Taipei, 4 Sep (CNA) Tarif impor Amerika Serikat (AS) tidak boleh dijadikan dalih untuk menunda kenaikan upah pekerja Taiwan, karena persoalan gaji rendah sudah mendesak, kata kelompok buruh pada Kamis (4/9), menjelang sidang bulan ini untuk membahas apakah upah minimum 2026 perlu disesuaikan.
Sekretaris Jenderal Taiwan Labour Front (TLF), Yang Shu-wei (楊書瑋) dalam sebuah konferensi pers menekankan bahwa meski kondisi perdagangan global tidak pasti, banyak negara sudah memastikan akan menaikkan upah minimum tahun depan.
Yang menilai Taiwan seharusnya juga mengambil langkah serupa untuk menjaga daya beli pekerja dan mendorong permintaan domestik.
Ia menjelaskan, data menunjukkan bahwa kenaikan upah minimum di Taiwan beberapa tahun terakhir tidak menimbulkan efek negatif besar seperti kekhawatiran akademisi tentang relokasi perusahaan atau lonjakan pengangguran.
Menurutnya, tingkat pengangguran pada kelompok usia 15–29 tahun tidak terdampak, sementara indeks harga konsumen dalam beberapa tahun terakhir juga tidak berkaitan langsung dengan penyesuaian upah.
Wakil Ketua Confederation of Taipei Trade Unions, Wang Yen-chieh (王燕杰), mengatakan mayoritas pekerja di perkotaan bekerja di sektor jasa dengan gaji mendekati upah minimum.
Sementara itu, harga sewa rumah yang tinggi membuat pekerja harus menghabiskan sepertiga hingga setengah gajinya hanya untuk tempat tinggal, sehingga hidup layak sangat sulit dipenuhi, ujarnya.
Wang mengkritik Menteri Urusan Ekonomi Kung Ming-hsin (龔明鑫) yang fokus pada pengurangan upah minimum demi pertumbuhan ekonomi, tetapi mengabaikan kebutuhan memperkuat konsumsi domestik ketika ekspor ke AS terganggu.
Menurutnya, memberi ruang pekerja memiliki lebih banyak sisa uang untuk belanja lokal juga sama pentingnya untuk mendorong ekonomi.
Senada, Ketua Kaohsiung City Confederation of Trade Union, Yeh Pin-yen (葉品言), menambahkan bahwa upah minimum merupakan jaring pengaman bagi pekerja untuk hidup layak.
Ia menilai pernyataan Wang menunjukkan bahwa kebijakan ekonomi Taiwan dibangun di atas pengorbanan pekerja, yang tidak adil.
Yang menekankan bahwa fluktuasi pasar saham tidak banyak memengaruhi pekerja biasa, sehingga pemerintah perlu memastikan upah minimum naik ke tingkat yang wajar.
Dalam situasi kekurangan tenaga kerja dan kenaikan harga, kata Yang, target NT$30.000 (Rp16,065 juta) per bulan dinilai sebagai sasaran realistis sekaligus layak diperjuangkan.
(Oleh Wu Hsin-yun dan Agoeng Sunarto)
Selesai/JC