Taipei, 11 Sep. (CNA) Kepala Biro Hukum dan Humas BP2MI, Hadi Wahyuningrum, dalam jumpa pers di Command Center BP2MI Jakarta menyatakan bahwa video Kepala BP2MI, Benny Rhamdani, yang memberi keterangan tentang pemberian bantuan senilai Rp1,5 miliar untuk 20 Pekerja Migran Indonesia adalah hoaks.
Yayuk, sapaan Hadi Wahyuningrum melalui laman BP2MI menuliskan bahwa video yang diedarkan oleh oknum tidak bertanggungjawab di media sosial facebook dengan akun palsu “Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia BP2MI” ini, dapat dipastikan adalah video palsu atau hoax yang dibuat secara manipulatif menggunakan teknologi deepfake (rekayasa video berbasis AI).
“Kami mengimbau kepada para Pekerja Migran Indonesia untuk berhati-hati terhadap informasi mencurigakan yang berisi penipuan melalui akun palsu yang mengatasnamakan BP2MI”, tulis Yayuk dalam laman tersebut.
Yayuk menerangkan bahwa deepfake adalah teknologi yang menggunakan kecerdasan buatan (AI) untuk membuat atau memanipulasi gambar, video, atau audio agar terlihat atau terdengar seperti seseorang, padahal sebenarnya tidak.
Deepfake sering digunakan untuk mengubah wajah atau suara seseorang dalam video dengan sangat realistis, sehingga tampak seperti orang tersebut benar-benar mengatakan atau melakukan sesuatu yang sebenarnya tidak pernah terjadi.
Dalam video tersebut menggambarkan Kepala BP2MI Benny Rhamdani sedang duduk di meja kerjanya dan menyampaikan pengumuman bantuan sejumlah uang bagi pekerja migran Indonesia. Video tersebut diunggah oleh akun palsu bernama Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia BP2MI dengan 9 orang penyuka dan 11 orang pengikut.
BP2MI resmi pun akhirnya mengeluarkan peringatan bahwa “BP2MI tidak pernah memberikan sejumlah uang sebagaimana video yang beredar. Apabila sobat migran menemukan video serupa, maka dapat dipastikan bahwa hal tersebut adalah hoax.” Tulis BP2MI dalam laman resminya.
Saat dihubungi CNA, Kadir analis bidang ketenagakerjaan KDEI perwakilan dari BP2MI mengatakan bahwa pihaknya selalu menyampaikan ke PMI agar bijak dan cerdas dalam menyaring informasi dari media sosial.
“Tetap hati-hati, pastikan dapat informasi dari sumber yang resmi dari KDEI Taipei dan instansi terkait di Indonesia.” Ujarnya.
Kadir juga menambahkan bahwa modus penipuan makin berkembang seiring dengan perkembangan teknologi, bahkan sudah ada juga yang menggunakan AI.
“Oleh karena itu agar tetap hati-hati. Sejatinya teknologi dapat kita manfaatkan untuk membantu kita dalam mencari informasi bukan sebaliknya. Tetap hati-hati dan semangat dalam bekerja.” Tegasnya menekankan sekali lagi.
Selesai/JA