“Not Far from Home” soroti ragam warna migran Indonesia di Taiwan

22/01/2025 16:15(Diperbaharui 22/01/2025 16:22)

Untuk mengaktivasi layanantext-to-speech, mohon setujui kebijakan privasi di bawah ini terlebih dahulu

(Sumber Foto: The Rustandi)
(Sumber Foto: The Rustandi)

Taipei, 22 Jan (CNA) Sineas Indonesia yang berbasis di Taiwan, Martin Rustandi melalui rumah produksinya The Rustandi resmi menayangkan mini-dokumenter terbarunya bertajuk “Not Far from Home” yang tayang perdana pada Selasa (21/1) di TaiwanPlus, merekam kehidupan komunitas Indonesia yang beragam di Taiwan.

Melalui siaran pers yang diterima CNA, mini-dokumenter ini terdiri dari lima episode dan menghadirkan eksplorasi mendalam tentang ketangguhan, identitas, dan transformasi, serta menyoroti individu-individu yang kisahnya menjadi bagian integral dari keragaman budaya Taiwan.

Dalam siaran pers itu, Martin menyebut “Not Far From Home” merayakan semangat pantang menyerah dan pencarian akan rasa kebersamaan di kalangan imigran dan setiap kisah mengungkap keberanian dan tekad mereka yang telah mengubah hidup mereka di Taiwan dalam mengatasi tantangan, mengejar mimpi, dan memberikan kontribusi yang bermakna bagi tempat tinggal baru mereka. 

“Melalui momen perjuangan dan keberhasilan, seri ini menangkap energi dan dampak mendalam dari komunitas imigran di Taiwan terhadap masyarakat,” kata Martin.

Episode pertama dari mini-dokumenter ini bercerita tentang Sally, seorang pengusaha restoran berusia 60-an yang menghidupkan cita rasa tanah airnya bersama putrinya, Jocelin lewat restoran Pondok Sunny yang ia kelola di Hsinchu.

Sally telah menjadikan restoran ini sebagai pusat budaya di mana makanan, tradisi, dan komunitas saling bertemu. Selain itu, kelas memasak musim panas mereka untuk anak-anak imigran generasi kedua juga merayakan kegembiraan berbagi warisan melalui kuliner, kata Martin tentang episode pertamanya “Sally’s Taset”.

Episode kedua bertajuk “Melati’s Move” bercerita tentang Melati, mahasiswa PhD yang penuh semangat di Studi Tari di Universitas Seni Nasional Taipei di mana Melati menemukan inspirasi dari penampilan spontan para pekerja migran di stasiun kereta. 

Lokakarya dan bimbingannya memberdayakan perempuan melalui tarian, menciptakan ikatan persaudaraan yang merayakan ketangguhan, solidaritas, dan ekspresi diri, kata Martin yang sebelumnya merilis film bertajuk “The Road Less Traveled” dan “The Machine”.

Di episode ketiga yang akan tayang pada 4 Februari, Martin menyorot tentang Nita, seorang pekerja pabrik yang melarikan diri dari pernikahan yang abusif, menemukan kedamaian dan kekuatan dalam bernyanyi.

Mengambil tajuk “Nita’s Voice”, Nita mengajarkan musik kepada sesama pekerja Indonesia di mana ia membangun komunitas dan kembali menemukan rasa percaya diri. Perjalanan transformasinya dan pesan-pesan tulusnya kepada anaknya menunjukkan kekuatan penyembuhan dari musik dan harapan.

Lalu ada “Pindy’s Craft” di tanggal 11 Februari di mana di episode ini, pengasuh asal Indonesia, Pindy menemukan seni figur lilin karet yang rumit, memadukan tradisi budaya Indonesia dan Taiwan dalam karyanya. Dengan dorongan dari majikannya, kreativitas Pindy menjembatani budaya dan menginspirasi orang lain untuk mengeksplorasi kreativitas mereka sekaligus menjaga warisan budaya.

Pada episode terakhir, Martin menyorot Ela, seorang seorang pekerja sosial, dan Ricky, mahasiswa PhD, menjalani hidup di Taiwan sambil menjaga warisan budaya Indonesia untuk putra mereka yang
berusia sembilan tahun, Zane.

Akan tayang pada 18 Februari, episode berjudul “Ela dan Rick’s Journey” ini menyoroti bagaimana pasangan ini berupaya menjaga warisan dan akar budaya anaknya melalui festival, pengasuhan multibahasa, dan keterlibatan budaya, mereka memastikan putra mereka tetap terhubung dengan

"Dengan Not Far From Home, saya ingin menyoroti pengalaman yang penuh warna namun seringkali terlupakan dari para imigran di Taiwan. Setiap kisah adalah bukti ketangguhan, perpaduan budaya, dan
pengejaran mimpi. Individu-individu ini tidak hanya mengubah hidup mereka sendiri tetapi juga memperkaya lanskap multikultural Taiwan,” kata Martin.

(Oleh Muhammad Irfan)

Selesai/JC

How mattresses could solve hunger
0:00
/
0:00
Kami menghargai privasi Anda.
Fokus Taiwan (CNA) menggunakan teknologi pelacakan untuk memberikan pengalaman membaca yang lebih baik, namun juga menghormati privasi pembaca. Klik di sini untuk mengetahui lebih lanjut tentang kebijakan privasi Fokus Taiwan. Jika Anda menutup tautan ini, berarti Anda setuju dengan kebijakan ini.
Diterjemahkan oleh AI, disunting oleh editor Indonesia profesional.