Oleh Muhammad Irfan, reporter staf CNA
Pekerja migran rumah tangga asal Banyumas, Umi Khadiyah membuktikan dirinya bisa unjuk diri dan piawai berbahasa Hokkien Taiwan melalui musik, ia bahkan sering diundang ke acara pernikahan atau kuil di Taiwan untuk menyanyi.
"Aku mungkin dianggap unik karena aku mengenakan hijab, orang Indonesia, tetapi malah sering menyanyikan lagu Taiyi (Hokkien Taiwan)," kata Umi kepada CNA di Kaohsiung, Minggu (11/8).
Seperti banyak penyanyi Indonesia dari kalangan Pekerja Migran Indonesia (PMI) di Taiwan lainnya, Umi juga tak memiliki latar penyanyi profesional. Ia bahkan menapaki karir bermusiknya di Taiwan, di sela-sela kesibukan kerjanya menjaga kakek dan nenek. Itu dimulai sembilan tahun lalu saat Umi baru datang ke Taiwan.
Menurut Umi, penempatan pertama dia di Taiwan adalah di Zuoying, Kaohsiung. Di sana ia bekerja lima tahun tanpa libur. Namun bukan berarti Umi tak memiliki waktu untuk bersantai, karena majikannya memperbolehkan ia keluar rumah selama beberapa jam setiap hari.
Di waktu yang tidak banyak ini, Umi sering ke danau di dekat tempat kerjanya. Di situ ada mesin karaoke yang bisa digunakan dengan tarif NT$20 (Rp9.717) per lagu. Sayang, koleksi lagu di tempat itu hanya lagu lokal berbahasa Mandarin dan Hokkien Taiwan.
"Kalau mau nyanyi lagu Indonesia kan jauh, (saya) harus ke Kaohsiung. Sementara waktu juga terbatas. Jadi saya ya nyanyi yang ada saja. Sekadar menghibur diri," kata Umi.
Tak disangka, hobi barunya ini malah memberikan kesempatan baru pada dirinya. Karena keunikannya sebagai orang Indonesia yang sering bergabung di karaoke bersama warga lokal, ia malah kebanjiran permintaan lagu dan ajakan duet.
Di antara warga lokal, ada juga yang mengoreksi pelafalan bahasa Hokkien Taiwan yang ia nyanyikan. Ini membuatnya makin semangat untuk belajar lagu-lagu baru dengan pelafalan yang lebih sempurna.
Sekarang Umi sering diundang untuk mengisi hiburan di acara pernikahan dan kuil orang Taiwan. Ia bahkan diundang oleh sejumlah TV untuk membagikan kisahnya. Melihat capaian baik ini, majikannya yang baru sangat mendukungnya.
Belajar bahasa dari lagu
Umi kini bisa dibilang fasih berbicara dalam Mandarin dan Hokkien Taiwan. Namun, siapa sangka kalau pencapaian ini ia dapat lewat lagu-lagu yang ia pelajari dan nyanyikan.
"Belajar Mandarin dan Taiyi (Hokkien Taiwan) dari lagu. Karena setiap hari aku menebak artinya lama-lama ngerti," kata Umi.
Menurut Umi di awal aktivitas menyanyinya, tentu dirinya sama sekali tak memahami apa yang diceritakan dalam lagu-lagu itu. Namun, ia menebak dari ekspresi penonton dan nada lagu yang dinyanyikan.
Nada yang ceria, ia asumsikan bercerita tentang hal yang seru. Sementara kalau ekspresi pendengar tampak merenung, ia asumsikan lagu yang ia bawakan bercerita tentang kisah sedih.
Namun, seiring waktu, kemampuan berbahasa Umi pun meningkat, terutama untuk bahasa Hokkien Taiwan. Apalagi, majikan tempat ia kerja dulu pun sehari-harinya hanya menonton tayangan TV berbahasa Hokkien Taiwan.
"Sekarang saya sudah tahu artinya apa. Bahkan sekarang sampai menangis saking lagunya bercerita tentang hal yang sedih," kata Umi.
Menurut Umi, lagu yang kerap membuat ia menangis adalah lagu tentang ayah. Ada satu lagu juga yang bercerita tentang anak perempuan yang merantau jauh meninggalkan ayahnya.
"Di lagu itu si anak sering terkenang nasib ayahnya di rumah dan ia bertekad akan segera pulang setelah sukses nanti untuk membahagiakan orang tua. Sampai merinding (kalau menyanyikan lagu itu) karena saya juga mengalaminya," ucap Umi.
Selesai/JC