Film dokumenter Indonesia, Tuned In, tayang di World Premiere Taoyuan

01/09/2025 14:54(Diperbaharui 01/09/2025 14:54)

Untuk mengaktivasi layanantext-to-speech, mohon setujui kebijakan privasi di bawah ini terlebih dahulu

Film dokumenter panjang “Tuned In” karya sutradara Martin Rustandi, telah digelar World Premiere di Taoyuan Film. (Sumber Foto : Martin Rustandi)
Film dokumenter panjang “Tuned In” karya sutradara Martin Rustandi, telah digelar World Premiere di Taoyuan Film. (Sumber Foto : Martin Rustandi)

Taoyuan, 1 Sep. (CNA) Film dokumenter panjang “Tuned In” karya sutradara Martin Rustandi, seorang sineas Indonesia yang berbasis di Taiwan, telah digelar World Premiere di Taoyuan Film. Festival tersebut diselenggarakan pada Sabtu (23/8) bertempat di SBC Xingqiao International Cinema (星橋國際影城) dan 31 Agustus di Tonlin Vieshow Cinema (統領威秀影城), tulis rilis pers dari Martin yang diterima oleh CNA.

Martin Rustandi, seorang sineas Indonesia yang berbasis di Taiwan sutradara dari film Tuned In. (Sumber Foto : Martin Rustandi)
Martin Rustandi, seorang sineas Indonesia yang berbasis di Taiwan sutradara dari film Tuned In. (Sumber Foto : Martin Rustandi)

Acara pemutaran perdana ini dihadiri oleh sang sutradara Martin Rustandi, bersama tiga tokoh utama dokumenter yaitu Zane, Ela, dan Ricky, beserta kerabat dekat mereka. Film tersebut menceritakan kisah dari Zane, seorang anak berusia 10 tahun yang lahir dan besar di Taiwan, yang untuk pertama kalinya mengikuti siaran radio berbahasa Indonesia. 

Martin Rustandi sang sutradara (kiri) bersama Zane (tengah) tokoh utama dokumenter seorang anak berusia 10 tahun yang lahir dan besar di Taiwan dan Ella (kanan) ibu dari Zane. (Sumber Foto : Martin Rustandi).
Martin Rustandi sang sutradara (kiri) bersama Zane (tengah) tokoh utama dokumenter seorang anak berusia 10 tahun yang lahir dan besar di Taiwan dan Ella (kanan) ibu dari Zane. (Sumber Foto : Martin Rustandi).

Melalui pengalaman ini, ia perlahan belajar memahami identitasnya sebagai anak keturunan Indonesia, sekaligus membuka ruang penyembuhan bagi luka masa kecil kedua orang tuanya. Selain Zane dan keluarganya, film ini juga menampilkan tiga tokoh lain dengan latar belakang unik seperti Melati, seorang seniman seni tari, Nita, mantan pekerja migran yang kini menjadi mahasiswa, dan Pindy, perawat migran yang bertransformasi menjadi seniman lilin karet (dough figurine).

Mereka semua menghadirkan kisah tentang cinta, kerinduan, dan hubungan yang tak terputus dengan keluarga di Indonesia. Film tersebut juga menghadirkan sentuhan perspektif baru tentang definisi migran. 

Berbeda dari gambaran klise tentang pekerja migran, Tuned In justru menghadirkan potret keseharian yang lembut dan penuh kerendahan hati. Para karakter tampil apa adanya, dengan tutur kata dan interaksi yang mencerminkan sifat khas masyarakat Indonesia, penuh sopan santun, hangat, dan bersahaja. 

Saat diwawancarai oleh CNA, Martin sang sutradara berharap agar film terbarunya dapat membuka ruang dialog antara warga Taiwan dan Indonesia.

“Saya berharap film ini bisa membuka ruang dialog baru antara masyarakat Taiwan dan komunitas Indonesia, agar kita bisa saling memahami lebih dalam lewat pengalaman yang personal dan manusiawi.” Ujar Martin.

Martin juga berharap seluruh masyarakat Indonesia di Taiwan bisa turut serta mendukung dengan mengajak teman-teman terdekat dan sahabat Taiwan untuk menyaksikan Tuned In saat rilis komersial di bioskop Taiwan pada 31 Oktober 2025.

Poster fim Tuned In. Martin mengajak teman-teman terdekat dan sahabat Taiwan untuk menyaksikan Tuned In saat rilis komersial di bioskop Taiwan pada 31 Oktober 2025. (Sumber Foto : Martin Rustandi).
Poster fim Tuned In. Martin mengajak teman-teman terdekat dan sahabat Taiwan untuk menyaksikan Tuned In saat rilis komersial di bioskop Taiwan pada 31 Oktober 2025. (Sumber Foto : Martin Rustandi).

Ia pun sempat menyampaikan rasa terima kasih yang mendalam kepada seluruh kru, keluarga, dan sahabat yang telah memberikan dukungan sepanjang proses pembuatan film tersebut, terutama ucapan terima kasih khusus ditujukan kepada Kantor Dagang dan Ekonomi Indonesia (KDEI) Taipei, Kementerian Kebudayaan Taiwan (臺灣文化部) dan Taoyuan Department of Cultural Affairs (桃園文
化局 ) atas dukungan dan kesempatan yang telah diberikan.

Dalam keterangan tersebut dijelaskan bahwa film ini berkolaborasi perdana dengan Gene Yao (姚經玉) dan Henry Lai (黎允文) menjadikan “Tuned In” sebagai film pertama yang mempertemukan Martin Rustandi dengan Executive Producer senior dari Taiwan, Gene Yao, sebuah kolaborasi yang menandai langkah penting dalam perkembangan film dokumenter lintas budaya di Taiwan.

Selain itu, film ini juga menghadirkan kolaborasi dengan komposer ternama Taiwan, seperti Henry Lai (黎允文), seorang musisi dan penata musik film berpengalaman yang telah menggarap puluhan karya layar lebar dan televisi. Henry dikenal luas berkat kepiawaiannya merangkai musik orkestra yang puitis sekaligus emosional, dan dalam film “Tuned In” ia menghadirkan warna musikal yang memperdalam
pengalaman emosional penonton.

Film ini merupakan feature documentary kedua karya Martin Rustandi, setelah film debutnya The Road Less Traveled. Usai pemutaran perdana di Taoyuan Film Festival (桃園電影節), film ini akan
melanjutkan perjalanannya ke 2025 World Ethnic Film Festival (世界⺠族電影節) yang akan diselenggarakan pada 12–21 September 2025 di enam kota besar Taiwan seperti Taipei, Taichung, Chiayi, Tainan, Kaohsiung, dan Hualien. 

(Oleh Miralux)
Selesai/IF

How mattresses could solve hunger
0:00
/
0:00
Kami menghargai privasi Anda.
Fokus Taiwan (CNA) menggunakan teknologi pelacakan untuk memberikan pengalaman membaca yang lebih baik, namun juga menghormati privasi pembaca. Klik di sini untuk mengetahui lebih lanjut tentang kebijakan privasi Fokus Taiwan. Jika Anda menutup tautan ini, berarti Anda setuju dengan kebijakan ini.
Diterjemahkan oleh AI, disunting oleh editor Indonesia profesional.