Taipei, 11 Mei (CNA) Versi digital bahasa Inggris National Geographic baru saja menyoroti lima lokasi tersembunyi di Taiwan -- Pinglin, Xiaoliuqiu, Dulan, Pingtung, dan Alishan -- sembari memuji keanekaragaman hayati pulau tersebut yang mereka katakan luar biasa dan masih belum banyak diketahui.
Artikel tersebut menyebut banyak wisatawan hanya mengenal Taipei, padahal di luar ibu kota, Taiwan menyimpan perpaduan antara keindahan alam dan budaya yang mendalam. Lebih dari separuh wilayah Taiwan ditutupi hutan, dari hutan hujan subtropis hingga hutan cemara dataran tinggi, tambah National Geographic.
Asisten Peneliti National Taiwan Museum (NTM) Phaedra Fang (方慧詩) menyampaikan bahwa Pinglin digambarkan sebagai kota pegunungan penghasil teh yang masih asri berkat regulasi lingkungan ketat sejak 1980-an.
Hutan yang berada di New Taipei ini dipenuhi paku pohon purba dan suara burung sepanjang tahun, serta ladang teh yang menghiasi lereng bukit, tambahnya.
Sementara itu, Xiaoliuqiu, sebuah pulau di barat daya Taiwan, dalam tulisan itu disebut sebagai surga menyelam, rumah bagi penyu hijau dan biota laut berwarna-warni seperti ikan singa dan pari tutul biru, dengan visibilitas air mencapai 20 meter pada musim puncak Mei–September.
Selanjutnya, artikel tersebut menyebutkan, Dulan dikenal sebagai lokasi berselancar dan pusat budaya suku Amis. Di sini, perempuan Amis memanen kerang saat air surut, seperti tradisi nenek moyang mereka.
Kini, wilayah pesisir yang berada di Kabupaten Taitung itu juga menjadi rumah bagi para seniman dan musisi, serta tuan rumah festival budaya Amis Music Festival.
Pingtung, kabupaten paling selatan Taiwan, dipuji artikel sebagai lumbung pangan pulau, dengan iklim tropisnya menghasilkan buah-buahan seperti nanas, mangga, hingga pisang. Di pegunungannya, masih dapat dijumpai babi hutan, monyet Formosa, dan burung elang besar.
Sementara itu, Fang mengatakan, jejak harimau tutul Taiwan yang telah punah pun masih hidup dalam legenda dan memori.
Di sisi lain, Alishan dengan kereta hutan berusia seabad dan panorama matahari terbitnya dianggap sebagai lokasi ideal untuk memahami sejarah kehutanan dan transportasi Taiwan.
Jalur kereta kuno ini dulu digunakan untuk mengangkut kayu cypress, kini menjadi jalur wisata yang melintasi hutan berkabut dan desa-desa pegunungan, tulis artikel itu.
Artikel menegaskan bahwa keindahan Taiwan bukan hanya soal makanan, tetapi juga warisan budaya dan keanekaragaman hayatinya yang luar biasa.
(Oleh Chang Hsin-yu dan Antonius Agoeng Sunarto)
Selesai/JC