Taipei, 18 Agu. Pada Minggu (17/8) Rerum Novarum mengadakan kegiatan pada sore hari dengan membacakan deklarasi martabat pekerja migran Indonesia (PMI). Acara tersebut untuk memperingati kemerdekaan RI ke-80, ujar Jasoon Lee perwakilan Rerum Novarum pada CNA.
Perayaan yang diisi dengan acara menyanyi bersama lagu-lagu nasional RI, tarian tradisional Indonesia, dan acara joget bersama ini dihadiri tak hanya oleh aanak buah kapal (ABK) melainkan juga pekerja migran Indonesia (PMI) yang tinggal di wilayah tersebut, ujar Jason.
Turut hadir Arif Sulistiyo, Kepala Kantor Dagang dan Ekonomi Indonesia (KDEI) Taipei beserta stafnya mengunjungi pelabuhan tersebut dan berpartisipasi dalam menandatangani deklarasi yang dipersiapkan oleh para ABK.
Dalam sambutannya, Arif mengajak rekan-rekan ABK untuk menjaga nama baik Indonesia dan menaati peraturan yang ada di Taiwan.
"Pertama, ingat bahwa niat teman-teman ke Taiwan itu untuk bekerja, jadi mari kita jaga nama baik Indonesia, mari kita taati aturan-aturan yang ada di Taiwan ini. Selanjutnya, saya mengajak kepada temen-temen, apabila ada permasalahan, tolong nanti bisa melalui temen-temen grup Pantura, temen-temen grup Ganas, temen-temen grup Aodi. Kalau tidak bisa diselesaikan, nanti bisa disampaikan ke kita (KDEI Taipei) untuk kita bantu selesaikan."
Dalam deklarasi Martabat PMI yang ditandatangi oleh para aktivis organisasi setempat, juga dibacakan oleh perwakilan salah satu organisasi ABK. Isi deklarasi tersebut yaitu;
Kami menyatakan:
Kami, para pekerja migran yang bekerja di negeri asing, menyatakan atas nama martabat: hidup kami bukan sekadar alat tenaga kerja, tetapi keberadaan yang utuh dengan mimpi, keyakinan, keluarga, dan budaya.
Kami menolak untuk dilupakan, dieksploitasi, dan diberi label.
Kami menuntut untuk dilihat, didengar, dan dihormati.
Bahasa, keyakinan, hari raya, dan cerita kami adalah akar kami.
Kami bukan hanya buruh,
kami adalah pembangun komunitas, jembatan, dan berkah.
Kami menyatakan: di setiap pelabuhan, pabrik, rumah tangga, dan tempat kerja mana pun, kami memiliki hak untuk berbicara, hak untuk beristirahat, dan hak untuk dilindungi.
Martabat kami bukanlah pemberian,
melainkan hak yang melekat sejak lahir.
Semoga deklarasi ini menjadi janji di antara kitadan pengingat bagi masyarakat.
Atas nama pekerja migran, kami menyatakan martabat.
Musala di Pelabuhan Aodi
Selain mengunjungi perayaan kemerdekaan RI, Arif beserta rombongannya juga turut merasakan manfaat musala Nurul Huda di Pelabuhan Aodi, New Taipei City dengan mengikuti salat zuhur berjamaah sebelum menghadiri acara peringatan HUT RI ke-80 di pelabuhan tersebut, tulis rilis pers KDEI.
Gedung dua lantai di lingkungan pelabuhan yang sangat mudah dijangkau oleh para anak buah kapal (ABK) tersebut dialihfungsikan menjadi musala atas bantuan dari Rerum Novarum Center.
“Dulu gedungnya kotor, tetapi setelah (gedungnya) boleh dijadikan musala, teman-teman ABK semangat menyikat gedung sampai bersih. Mereka memperlihatkan pada orang Taiwan kalau jadi musala, tempat jadi bersih,” jelas Jason perwakilan dari Rerum Novarum Center kepada Arif Sulistiyo.
“Dijaga kebersihan musalanya sebagai tanda menjaga amanah yang diberikan,” pesan Arif Sulistiyo.
Para ABK juga mengungkapkan kebahagiaan dengan adanya musala di lokasi yang sangat strategis bagi mereka.
"Sebelum berlayar, bisa salat dulu di sini. Habis berlayar dan bongkar muat juga bisa istirahat, kumpul sama teman-teman di sini," kata salah satu ABK.
Dalam kesempatan ini, Arif Sulistiyo juga menyumbangkan enam gulung karpet untuk musala tersebut.
Arif juga menyampaikan apresiasi kepada Rerum Novarum Center, yang terus memperjuangkan hak-hak para ABK, termasuk mengusahakan fasilitas yang layak di pelabuhan, seperti musala, tempat berkumpul, WC, dan kamar mandi.
Selesai/IF