Taipei, 26 Agu. (CNA) Kasus demam berdarah dengue (DBD) lokal pertama di Taiwan tahun ini dilaporkan selama pekan 19-25 Agustus, melibatkan klaster empat orang yang tinggal di Kaohsiung, kata Pusat Pengendalian Penyakit (CDC) pada Selasa (26/8).
Kasus pertama adalah seorang pria berusia 50-an yang menunjukkan gejala sakit kepala, mual, dan kehilangan nafsu makan pada 23 Agustus. Ia mencari pengobatan keesokan harinya dan dinyatakan positif DBD tipe dua, menurut rilis pers.
Setelah dilakukan penyelidikan, dua anggota keluarga yang tinggal bersama pria tersebut dan seorang tetangga juga dinyatakan positif DBD tipe dua.
Biro kesehatan setempat telah memperluas pemeriksaan ke 101 kontak potensial, kata CDC.
Dalam konferensi pers rutin pada Selasa, juru bicara CDC Tseng Shu-hui (曾淑慧) mengatakan pusat manajemen regional pusatnya akan bekerja sama dengan pemerintah daerah untuk mengurangi risiko wabah, sementara pemerintah daerah juga telah mendirikan pusat komando untuk tindakan pencegahan penyakit di wilayah tersebut.
Tseng mengatakan kasus-kasus pertama ini muncul lebih lambat dibandingkan dalam sepuluh tahun terakhir. Namun, hal itu tidak menunjukkan apakah wabah akan lebih parah atau tidak.
Ia mengatakan penyebaran DBD dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti curah hujan dan suhu. Mengingat wabah global DBD yang parah tahun lalu, serta suhu tinggi dan curah hujan lebat baru-baru ini yang menciptakan kondisi berkembang biak yang menguntungkan bagi nyamuk vektor, risiko penyebaran penyakit ini meningkat.
CDC mengingatkan masyarakat bahwa wabah di negara-negara Asia Tenggara tetangga masih parah, dan menyarankan para pelancong untuk mengambil langkah-langkah antinyamuk.
Individu yang mengalami gejala seperti demam, sakit kepala, nyeri otot atau sendi, dan ruam setelah tiba di Taiwan juga harus secara aktif memberi tahu petugas karantina bandara, kata pusat tersebut.
Adapun demam chikungunya, dua kasus impor lagi dilaporkan selama pekan 19-25 Agustus, keduanya dari Filipina, kata Tseng.
Hingga 25 Agustus, CDC telah mencatat 19 kasus impor pada tahun 2025, tertinggi untuk periode enam tahun terakhir, termasuk 13 dari Indonesia, empat dari Filipina, dan masing-masing satu dari Sri Lanka dan Tiongkok.
Selesai/ja