Taipei, 2 Juli (CNA) Satu lagi kematian bayi baru lahir yang terkait dengan komplikasi enterovirus, yang kelima pada 2025, telah dikonfirmasi, Pusat Pengendalian Penyakit (CDC) Taiwan mengumumkan pada Selasa (1/7).
Kematian tersebut melibatkan seorang bayi laki-laki prematur yang mulai menunjukkan gejala lesu dan tidak aktif pada usia empat hari, menurut siaran pers CDC.
Bayi baru lahir tersebut kemudian mengalami tanda-tanda sepsis neonatal, termasuk miokarditis, hepatitis, syok, dan kegagalan multi organ, dan meninggal tiga hari setelah menunjukkan gejala, kata CDC.
Dalam konferensi pers, juru bicara CDC Lo Yi-chun (羅一鈞) mengatakan bayi laki-laki tersebut dinyatakan positif enterovirus. Meskipun strain spesifiknya belum dikonfirmasi, gejala dan perkembangan penyakitnya sangat mengarah pada enteric cytopathic human orphan virus 11 (Echo 11).
Lo mengatakan bahwa epidemi enterovirus pada bayi yang sedang berlangsung di Taiwan mungkin akan berlanjut hingga akhir Juli, sehingga CDC telah memerintahkan 1.720 pusat penitipan anak dan 255 pusat perawatan pascapersalinan di seluruh negeri untuk melakukan penilaian mandiri terhadap langkah-langkah pencegahan enterovirus mereka sebelum 15 Juli.
Pemerintah daerah akan memeriksa hasil penilaian tersebut, katanya.
Lee Chia-lin (李佳琳), wakil direktur Pusat Intelijen Epidemi CDC, mengatakan bahwa total 6.696 orang mencari bantuan medis untuk enterovirus dari 22-28 Juni, menandai penurunan 2,8 persen dari pekan sebelumnya.
Dia mengatakan bahwa pemantauan laboratorium selama empat minggu terakhir menunjukkan Echo 11 sebagai strain yang paling dominan.
Total sembilan kasus enterovirus berat telah tercatat pada 2025, tertinggi dalam hampir enam tahun, dengan enam di antaranya berujung pada kematian, kata Lee.
Di antara kasus tersebut, enam merupakan kasus berat pada bayi, lima di antaranya berakibat kematian. Lima melibatkan strain Echo 11, sementara yang keenam masih dalam penyelidikan, tambahnya.
Terkait wabah enterovirus secara umum, Lo mencatat bahwa penurunan kunjungan klinik baru-baru ini mungkin disebabkan oleh dimulainya liburan musim panas, yang mengurangi kerumunan besar di lingkungan sekolah.
Namun, ia memperingatkan bahwa dengan banyaknya kegiatan musim panas yang akan dimulai dalam beberapa minggu mendatang, epidemi ini bisa kembali meningkat.
Selesai/JC