Taipei, 18 Juni (CNA) Pusat Pengendalian Penyakit (CDC) hari Senin (16/6) mengumumkan kasus pertama ensefalitis Jepang di Taiwan tahun ini pada seorang pria peternak di Kabupaten Chiayi yang tidak punya riwayat perjalanan luar negeri.
Juru Bicara CDC Lo Yi-chun (羅一鈞), Senin menjelaskan bahwa pasien berusia 50-an di Kelurahan Dalin itu pada 6 Juni mengalami gejala tidak enak badan, dan pada 7 Juni pergi ke IGD karena demam. Ia kembali dua kali ke poliklinik pada 8 Juni karena demam yang berlanjut dan gejala agitasi, tambah Lo.
Karena pada 9 Juni demamnya tidak mereda dan muncul perubahan kesadaran berupa bicara yang melambat, pasien kembali ke instalasi gawat darurat dan kemudian dirawat inap, kata Lo, menambahkan bahwa setelah dilaporkan dan diuji oleh rumah sakit, ia dikonfirmasi mengidap ensefalitis Jepang.
Pasien sempat dirawat di ruang perawatan intensif, namun gejalanya telah sedikit membaik dan hingga Senin masih menjalani perawatan di rumah sakit, kata Lo hari itu.
Juga pada Senin, Departemen Kesehatan Kabupaten Chiayi menjelaskan bahwa pasien yang tidak tercatat pernah menerima vaksin itu tidak memiliki riwayat perjalanan luar negeri.
Namun, tambah departemen tersebut, di lingkungan tempat tinggal pasien ada kandang merpati dan babi serta area sawah berair, yang merupakan tempat berkembang biak nyamuk penyebar virus.
Departemen kesehatan mengatakan tiga kandang babi di sekitar telah dipasangi perangkap nyamuk dan peternak setempat diberikan penyuluhan, sementara masyarakat dianjurkan berkonsultasi ke Klinik Perjalanan RS Chang Gung Chiayi untuk vaksinasi.
Virus ini dibawa nyamuk seperti Culex tritaeniorhynchus yang banyak ditemukan di sawah, kolam, dan saluran irigasi, terutama aktif saat senja dan fajar, kata departemen tersebut.
Sebagian besar orang yang terinfeksi tidak menunjukkan gejala, tetapi beberapa bisa mengalami sakit kepala, demam, kebingungan, lemas, bahkan koma atau kematian, kata departemen kesehatan.
Departemen kesehatan menekankan bahwa vaksinasi adalah langkah pencegahan paling efektif, dengan anak-anak wajib mendapatkan dua dosis: saat berusia 15 bulan dan satu tahun setelahnya.
Departemen tersebut meminta orang tua memastikan anak mereka mendapat imunisasi tepat waktu di puskesmas atau fasilitas kesehatan yang ditunjuk.
Data pemantauan CDC menunjukkan bahwa di Taiwan, musim penyebaran ensefalitis Jepang biasanya berlangsung dari Mei hingga Oktober, dengan puncaknya pada bulan Juni hingga Juli.
Jumlah kasus yang dikonfirmasi pada periode yang sama tahun 2021 hingga 2024 masing-masing adalah lima, empat, tujuh, dan sepuluh, dengan mayoritas penderitanya adalah orang dewasa di atas 40 tahun, meskipun semua kelompok usia tetap berisiko tertular, kata CDC.
(Oleh Huang Kuo-fang, Antonius Agoeng Sunarto, Tseng Yi-ning, dan Jason Cahyadi)
Selesai/IF