K.R.A. Tejo Bagus Sunaryo sebut Taiwan rumah kedua, hadiahkan keris ke NFU

31/12/2024 17:28(Diperbaharui 02/01/2025 19:21)

Untuk mengaktivasi layanantext-to-speech, mohon setujui kebijakan privasi di bawah ini terlebih dahulu

Pangeran Keraton Surakarta, K.R.A. Tejo Bagus Sunaryo (kiri) memberikan keris kepada Rektor National Formosa University, Chang Shinn-liang, Senin. (Sumber Foto : CNA, 30 Desember 2024)
Pangeran Keraton Surakarta, K.R.A. Tejo Bagus Sunaryo (kiri) memberikan keris kepada Rektor National Formosa University, Chang Shinn-liang, Senin. (Sumber Foto : CNA, 30 Desember 2024)

Taipei, 31 Des. (CNA) Kerabat Sentana Dalem Karaton Surakarta Hadiningrat, K.R.A. Tejo Bagus Sunaryo, mengatakan bahwa Taiwan adalah rumah kedua baginya dan memberikan keris buatan tangannya kepada National Formosa University (NFU), saat ia berkunjung ke universitas di Yunlin tersebut hari Senin (30/12).

Ia memberikan keris tersebut kepada NFU sebagai ungkapan terima kasih atas dukungan kepada mahasiswa Indonesia di sana. Keris itu diterima langsung oleh Rektor NFU, Chang Shinn-liang (張信良), dalam upacara pemberkatan keris dan pertukaran budaya Taiwan-Indonesia yang digelar universitas hari Senin.

Chang menyebutkan bahwa dari seluruh mahasiswa internasional, sekitar 40 persen di antaranya, yakni sebanyak 66 orang, berasal dari Indonesia.

Ia juga memuji etika dan kerja keras para mahasiswa Indonesia, seraya menekankan bahwa kunjungan Pangeran ke Taiwan menjadi motivasi besar bagi mereka.

Chang menyatakan bahwa selain menyediakan lingkungan pembelajaran dan pengembangan teknologi teknik, NFU juga berada di Huwei, sebuah kota yang menarik, dengan industri gula dan seni wayang.

Ia berharap bahwa selain melalui keahlian di bidang teknologi, kolaborasi budaya dapat terjadi dengan menghubungkan keahlian pangeran tersebut di bidang musik dan wayang.

Bagus bercerita tentang pengalaman masa mudanya saat belajar di Taiwan, di mana ia belajar bahasa Mandarin dan budaya Taiwan dengan berinteraksi di kuil-kuil karena tidak ada kelas bahasa Mandarin di sekolahnya. 

“Mereka adalah ayah dan ibu saya, mereka adalah guru saya, mereka mengajarkan saya Mandarin, mengajarkan saya bermain Mahjong, dalam benak saya, Taiwan adalah rumah kedua saya, jadi setiap tahun saya datang ke Taiwan,” katanya.

Ia berharap mahasiswa Indonesia tidak hanya berfokus pada akademik, tetapi juga memanfaatkan sumber daya pendidikan holistik NFU untuk mempelajari budaya Taiwan dan memperluas wawasan internasional mereka.

Selain berinteraksi dengan mahasiswa Indonesia, Bagus juga mengunjungi berbagai lokasi untuk pertukaran lintas budaya dan teknologi pertanian serta mengunjungi Huwei Sugar dan Hankuan Fruit & Vegetable Cooperative untuk mempelajari budaya gula dan teknologi rantai dingin Taiwan.

Bagus juga dijadwalkan mengunjungi grup teater wayang di Desa Shuilin sebagai persiapan awal untuk proyek kolaborasi seni antara wayang Taiwan dan Jawa di Taiwan Traditional Theatre Festival 2025.

(Oleh Chiang Yi-ching dan Antonius Agoeng Sunarto)

Selesai/JC/CC

How mattresses could solve hunger
0:00
/
0:00
Kami menghargai privasi Anda.
Fokus Taiwan (CNA) menggunakan teknologi pelacakan untuk memberikan pengalaman membaca yang lebih baik, namun juga menghormati privasi pembaca. Klik di sini untuk mengetahui lebih lanjut tentang kebijakan privasi Fokus Taiwan. Jika Anda menutup tautan ini, berarti Anda setuju dengan kebijakan ini.
Diterjemahkan oleh AI, disunting oleh editor Indonesia profesional.