KDEI temui CGA untuk pantau kasus ABK yang hilang dan kunjungi korban kapal terbakar

07/03/2025 20:39(Diperbaharui 07/03/2025 20:40)

Untuk mengaktivasi layanantext-to-speech, mohon setujui kebijakan privasi di bawah ini terlebih dahulu

Perwakilan KDEI Taipei mengunjungi salah satu ABK korban kapal terbakar yang mengalami luka bakar terparah. (Sumber Foto : KDEI Taipei)
Perwakilan KDEI Taipei mengunjungi salah satu ABK korban kapal terbakar yang mengalami luka bakar terparah. (Sumber Foto : KDEI Taipei)

Taipei, 7 Mar. (CNA) Kantor Dagang dan Ekonomi Indonesia (KDEI) di Taipei mengatakan mereka masih terus berupaya mendampingi kasus anak buah kapal (ABK) yang masih hilang bersama kaptennya akibat insiden kapal terbakar di Taiwan utara baru-baru ini, serta mengunjungi ABK yang mengalami luka bakar parah karenanya.

Kunjungi CGA minta terus mencari ABK yang hilang 

Kepala KDEI Taipei, Arif Sulistiyo, didampingi Analis Bidang Tenaga Kerja, Kadir dan Mira Caliandra, menemui perwakilan Direktorat Jenderal Penjaga Pantai (CGA) Chuang Kuang-cheng (莊光正) di kantor mereka di Kota Keelung pada Kamis (6/3), menurut rilis pers KDEI.

Dalam pertemuan tersebut, dibahas pencarian terhadap seorang ABK asal Indonesia dan kaptennya yang hilang pasca kapal perikanan "San Hsie Shun No. 26" terbakar pada 2 Maret, diduga akibat ledakan gas.

Baca juga: ABK migran Indonesia dan kapten Taiwan hilang setelah kapalnya terbakar

CGA menyatakan mereka akan terus mencari kedua orang hilang tersebut meskipun menurut standar internasional bahwa masa "waktu emas" pencarian orang hilang di laut adalah 72 jam, menurut rilis pers. 

“CGA tidak memberlakukan standar tersebut dan akan mencari ABK dan kapten yang hilang dalam waktu yang belum dibatasi,” ujar Chuang menjawab pertanyaan Arif terkait pencarian ABK yang hilang.

Ia juga menambahkan bahwa pencarian juga dibantu dua kapal Jepang.

Kepala KDEI Taipei, Arif Sulistiyo (kanan) menemui perwakilan Direktorat Jenderal Penjaga Pantai  Chuang Kuang-cheng (kiri) di kantor CGA di Keelung. (Sumber Foto : KDEI Taipei)
Kepala KDEI Taipei, Arif Sulistiyo (kanan) menemui perwakilan Direktorat Jenderal Penjaga Pantai  Chuang Kuang-cheng (kiri) di kantor CGA di Keelung. (Sumber Foto : KDEI Taipei)

Meskipun pencarian tersebut menemui kendala dikarenakan keadaan cuaca buruk, angin kencang, ombak besar, dan suhu yang rendah, tetapi tidak hal itu tidak menghentikan upaya pencarian karena CGA menggunakan kapal besar, ungkapnya.

Arif pun meminta CGA untuk memperlengkapi para ABK dengan sosialisasi cara menghadapi kebakaran dan kebocoran gas di atas kapal, mengingat dalam baru-baru ini cukup banyak kejadian kecelakaan kerja di kapal yang menimpa ABK Indonesia.

Dalam tanggapannya, Chuang berjanji akan mengadakan pertemuan dengan asosiasi perikanan untuk menjaga keselamatan ABK, menurut rilis pers KDEI Taipei.

Kunjungi korban luka bakar terparah

Husen Mauludin, kepala Bidang Ketenagakerjaan KDEI, mengunjungi korban ABK kapal terbakar yang mengalami luka bakar hingga 25 persen di salah satu rumah sakit yang berada di Taipei, ujar pernyataan yang diberikan kantor tersebut.

Sebelumnya, Arif pada Selasa juga telah menjenguk ABK salah satu korban kapal terbakar di salah satu rumah sakit Keelung.

Baca juga: KDEI jenguk ABK migran Indonesia korban kapal terbakar di Keelung

ABK yang berinisial nama N itu adalah salah seorang yang paling terparah mengalami luka bakar dibandingkan empat rekan ABK lainnya yang berhasil selamat, sehingga pada Rabu ia harus menjalani operasi dan dirawat di instalasi rawat intensif (ICU), ujar pernyataan KDEI.

“Waktu kejadian tersebut, posisi saya paling dekat dengan gas yang meledak, jadi saya juga kelempar. Pas selamatin diri di laut, saya harus nahan sakit dari luka bakar sampai kapal teman majikan datang,” jelas N saat menceritakan kejadian terbakarnya kapal pada tim KDEI.

N juga menyampaikan bahwa usai majikan sekaligus kapten kapal menelepon kapal lain untuk meminta bantuan, ia tidak dapat memerhatikan keberadaan majikan dengan jelas. Namun, N mengatakan bahwa majikannya adalah orang yang baik.

Saat ditanya pihak KDEI apakah N mau bekerja kembali di Taiwan setelah sembuh, ia pun mengatakan ingin, tetapi bukan di laut sebagai ABK.

“Saya masih pengin kerja di Taiwan, apa saja yang penting halal, harapan saya kerja di darat seperti perkebunan atau pabrik, karena takut sih kalau di laut lagi,” ujar N kepada perwakilan KDEI.

Kunjungi 3 ABK korban kapal terbakar di mes agensi

Sementara itu, Arif bersama timnya juga menjenguk tiga ABK Indonesia berinisial S, SA, A, yang juga korban kapal terbakar "San Hsie Shun No. 26" yang selamat dengan luka ringan. 

Ketiga ABK tersebut kini tinggal sementara di mes agensi tanpa pungutan biaya, sementara pihak agensi membantu mereka untuk dapat berkomunikasi dengan keluarga mengingat alat komunikasi dan seluruh barang milik mereka turut terbakar, ujar rilis pers KDEI.

Ketiga ABK menyampaikan bahwa kejadian terbakarnya kapal akibat ledakan tabung gas berdampak pada kondisi psikologis mereka sehingga membutuhkan waktu untuk siap kembali bekerja di laut, dengan salah satunya berharap segera kembali ke Indonesia, menurut rilis tersebut.

Kepala KDEI Taipei, Arif Sulistiyo (ketiga dari kanan) bersama timnya menjenguk tiga ABK berinisial S, SA, A, yang merupakan korban kapal terbakar yang kini tinggal di mes agensinya. (Sumber Foto : KDEI Taipei)
Kepala KDEI Taipei, Arif Sulistiyo (ketiga dari kanan) bersama timnya menjenguk tiga ABK berinisial S, SA, A, yang merupakan korban kapal terbakar yang kini tinggal di mes agensinya. (Sumber Foto : KDEI Taipei)

Selain membagikan bingkisan, Arif juga memberikan motivasi bagi para ABK tersebut untuk tetap bekerja di Taiwan dan berkomitmen akan membantu mereka pindah majikan atau pulang ke tanah air. 

Dalam wawancaranya secara khusus bersama CNA, Arif mengatakan bahwa pihaknya akan terus memantau serta berkoordinasi dengan otoritas terkait di Taiwan, dan tetap memantau perkembangan para ABK yang sakit. 

“KDEI Taipei juga terus memantau perkembangan terbaru ABK yang belum ditemukan, dan kami terus mengabarkan perkembangannya secara berkala kepada keluarga korban di Indonesia,” ujarnya saat dihubungi CNA melalui pesan singkat.

(Oleh Miralux)

Selesai/JC

How mattresses could solve hunger
0:00
/
0:00
Kami menghargai privasi Anda.
Fokus Taiwan (CNA) menggunakan teknologi pelacakan untuk memberikan pengalaman membaca yang lebih baik, namun juga menghormati privasi pembaca. Klik di sini untuk mengetahui lebih lanjut tentang kebijakan privasi Fokus Taiwan. Jika Anda menutup tautan ini, berarti Anda setuju dengan kebijakan ini.
Diterjemahkan oleh AI, disunting oleh editor Indonesia profesional.