Oleh Huang Tzu-chiang dan Jason Cahyadi, reporter dan penulis staf CNA
Akasara Han tradisional kian tersisih seiring berbagai negara mengikuti Republik Rakyat Tiongkok (PRC) yang menggantikannya dengan versi sederhana. Di tengah menipisnya penggunaan aksara tradisional di dunia, sekolah Taiwan di luar negeri menjadi pilar pelestari kultur yang kental akan budaya Tionghoa tersebut.
Rapat Gabungan Ketua Dewan, Kepala Sekolah, dan Ketua Asosiasi Orang Tua Sekolah Taiwan di Luar Negeri digelar di Malaysia pada akhir tahun lalu, dihadiri perwakilan keempat sekolah Taiwan di Asia Tenggara, yakni Chinese Taipei School Kuala Lumpur dan Jakarta, Surabaya, serta Ho Chi Minh Taipei School.
Baca juga: Sekolah Taiwan di luar negeri gelar rapat gabungan di Kuala Lumpur
Direktur Jenderal Departemen Pendidikan Internasional dan Lintas Selat MOE, Lee Yu-Jiuan (李毓娟), yang menghadiri pertemuan tersebut, menyatakan bahwa Taiwan memiliki masyarakat yang demokratis dan inklusif, serta mewarisi budaya tradisional Tionghoa.
Aksara tradisional adalah representasi dari budaya Tionghoa, ujarnya, seraya menambahkan bahwa melalui program Beasiswa Taiwan, Beasiswa Pengayaan Huayu, atau Guru Huayu Pergi Mengajar di Luar Negeri, Taiwan menunjukkan keunggulannya dalam melestarikan budaya Tionghoa.
Lee juga mengambil contoh dari sekolah menengah independen Tionghoa di Malaysia, yang beroperasi di luar sistem pemerintah, di mana ia menyoroti hubungan erat antara Taiwan dengan sekolah-sekolah tersebut.
Taiwan tidak hanya melatih guru-guru sekolah independen Tionghoa, tetapi juga mendorong siswa-siswa setempat untuk melanjutkan studi ke Taiwan, ujarnya.
Sementara itu, meskipun sekolah di dalam dan di luar sistem pendidikan Malaysia sama-sama menggunakan aksara sederhana Tiongkok, Persatuan Alumni Feng Chia University Malaysia tetap menyelenggarakan lomba kaligrafi aksara tradisional tingkat nasional untuk siswa sekolah menengah.
Kompetisi tahun 2024, yang merupakan edisi ke-15, diikuti lebih dari 200 peserta, termasuk siswa Melayu dan India.
Pemenang juara pertama tingkat SMA menyampaikan bahwa melalui praktik menulis aksara tradisional, ia merasakan sepenuhnya makna sejarah yang terkandung dalam aksara tersebut.
Kepala Surabaya Taipei School, Yang Shun-fu (楊順富), dalam wawancara menyatakan bahwa salah satu tujuan utama mendirikan sekolah Taiwan di luar negeri adalah untuk melestarikan budaya Tionghoa.
Di samping merayakan festival dan tradisi, menurutnya, mempromosikan keindahan aksara tradisional merupakan inti budaya Taiwan.
Hal ini juga menunjukkan ciri khas pengajaran aksara tradisional Taiwan di berbagai wilayah dunia, tambah Yang.
Ia juga mengungkapkan bahwa kaligrafi turut dimasukkan ke dalam kurikulum resmi, dengan kegiatan seperti klub atau acara Tahun Baru Imlek digunakan untuk mempromosikan hasil pengajaran aksara tradisional.
Tidak hanya diaspora Tionghoa maupun pembelajar baru bahasa Mandarin, pengajaran aksara tradisional Taiwan juga menarik perhatian siswa dari Tiongkok.
Di Ho Chi Minh Taipei School, sekitar 200 siswa berasal dari berbagai negara selain Vietnam, termasuk Tiongkok, Malaysia, Korea Selatan, dan Jepang.
Kepala Ho Chi Minh Taipei School Mo Heng-chung (莫恒中) menyatakan bahwa sekolahnya mengikuti Kurikulum 2019 Taiwan yang ditetapkan Kementerian Pendidikan, di mana pengajaran aksara tradisional menjadi elemen inti yang sepenuhnya terintegrasi dengan sistem pendidikan negara tersebut.
Di sisi lain, Lee juga menyebutkan bahwa banyak siswa Malaysia datang ke Taiwan untuk menempuh pendidikan formal maupun program jangka pendek dalam pembelajaran bahasa Mandarin.
Ini menjadi arah upaya Taiwan di masa depan untuk terus melestarikan budaya Tionghoa, ujarnya.
Selesai/JA