Praha, 15 Sep. (CNA) Kampanye "Budaya Taiwan di Eropa 2025" yang sedang berlangsung menunjukkan kemampuan Taiwan untuk berinteraksi dengan dunia melalui budaya dan menyoroti perannya dalam melestarikan elemen-elemen kunci warisan Tiongkok, kata Menteri Luar Negeri Lin Chia-lung (林佳龍) dalam sebuah wawancara baru-baru ini.
Kampanye ini diselenggarakan bersama oleh Kementerian Luar Negeri dan Kementerian Kebudayaan, menampilkan lebih dari 70 acara budaya di 26 negara, termasuk pameran harta karun Museum Istana Nasional (NPM), seperti Kubis Giok dengan Serangga yang ikonik.
Kampanye ini juga mencakup dua konser "Pesta Pernikahan Pinggir Jalan Formosa" oleh Orkestra Nasional Tionghoa Taiwan hari Jumat dan Sabtu di Museum Musik Ceko, yang memadukan musik orkestra dengan elemen jamuan tradisional Taiwan.
"Harta karun di NPM bukanlah peninggalan masa lalu; mereka milik masa kini dan seluruh umat manusia sebagai bagian dari peradaban," kata Lin kepada CNA di Praha hari Jumat, menanggapi klaim daring bahwa Tiongkok adalah pemilik sah koleksi museum tersebut.
Ia mencatat bahwa sementara Partai Komunis Tiongkok (PKT) menghancurkan banyak artefak selama Revolusi Kebudayaan, NPM telah menjaga beberapa bagian paling penting dari warisan budaya Tiongkok.
Menanggapi tuduhan dari Kantor Urusan Taiwan Tiongkok bahwa pameran di Republik Ceko adalah tindakan "desinisasi" dan upaya untuk mempromosikan "kemerdekaan Taiwan melalui budaya," Lin mengatakan pernyataan seperti itu hanya menunjukkan ketidakamanan Beijing.
Lin mengatakan bahwa kepatuhan PKT terhadap Marxisme dan Maoisme mendorong penindasan terhadap perbedaan dan upaya untuk memonopoli budaya Tiongkok.
"Ironisnya, di bawah pemerintahan [PKT], budaya Tiongkok mati, tetapi ketika berakar di luar negeri, sering kali berkembang dengan vitalitas baru," kata Lin, seraya menambahkan bahwa hal ini tetap menjadi tantangan bagi Tiongkok dalam mempromosikan budayanya secara internasional.
"Taiwan menjalin persahabatan melalui budaya, sedangkan Tiongkok menganggap segalanya sebagai bawahan politik," kata Lin.
Ia juga berterima kasih kepada pemerintah Ceko karena telah memastikan kebebasan dalam pertukaran budaya.
"Saya percaya bahwa setelah acara ini, PKT akan melihat bahwa politik tidak menentukan pertukaran dalam budaya, ekonomi, atau teknologi," katanya.
Mengomentari pentingnya kampanye ini, Lin menggambarkan Eropa sebagai pusat budaya dan tempat lahirnya Renaisans. Ia menambahkan bahwa Taiwan dan negara-negara Eropa adalah demokrasi yang sejalan, yang membuat pertukaran budaya menjadi lebih "alami dan nyaman."
Ketika ditanya apakah kampanye ini harus kembali ke Eropa tahun depan, Lin mengatakan seharusnya, dengan mencatat tanggapan yang "sangat positif".
Selesai/ja