Alumni Taiwan asal Indonesia bahas dampak ketegangan Selat Taiwan terhadap Asia Tenggara

06/09/2024 18:06(Diperbaharui 06/09/2024 23:41)
Wakil Perwakilan Taiwan di Indonesia, Steve Chen (depan, tengah), Rangga Aditya (depan, kedua dari kiri) dari Binus University, dan Effendi Andoko (depan, kanan) dari HKTI, di seminar hari Kamis. (Sumber Foto : Kantor Dagang dan Ekonomi Taipei di Indonesia)
Wakil Perwakilan Taiwan di Indonesia, Steve Chen (depan, tengah), Rangga Aditya (depan, kedua dari kiri) dari Binus University, dan Effendi Andoko (depan, kanan) dari HKTI, di seminar hari Kamis. (Sumber Foto : Kantor Dagang dan Ekonomi Taipei di Indonesia)

Jakarta, 6 Sep. (CNA) Alumni Indonesia yang pernah belajar di Taiwan hari Kamis (5/9) membahas dampak dan strategi menanggapi ketegangan di Selat Taiwan terhadap Indonesia dan ASEAN dari perspektif hubungan internasional, ekonomi, perdagangan, sains dan teknologi, serta pertanian.

Pembahasan ini bergulir di sebuah seminar yang dihadiri lebih dari 80 perserta di Binus University Jakarta, yang diadakan Kantor Dagang dan Ekonomi Taipei (TETO) di Indonesia untuk meningkatkan perhatian terhadap perdamaian dan stabilitas di Selat Taiwan serta memperkuat hubungan dan komunikasi antaralumni Taiwan.

Wakil Perwakilan Taiwan di Indonesia, Steve Chen (陳盛鵬), menyatakan bahwa perdamaian dan stabilitas di Selat Taiwan sangat berpengaruh terhadap keamanan dan kemakmuran kawasan Indo-Pasifik, kelancaran rantai pasokan semikonduktor global, serta keamanan pangan di kawasan tersebut.

Ia mengimbau berbagai pihak di Indonesia dan masyarakat internasional untuk memerhatikan dan menolak penafsiran Tiongkok yang salah terhadap Resolusi Majelis Umum PBB Nomor 2758 dan hubungannya dengan prinsip "Satu Tiongkok", yang menghalangi partisipasi internasional Taiwan.

Chen juga menekankan bahwa jika Tiongkok menyerang Taiwan, dampaknya akan sangat besar terhadap ekonomi global, diperkirakan mencapai lebih dari US$10 triliun (Rp154 kuadriliun), atau sekitar 10 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) global. 

Ia juga menyatakan bahwa hal ini akan mengancam keselamatan lebih dari 1 juta warga negara Asia Tenggara yang tinggal di Taiwan, termasuk lebih dari 400 ribu warga negara Indonesia.

Selain itu, kata Chen, hal tersebut juga akan mengganggu kerja sama pertanian jangka panjang antara Taiwan dan Indonesia, yang pada akhirnya akan memengaruhi upaya Indonesia dalam memodernisasi pertanian dan mencapai swasembada pangan.

Kantor perwakilan Taiwan di Indonesia hari Jumat mengeluarkan siaran pers yang menyatakan bahwa seminar tersebut dipimpin Kepala Departemen Hubungan Internasional di Binus University, Rangga Aditya.

Profesor Hubungan Internasional Universitas Padjajaran, Teuku Rezasyah, dan dua alumni Taiwan, peneliti asosiasi di Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Erry Kurniawan, serta Wakil Sekretaris Jenderal Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI), Effendi Andoko, diundang sebagai pembicara.

Mereka membahas dampak dan strategi respons ketegangan di Selat Taiwan terhadap Indonesia dan ASEAN dari sudut pandang hubungan internasional, ekonomi, perdagangan, ilmu pengetahuan dan teknologi, serta pertanian, menurut siaran pers tersebut.

(Oleh Zachary Lee dan Jason Cahyadi)

Selesai/IF

Kami menghargai privasi Anda.
Fokus Taiwan (CNA) menggunakan teknologi pelacakan untuk memberikan pengalaman membaca yang lebih baik, namun juga menghormati privasi pembaca. Klik di sini untuk mengetahui lebih lanjut tentang kebijakan privasi Fokus Taiwan. Jika Anda menutup tautan ini, berarti Anda setuju dengan kebijakan ini.
Diterjemahkan oleh AI, disunting oleh editor Indonesia profesional.