Taipei, 30 Nov. (CNA) National Taiwan University of Science and Technology (NTUST) menyampaikan Pusat Inovasi Sains dan Teknologi Taiwan-Indonesia mereka baru-baru ini mengadakan lokakarya manajemen pengolahan sampah plastik dengan mengundang 12 pakar dari Indonesia untuk berpidato dan berpartisipasi dalam diskusi panel.
Lokakarya yang diadakan dari 18 hingga 20 November tersebut dihadiri perwakilan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Kementerian Perindustrian RI, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, dan Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya, serta menarik sekitar 130 ahli dari Taiwan dan negara-negara lainnya, menurut siaran pers NTUST, Kamis (28/11).
Dalam lokakarya bertemakan strategi inovasi sirkular, kebijakan daur ulang plastik, dan industri hijau itu, para pakar Indonesia membahas teknik terbaru serta tren masa depan dalam pengurangan, pengelolaan, dan daur ulang limbah plastik, sekaligus menjajaki peluang kerja sama yang lebih dalam, menurut siaran pers tersebut.
Direktur Jenderal Daur Ulang Sumber Daya Taiwan, Lai Ying-ying (賴瑩瑩), menyatakan bahwa Taiwan berkomitmen mendorong daur ulang sumber daya dan target nol limbah.
Melalui berbagi teknologi dan koordinasi kebijakan, Taiwan berharap dapat mempererat kerja sama dengan Indonesia untuk menghadapi tantangan lingkungan global, tambah Lai.
Kepala Pusat Riset Teknologi Polimer BRIN, Joddy Arya Laksmono, menekankan bahwa Indonesia dan Taiwan akan berfokus pada praktik keberlanjutan, mengeksplorasi cara praktis untuk mengurangi penggunaan plastik, dan mendalami analisis siklus hidup limbah plastik serta tantangan lingkungan terkait.
Di luar pertukaran akademis, delegasi Indonesia mengunjungi Li Tsang Plastics Co. dan Chieh An Environmental Engineering Co. di Miaoli, di mana mereka mempelajari pengalaman teknis Taiwan, menurut siaran pers NTUST.
Ketua Li Tsang Plastics, Cheng Chu-lan (鄭竹嵐), yang juga alumnus NTUST, memaparkan bagaimana PET plastik diolah melalui proses pemilahan, pencucian, dan penghancuran menjadi butiran plastik bersih yang transparan, yang kemudian digunakan untuk membuat selubung komputer, peralatan rumah tangga, dan mainan.
Dari situ, delegasi Indonesia berharap untuk memperkuat kerja sama di bidang transfer teknologi hijau dan investasi Kebijakan Baru ke Arah Selatan di masa depan, menurut NTUST.
Universitas yang berbasis di Taipei tersebut mengatakan lokakarya ini tidak hanya mendorong pertukaran yang kaya antara sektor industri, pemerintah, dan akademisi kedua negara saja, tetapi juga memperdalam kerja sama di bidang ekonomi sirkular.
Inisiatif ini membuka peluang baru bagi pengelolaan limbah plastik dan mendorong pembangunan berkelanjutan di kawasan Asia, tambah NTUST.
Selesai/IF