PMI Zhongli sakit kanker usus putuskan untuk kembali ke Indonesia (Pembaruan)

07/11/2024 18:58(Diperbaharui 12/11/2024 20:08)

Untuk mengaktivasi layanantext-to-speech, mohon setujui kebijakan privasi di bawah ini terlebih dahulu

PMI Zhongli yang mengidap kanker usus stadium 4, Suhedi, yang kembali ke tanah air pada 7 November. (Sumber Foto : CNA, 7 Oktober 2024)
PMI Zhongli yang mengidap kanker usus stadium 4, Suhedi, yang kembali ke tanah air pada 7 November. (Sumber Foto : CNA, 7 Oktober 2024)

Taipei, 7 Nov. (CNA) Suhedi (31), pekerja migran yang sebelumnya diberitakan The Central News Agency (CNA) dengan kondisi kanker usus stadium 4, memutuskan kembali ke Indonesia. Meskipun KDEI telah menawarkan bantuan untuk kemoterapi di Taiwan, Suhedi memilih pulang agar bisa bertemu keluarganya, ujar Tartip, sepupu Suhedi, kepada CNA.

Seperti yang pernah diberitakan sebelumnya, Suhedi sempat dioperasi dan dirawat di rumah sakit Landseed International Hospital Taoyuan pada Jumat (27/9). Suhedi telah keluar dari rumah sakit dan kini tinggal di kontrakannya bersama Tartip.
 
Baca berita sebelumnya PMI di Zhongli sakit kanker usus, tak diterima kembali bekerja di pabriknya - Fokus Taiwan
 
Saat CNA menemui Suhedi di bandara Taoyuan pada Kamis (7/11), ia mengatakan bahwa kondisinya mulai membaik.
 
“Saya sudah bisa makan yang lembut-lembut seperti bubur,” ujarnya.

Namun, saat melakukan pemeriksaan di rumah sakit pada Senin, dokter menyampaikan bahwa kanker Suhedi telah menyebar ke seluruh tubuh, sehingga ia perlu menjalani kemoterapi.

Suhedi menjelaskan bahwa kemoterapi yang harus dijalaninya akan memakan waktu delapan bulan dengan total 21 sesi. “Dokter mengatakan kalau keberhasilan kemoterapi juga tergantung pada fisik saya,” ujar Suhedi yang bekerja di pabrik kabel ini.
 
Saat ditanya CNA mengapa Suhedi memutuskan pulang dan tidak ingin dirawat di Taiwan hingga pulih, ia mengatakan bahwa tak sanggup untuk memikirkan biaya keseharian dan perawatan di Taiwan.
 
“Saya juga mikir biaya sehari-hari sampai delapan bulan untuk perawatan di Taiwan itu pasti besar. Saya sudah tidak bekerja lagi. Meskipun pihak KDEI sempat menawarkan bantuan, tapi saya berpikir lebih baik untuk pulang saja dirawat keluarga. Saya ingin melihat anak dan istri saya.” Ujar Suhedi.
 
Suhedi juga menambahkan bahwa istrinya sudah menanyakan rencana pengobatannya di daerah tempat tinggalnya, Indramayu. Berdasarkan rujukan puskesmas setempat, Suhedi bisa dibawa ke rumah sakit besar yang berada di Cirebon.

“Rencananya mungkin akan di rumah 1-2 hari, lalu kembali ke rumah sakit untuk kemoterapi dan rawat inap,” ujar Suhedi.

Suhedi (kursi roda) ditemani oleh Tartip (tengah), agensinya (kanan), dan seorang relawan (kiri) yang mengantarkan kepulangannya ke tanah air pada 7 November. (Sumber Foto : CNA, 7 Oktober 2024)
Suhedi (kursi roda) ditemani oleh Tartip (tengah), agensinya (kanan), dan seorang relawan (kiri) yang mengantarkan kepulangannya ke tanah air pada 7 November. (Sumber Foto : CNA, 7 Oktober 2024)

Kepulangan Suhedi kali ini ditemani oleh Tartip, sepupunya. Suhedi menjelaskan bahwa sebenarnya pihak pabrik tidak mengizinkan Tartip mengambil cuti satu bulan untuk mendampingi dan merawatnya di kampung halaman. Hal tersebut karena Tartip dianggap sebagai orang kepercayaan di tempat kerjanya.
 
Sementara itu, CNA juga menghubungi Fara Septiani, perwakilan BPJS Ketenagakerjaan yang berbasis di Taipei. Fara mengatakan bahwa biaya tiket kepulangan Suhedi bisa diklaim melalui BPJS Ketenagakerjaan.
 
“Berhubung kasus PMI mas Suhedi ini tergolong sebagai PMI bermasalah yang harus pulang, bermasalahnya karena sakit, maka yang bersangkutan bisa mengklaim biaya transportasi.” Ujar perwakilan BPJS yang berkantor di Ningxia Road, Taipei.
 
Fara juga menjelaskan bahwa aturan lama telah diganti dengan aturan baru yang lebih menguntungkan bagi PMI. Sebelumnya, pemulangan PMI bermasalah mendapat penggantian tiket pesawat hingga maksimal Rp10 juta, kini diubah menjadi penggantian biaya transportasi hingga Rp15 juta.

 
“Jadi sekarang biaya transportasi tidak hanya sebatas pesawat saja, melainkan termasuk transportasi darat yang digunakan hingga PMI tiba di tujuan,”ujar Fara.

(Oleh Miralux)

Selesai/JA

How mattresses could solve hunger
0:00
/
0:00
Kami menghargai privasi Anda.
Fokus Taiwan (CNA) menggunakan teknologi pelacakan untuk memberikan pengalaman membaca yang lebih baik, namun juga menghormati privasi pembaca. Klik di sini untuk mengetahui lebih lanjut tentang kebijakan privasi Fokus Taiwan. Jika Anda menutup tautan ini, berarti Anda setuju dengan kebijakan ini.
Diterjemahkan oleh AI, disunting oleh editor Indonesia profesional.