Taipei, 4 Des. (CNA) Kementerian Pendidikan (MOE) Taiwan menyampaikan hari Senin (2/12) mereka mengadakan seminar yang mengundang sekolah-sekolah untuk berbagi pengalaman dalam menyediakan toilet dan asrama ramah gender, untuk mendorong lingkungan ramah gender di perguruan tinggi.
MOE dalam siaran pers menyatakan bahwa sejak diberlakukannya Undang-Undang Pendidikan Kesetaraan Gender pada 2004, mereka terus menjunjung tujuan untuk "Menghapus diskriminasi gender dan menjaga martabat manusia."
Dalam beberapa tahun terakhir, kata kementerian tersebut, kesadaran gender di kalangan siswa meningkat, dan perhatian terhadap kondisi serta hak siswa transgender semakin mendapatkan perhatian.
Untuk menciptakan kenyamanan, MOE menyampaikan, pada Juli 2022 mereka telah mengeluarkan pedoman "Toilet dan Asrama Ramah Gender di Kampus", dan disusul pada April tahun ini, mereka juga menyelesaikan "Panduan Referensi untuk Pembangunan Toilet Ramah Gender di Kampus Perguruan Tinggi".
MOE menjelaskan bahwa mereka telah mengadakan seminar pada 23 September dan hari Senin dengan mengundang staf sekolah dari unit administrasi, Komite Pendidikan Kesetaraan Gender, dan unit kemahasiswaan, untuk memperdalam pemahaman teoritis dan praktis tentang toilet dan asrama ramah gender.
Dalam seminar itu, profesor National Taiwan University, Bih Herng-dar (畢恆達) menjelaskan "Panduan Referensi untuk Pembangunan Toilet Ramah Gender di Kampus Perguruan Tinggi", menurut MOE.
Sementara itu, kementerian tersebut menunjukkan, Kepala Kantor Urusan Kemahasiswaan National Taiwan Normal Unversity, Lin Mei-chun (林玫君) berbagi konsep serta contoh dari asrama ramah gender.
Para peserta dari berbagai sekolah juga mendiskusikan pengalaman mereka tentang toilet dan asrama ramah gender, di mana selain menyerap dari keberhasilan, mereka juga aktif membahas masalah dan tantangan yang dihadapi, kata MOE.
MOE menyatakan mereka berharap bahwa keberhasilan pembangunan ruang ramah gender di kampus perguruan tinggi dapat direplikasi ke seluruh penjuru kampus, sehingga kesetaraan gender yang nyata dapat terwujud, menghapus diskriminasi gender, menjaga martabat manusia, melindungi hak siswa transgender, dan menciptakan lingkungan kampus yang inklusif.
(Oleh Hsu Chi-wei dan Antonius Agoeng Sunarto)
Selesai