Taipei, 15 Sep. (CNA) Sebuah petisi yang diinisiasi oleh warga untuk menunda waktu mulai pelajaran di SMP dan SMA menjadi pukul 10 pagi telah memperoleh lebih dari 10.000 tanda tangan dalam waktu kurang dari satu pekan, mendorong Kementerian Pendidikan (MOE) untuk mengumumkan hari Senin bahwa mereka akan meninjau usulan tersebut dan memberikan tanggapan dalam waktu dua bulan.
Di Taiwan, sebagian besar siswa SMP dan SMA memulai pelajaran sekitar pukul 8 pagi.
Petisi tersebut, yang diajukan pada 9 September di situs partisipasi kebijakan publik Dewan Pengembangan Nasional, menyerukan agar pelajaran berlangsung dari pukul 10 pagi hingga 4 sore dan agar mata pelajaran yang tidak esensial dipangkas untuk memberikan siswa lebih banyak waktu tidur dan meningkatkan efisiensi pembelajaran.
Petisi tersebut mencatat bahwa siswa sudah dapat bepergian sendiri dan tidak perlu menyesuaikan jadwal kerja orang tua, sementara jam belajar yang lebih singkat akan memberikan lebih banyak waktu untuk hobi dan aktivitas sosial.
Menurut petisi, kurang tidur kronis berakibat pada penurunan efisiensi belajar, kenaikan kejadian depresi, serta peningkatan risiko perilaku menyakiti diri sendiri atau bunuh diri.
Namun, para penentang berpendapat bahwa jam belajar yang lebih singkat mungkin hanya akan membuat anak-anak menghabiskan lebih banyak waktu di bimbingan belajar swasta dan gagal mengatasi kebiasaan tidur larut malam.
MOE hari Senin mengatakan bahwa petisi tersebut akan ditangani sesuai dengan Petunjuk Pelaksanaan Partisipasi Daring dalam Kebijakan Publik, dan tanggapan resminya akan dikeluarkan paling lambat 14 November.
Selesai/ja