Los Angeles, 12 Juli (CNA) "Penyuntingan adalah seni yang tak kasatmata," kata editor film asal Taiwan Hu Yang-hua (胡仰華) kepada CNA baru-baru ini setelah Academy of Motion Picture Arts and Sciences mengundangnya bersama empat profesional film Taiwan lainnya untuk bergabung dengan asosiasi film Amerika bergengsi tersebut.
“Level tertinggi dari penyuntingan adalah ketika diri kita tidak terlihat,” kata Hu. “Saat penonton keluar dari bioskop dan berkata, ‘Itu film yang luar biasa,’ bukan ‘Itu suntingan yang bagus,’ berarti editor berhasil.”
Hu telah bekerja di Hollywood selama lebih dari satu dekade, dengan pengalaman di dunia film, teater, dan video musik.
Ia menerima Robert Altman Award di Independent Spirit Awards 2022 atas karyanya dalam film "Mass," yang mengeksplorasi isu penembakan di sekolah di Amerika Serikat.
Akademi yang berbasis di Los Angeles ini mengundang lima perwakilan dari Taiwan—Hu, Peggy Chiao (焦雄屏), Chung Mong-hong (鍾孟宏), Hsu Wei-san (許瑋珊), dan Vincent Wang (王琮)—sebagai bagian dari total 534 profesional film yang diundang tahun ini.
"Perjalanan ini -- dari Xinzhuang ke Hollywood, menjadi salah satu dari lebih dari 10.000 anggota Akademi -- sungguh tak bisa dipercaya," katanya dalam wawancara dengan CNA.
Lahir dan besar di Distrik Xinzhuang, New Taipei, Hu menempuh pendidikan di SD, SMP, dan SMA Xinzhuang sebelum melanjutkan studi teater di Taipei National University of the Arts.
Ia kemudian berangkat ke Amerika Serikat pada 2010 untuk meraih gelar master di University of Southern California (USC).
Memulai sebagai asisten, ia secara bertahap membangun karier sebagai editor film profesional di Hollywood.
"Dalam proses pembuatan film, editor adalah penjaga gerbang terakhir," katanya.
Hu menjelaskan bahwa esensi penyuntingan adalah bekerja sama dengan sutradara untuk “Menemukan DNA dari film tersebut,” melalui diskusi terbuka, melepaskan ego, dan terus mencoba berbagai versi.
Meskipun pandemi COVID-19 telah mengubah cara penonton mengonsumsi konten, Hu tetap berkomitmen pada pengalaman menonton di bioskop secara tradisional.
"Bioskop itu seperti kotak hitam," katanya. "Ia mengunci penonton di dalam, dan mereka tertawa serta menangis bersama karakter sampai cerita berakhir."
"Film dapat menyampaikan pesan yang mendalam dan menyentuh orang secara emosional, mendorong pemikiran tentang isu sosial dan hubungan manusia -- ini adalah sesuatu yang tidak bisa digantikan oleh video berdurasi pendek," katanya.
Mengenang tantangan yang dihadapinya di AS, Hu mengatakan bahwa perbedaan bahasa dan budaya ternyata menjadi sumber pertumbuhan.
"Amerika adalah tempat peleburan budaya," katanya. "Jika kamu mau membuka hati pada musik pop, serial TV, dan film yang berbeda, kamu akan menjadi lebih utuh, dan karyamu akan memiliki kedalaman lebih."
"Aku seperti benih yang dibawa dari Asia -- setelah menyerap sinar matahari dan air di AS, aku telah tumbuh menjadi bunga yang berbeda," katanya.
Selesai/IF