi lain, perjalanan sepekan, yang berakhir pada hari Jumat, juga memberi Lai kesempatan untuk berinteraksi dengan beberapa pemangku kebijakan di Washington.
Saat berada di Hawaii dan Guam, Lai berbicara langsung melalui telepon atau video konferensi dengan tokoh-tokoh penting di Kongres AS yang menyuarakan dukungan bipartisan mereka untuk Taiwan, termasuk Mike Johnson dan Nancy Pelosi.
Ia juga berbicara dengan pemimpin minoritas DPR Demokrat Hakeem Jeffries dan Senator Republik Roger Wicker, yang diharapkan akan memimpin Komite Layanan Bersenjata Senat tahun depan.
Mengingat percakapannya dengan anggota parlemen AS, serta pertemuan dengan pejabat dari Hawaii dan Guam dan perwakilan dari kantor Washington Institut Amerika di Taiwan (AIT), Lai menggambarkan hubungan Taiwan dengan "Teman-teman internasional" sebagai "Kokoh."
Selesai/ML