Presiden Lai: Taiwan perkuat pertahanan siber hadapi ancaman dari Tiongkok

15/04/2025 16:43(Diperbaharui 15/04/2025 16:43)

Untuk mengaktivasi layanantext-to-speech, mohon setujui kebijakan privasi di bawah ini terlebih dahulu

Presiden Lai Ching-te memberikan pidato pada pembukaan 2025 Cybersec Expo di Taipei pada Selasa. (Sumber Foto : CNA, 15 April 2025)
Presiden Lai Ching-te memberikan pidato pada pembukaan 2025 Cybersec Expo di Taipei pada Selasa. (Sumber Foto : CNA, 15 April 2025)

Taipei, 15 Apr. (CNA) Taiwan tidak hanya menghadapi intimidasi militer dari Tiongkok, tetapi juga berada di garis depan ancaman keamanan siber global, dan sedang mengambil tindakan untuk melawan serangan-serangan tersebut, kata Presiden Lai Ching-te (賴清德) pada Selasa (15/4).

Berbicara pada pembukaan Cybersec Expo 2025 di Taipei, Lai meyakinkan para diplomat asing dan peserta pameran bahwa Taiwan berkomitmen memperkuat pertahanannya terhadap serangan siber dan meningkatkan ketahanan infrastruktur digitalnya.

Lai merujuk pada laporan dari Biro Keamanan Nasional (NSB) yang menunjukkan bahwa Jaringan Layanan Pemerintah menghadapi rata-rata 2,4 juta upaya peretasan setiap hari pada 2024, lebih dari dua kali lipat jumlah pada 2023.

Laporan NSB tersebut menyoroti serangan dunia maya oleh peretas yang didukung negara Tiongkok yang menargetkan lembaga pemerintah, sektor teknologi tinggi, dan infrastruktur penting di Taiwan.

Presiden Lai Ching-te (kedua dari kanan) dan Sekretaris Jenderal Dewan Keamanan Nasional Joseph Wu (ketiga dari kanan) pada pembukaan 2025 Cybersec Expo di Taipei pada Selasa. (Sumber Foto : CNA, 15 April 2025)
Presiden Lai Ching-te (kedua dari kanan) dan Sekretaris Jenderal Dewan Keamanan Nasional Joseph Wu (ketiga dari kanan) pada pembukaan 2025 Cybersec Expo di Taipei pada Selasa. (Sumber Foto : CNA, 15 April 2025)

Lai mengatakan bahwa di bawah Strategi Keamanan Siber Nasional yang diluncurkan pekan lalu, pemerintah akan terus memperkuat ketahanan masyarakat Taiwan, mendorong ekosistem industri, serta mengembangkan teknologi baru untuk menghadapi risiko siber yang terus berkembang.

Strategi tersebut merinci rencana dan tujuan pemerintah untuk mengatasi risiko keamanan siber yang merajalela dalam beberapa tahun ke depan.

Raymond Greene, direktur Kantor Utama Taipei dari Institut Amerika di Taiwan (AIT), menyebutkan bahwa Taiwan menduduki peringkat tertinggi di kawasan Asia-Pasifik dalam hal volume ancaman siber, mengutip data dari perusahaan keamanan siber asal AS, FortiGuard Labs.

Menurut laporan FortiGuard Labs, terdapat 412 miliar ancaman siber terdeteksi di Asia-Pasifik selama paruh pertama tahun 2023, dan 55 persen di antaranya menargetkan Taiwan, ujar Greene.

Ia menekankan bahwa kemitraan antara Amerika Serikat dan Taiwan di sektor keamanan siber sangat penting, karena tidak ada satu negara atau ekonomi pun yang dapat mengatasi tantangan tersebut sendirian.

Menurut penyelenggara, Cybersec Expo, yang akan berlangsung hingga Kamis, mengumpulkan lebih dari 400 merek keamanan siber untuk memamerkan teknologi dan solusi terbaru mereka.

Selama tiga hari, acara ini juga menghadirkan sekitar 300 sesi pembicaraan, dengan pembicara seperti Wakil Ketua Parlemen Republik Ceko Jan Bartošek dan Asisten Profesor Jason Vogt dari U.S. Naval War College, di antara tokoh-tokoh lainnya.

(Oleh Teng Pei-ju dan Jennifer Aurelia)

>Versi Bahasa Inggris

Selesai/JC

How mattresses could solve hunger
0:00
/
0:00
Kami menghargai privasi Anda.
Fokus Taiwan (CNA) menggunakan teknologi pelacakan untuk memberikan pengalaman membaca yang lebih baik, namun juga menghormati privasi pembaca. Klik di sini untuk mengetahui lebih lanjut tentang kebijakan privasi Fokus Taiwan. Jika Anda menutup tautan ini, berarti Anda setuju dengan kebijakan ini.
Diterjemahkan oleh AI, disunting oleh editor Indonesia profesional.