Taipei, 26 Mei (CNA) Mahkamah Agung telah mengembalikan kasus seorang pria yang dijatuhi hukuman mati karena menembak mati empat orang di Taiwan tengah pada 2022, di tengah pengetatan kriteria negara tersebut untuk menjatuhkan hukuman mati.
Mahkamah hari Senin (26/5) memutuskan bahwa Pengadilan Tinggi Taiwan harus menilai secara terpisah hukuman untuk beberapa kejahatan yang dilakukan Lee Hung-yuan (李鴻淵), mantan karyawan produsen bioteknologi kontrak Kang Jian di Nantou, dengan mengutip Putusan No. 113-Hsien-Pan-8, yang dikeluarkan pada September 2024.
Dalam putusan tersebut, Mahkamah Konstitusi memutuskan bahwa hukuman mati konstitusional hanya untuk kejahatan terencana "Yang paling serius" yang mengakibatkan kematian.
Putusan Senin menandai perubahan besar dalam kasus ini, setelah Pengadilan Distrik Nantou dan Cabang Taichung dari Pengadilan Tinggi sebelumnya telah menjatuhkan dan mempertahankan hukuman mati terhadap Lee.
Pada 14 Juli 2022, Lee membunuh saudara laki-laki dan putri Ketua Kang Jian, Lai Min-nan (賴敏男), serta dua karyawan bermarga Chang (張) dan Liu (劉). Ia juga menembak Lai di kepala, meskipun Lai selamat.
Pengadilan distrik menjatuhkan tiga hukuman mati dan satu hukuman seumur hidup kepada Lee atas pembunuhan tersebut.
Meskipun mengaku bersalah, pelaku mengajukan banding atas putusan tersebut.
Cabang Taichung dari Pengadilan Tinggi mempertahankan putusan tersebut pada Desember 2023, dengan menyatakan bahwa tindakan Lee merupakan "Kejahatan paling serius" sebagaimana didefinisikan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Dengan mengutip evaluasi psikiatri forensik yang menunjukkan kemungkinan rehabilitasi yang rendah, Pengadilan Tinggi menyimpulkan bahwa hukuman mati adalah satu-satunya cara untuk menegakkan keadilan dan menjaga ketertiban sosial. Lee kembali mengajukan banding.
Pada Maret 2024, Mahkamah Agung mempertahankan hukuman seumur hidupnya, namun tidak segera meninjau hukuman mati tersebut.
Sebaliknya, pengadilan menunggu putusan Mahkamah Konstitusi mengenai legalitas hukuman mati, menyusul petisi banding luar biasa yang diajukan 37 terpidana mati.
Sejak Presiden Lai Ching-te (賴清德) menjabat pada Mei tahun lalu, satu narapidana, Huang Lin-kai (黃麟凱) -- salah satu dari 37 pemohon -- telah dieksekusi.
Huang dijatuhi hukuman mati pada 2017 atas pemerkosaan dan pembunuhan mantan pacarnya pada 1 Oktober 2013 serta pembunuhan ibu mantan pacarnya di Distrik Sanchong, New Taipei.
Sebagai perbandingan, dua terpidana mati dieksekusi selama dua masa jabatan mantan Presiden Tsai Ing-wen (蔡英文) (2016-2024), sementara 33 eksekusi dilakukan selama pemerintahan Presiden Ma Ying-jeou (馬英九) dari 2008 hingga 2016.
(Oleh Hsieh Hsing-en, Evelyn Kao, Flor Wang, Ko Lin, Matthew Mazzetta, Chao Yen-hsiang, dan Muhammad Irfan)
>Versi Bahasa Inggris
Selesai/JC