Maluku, 19 Sep. (CNA) Kelompok sertifikasi proyek penyerap karbon hutan perusahaan Taiwan Fu Hua Intelligence Co. di Indonesia baru-baru ini mendatangi Pulau Seram, Provinsi Maluku untuk melakukan verifikasi lapangan, mengunjungi lokasi sampel hutan dan komunitas setempat.
Anak perusahaan Forward Electronics Co., Fu Hua Intelligence, bekerja sama dengan mitra Indonesia, Asia Assets Developments Co. (AAD), untuk mengembangkan penyerap karbon hutan di bagian barat Pulau Seram yang luasnya sekitar 144.000 hektare.
Dari sana, mereka diperkirakan dapat memperoleh 1 juta ton kredit karbon hutan setiap tahun, serta kredit karbon dari beberapa tahun sebelumnya. Saat ini, proyek ini dalam tahap permohonan sertifikasi. Jika lulus verifikasi, transaksi hak karbon dapat dimulai dalam 1 tahun.
Perjalanan verfikasi proyek hak karbon
Namun, untuk memperoleh hak karbon internasional, pengelola perlu melakukan kunjungan berulang ke hutan yang terpencil, membangun hubungan kepercayaan dengan pemerintah dan komunitas lokal, dan kemudian diverifikasi lembaga yang memiliki kredibilitas internasional.
Investasi Fu Hua Intelligence di Indonesia merupakan proyek pengembangan hak karbon terbesar Taiwan di luar negeri saat ini, dan baru saja mencapai tahap akhir, yaitu verifikasi.
Kelompok sertifikasi yang disetujui lembaga penerbit kredit karbon internasional Verra, Centre Testing International Group Co. (CTI), baru-baru ini mengirim dua staf mereka ke Pulau Seram untuk melakukan verifikasi lapangan, menggunakan metode Standar Karbon Terverifikasi (VCS).
Staf CTI bersama ahli dari Indonesia, didampingi Fu Hua Intelligence dan AAD, menghabiskan 3 hari di Pulau Seram, mengunjungi berbagai lokasi sampel hutan untuk memverifikasi kepemilikan tanah dan karakteristik tanaman.
Mereka juga mengunjungi pemerintah daerah dan perwakilan komunitas, memastikan bahwa komunitas lokal berpartisipasi aktif dalam program REDD+.
REDD+ adalah salah satu jenis hak karbon, yang merupakan langkah inisiatif global dengan pemberian insentif kepada negara berkembang untuk menanggulangi deforestasi dan degradasi hutan.
Chen Kai-hsien (陳開憲), seorang ahli rehabilitasi bakau dan gaharu dari National Taiwan University, menjelaskan bahwa proyek verifikasi Verra didasarkan pada konten yang awalnya diajukan Fu Hua Intelligence.
Selain memverifikasi metodologi jenis REDD+, kata Chen, pihaknya juga memastikan bahwa rencana pengembangan mematuhi standar CCB, yang mencakup tiga elemen: Manfaat Iklim (Climate Benefits), Manfaat Komunitas (Community Benefits), dan Manfaat Keanekaragaman Hayati (Biodiversity Benefits).
"Bagi lembaga pihak ketiga, mematuhi metodologi awal adalah elemen dasar; lebih penting lagi adalah apakah komunitas berpartisipasi aktif, dan apakah komunitas lokal setuju dan mendukung rencana pengembangan. Selain itu, penting untuk mengklarifikasi kepemilikan tanah hutan," ujar Chen.
Prospek cerah pasar karbon masa depan
Chen menyatakan bahwa ia percaya pasar hak karbon internasional masih memiliki ruang perkembangan yang besar, terutama karena negara-negara terus menerapkan pengurangan emisi nol bersih.
Ditambah lagi, kata Chen, Uni Eropa mulai menerapkan Mekanisme penyesuaian perbatasan karbon (CBAM) pada Oktober 2023 untuk menunjukkan komitmen terhadap perlindungan iklim dan memastikan pengurangan emisi adalah hal yang serius.
Chen menyatakan bahwa Taiwan adalah produsen penting di dunia, dengan permintaan hak karbon yang kuat untuk ekspor ke negara lain.
"Meskipun ada berbagai metode penghematan energi dan pengurangan emisi di dalam negeri, namun seberapa pun menguranginya, masih belum cukup. Oleh karena itu, pasti ada kebutuhan untuk penyerap karbon alami atau hak karbon alami," ujar Chen.
Ia menambahkan bahwa semua hutan di Taiwan dilindungi, dan negara tersebut bukan negara berkembang atau anggota PBB, sehingga tidak dapat mengembangkan hak karbon dengan metode REDD.
Untuk itu, kata Chen, melangkah ke pasar internasional menjadi salah satu cara melakukannya.
General Manager Fu Hua Intelligence, Ma Chin-yao (馬瑾瑤), menunjukkan bahwa investasi perusahaan tersebut di hak karbon Indonesia yang disebabkan isu keberlanjutan bukan hanya tren global saja, tetapi juga kunci bagi perusahaan untuk terintegrasi dengan standar internasional.
"Pengembangan pasar karbon Taiwan masih dalam tahap awal, sehingga kami berharap dapat segera bergabung dengan pasar, yang selain membantu perusahaan Taiwan juga dapat membantu perusahaan internasional," ujar Ma.
Ma menyatakan bahwa proyek pengembangan hak karbon Fu Hua Intelligencedi Indonesia telah memasuki tahap verifikasi, yang memerlukan banyak sumber daya dan waktu, dan diperkirakan akan memakan 1 hingga 2 tahun lagi untuk direalisasikan.
Nantinya, kata Ma, transaksi akan dilakukan melalui bursa hak karbon di berbagai negara dan situs perdagangan karbon internasional.
Ma menyatakan bahwa hak karbon adalah solusi terakhir untuk pemanasan global, setelah upaya penghematan energi dan penggunaan energi hijau oleh perusahaan.
Karena perusahaan masih memerlukan hak karbon, terutama hak karbon alami, untuk mencapai tujuan netralitas karbon lebih cepat, masa depan pasar karbon internasional tampaknya sangat menjanjikan, tambah Ma.
(Oleh Zachary Lee dan Jason Cahyadi)
Selesai/JA