Kepala KDEI kunjungi ABK di Pelabuhan Wanli dan Badouzi, tindak oknum agensi yang telantarkan PMI

10/02/2025 19:37(Diperbaharui 10/02/2025 19:37)

Untuk mengaktivasi layanantext-to-speech, mohon setujui kebijakan privasi di bawah ini terlebih dahulu

Kepala KDEI Arif Sulistiyo (7 dari kiri) berfoto bersama perwakilan ABK dan staf KDEI di Pelabuhan Wanli, Kota New Taipei. (Sumber Foto : KDEI)
Kepala KDEI Arif Sulistiyo (7 dari kiri) berfoto bersama perwakilan ABK dan staf KDEI di Pelabuhan Wanli, Kota New Taipei. (Sumber Foto : KDEI)

Taipei, 10 Feb. (CNA) Kepala Kantor Dagang dan Ekonomi Indonesia (KDEI) Taipei, Arif Sulistiyo melakukan kunjungan pada Minggu (9/2) ke Pelabuhan Wanli di Kota New Taipei, serta Pelabuhan Badouzi di Kota Keelung untuk berdialog bersama para anak buah kapal (ABK) atau nelayan migran lokal setempat. 

Arif menyapa sekitar 30 ABK asal Indonesia yang bekerja di Pelabuhan Wanli sekaligus mendengarkan aspirasi mereka, serta meninjau fasilitas dasar yang tersedia di pelabuhan, menurut informasi rilis pers yang dikeluarkan oleh media sosial KDEI.

Kepala KDEI tersebut juga mengunjungi tempat berkumpul para ABK, yaitu Musala Nurus-Syifaa yang baru saja diresmikan pada 27 Januari 2025 untuk berdialog bersama. 

Kepala KDEI mengunjungi Musala Nurus-Syifaa yang diresmikan pada 27 Januari 2025 untuk berdialog bersama. (Sumber Foto : KDEI)
Kepala KDEI mengunjungi Musala Nurus-Syifaa yang diresmikan pada 27 Januari 2025 untuk berdialog bersama. (Sumber Foto : KDEI)

Sutarno, seorang ABK nelayan migran sekaligus ketua Wanli Community—komunitas para ABK yang menetap di Wanli—mengungkapkan rasa syukur atas berdirinya musala yang telah diperjuangkan selama 16 tahun.

“Berkat bantuan KDEI Taipei, otoritas Taiwan, LSM Taiwan, dan komunitas PMI, akhirnya musala yang sudah diperjuangkan 16 tahun ini bisa terwujud.” Ujar Sutarno yang dikutip dari media sosial KDEI.

Berdasarkan informasi yang disampaikan KDEI, ada sekitar 90 ABK asal Indonesia yang kapalnya berlabuh di Pelabuhan Wanli, dan sebagian dari jumlah tersebut berlayar sampai ke beberapa daerah di Taiwan, seperti Yilan. 

Kepala KDEI Arif Sulistiyo (menggunakan peci) berdialog bersama perwakilan ABK di pelabuhan Wanli. (Sumber Foto : KDEI)
Kepala KDEI Arif Sulistiyo (menggunakan peci) berdialog bersama perwakilan ABK di pelabuhan Wanli. (Sumber Foto : KDEI)

Dalam pertemuan tersebut, para ABK ini menyampaikan beberapa aspirasi, di antaranya penyediaan tempat berlindung ketika terjadi taifun karena selama ini mereka tinggal di atas kapal. Mereka juga berharap agar terdapat mess karyawan bagi ABK yang sedang mencari majikan baru.

KDEI Taipei menerima pengaduan terkait majikan yang menunggak gaji ABK akibat masalah pribadi yang dihadapi majikan tersebut dan berjanji akan menindaklanjuti pengaduan ini.

Arif juga mengunjungi Pelabuhan Badouzi di Kota Keelung sekaligus membuka konsultasi dengan para ABK atas permasalahan yang dihadapi. 

Menurut informasi yang tertulis pada laman resminya, ada sekitar 400 ABK yang berlabuh, baik yang tinggal menetap di sana (Badouzi) maupun ABK rantauan dari pelabuhan lain.

Saat berkeliling pelabuhan tersebut, Arif menyapa seorang ABK yang sudah bekerja hampir 12 tahun, yang sedang berada di atas kapal rantauan dari Kabupaten Penghu. Kepada Arif, ABK tersebut menyampaikan rasa syukurnya karena bekerja dengan majikan yang tetap menggajinya meski sedang tidak berlayar. Bahkan majikannya saat ini sedang membantunya menjadi Pekerja Teknis Tingkat Menengah (PTTM), menurut informasi yang disampaikan.

Arif Sulistiyo, Kepala KDEI berdialog bersama salah satu ABK di atas kapalnya di Pelabuhan Badouzi di Kabupaten Keelung. (Sumber Foto : KDEI)
Arif Sulistiyo, Kepala KDEI berdialog bersama salah satu ABK di atas kapalnya di Pelabuhan Badouzi di Kabupaten Keelung. (Sumber Foto : KDEI)

Salah satu ABK mengungkapkan keresahannya dalam sebuah diskusi di Musala Darul Iman terkait beberapa ABK yang telah bekerja hampir 12 tahun di Taiwan, namun majikan enggan mengubah status mereka menjadi PTTM.

Pada diskusi tersebut juga disampaikan bahwa ada ABK yang kabur, bahkan sebelumnya sudah ada rekan ABK yang melarikan diri karena masih memiliki tanggungan di Indonesia, meskipun izin tinggalnya di Taiwan sudah mencapai 12 tahun.

"Jika sudah habis 12 tahun, pulang ke Indonesia sambil menunggu kemungkinan adanya kebijakan baru dari Taiwan karena kalau kabur, sangat berisiko," imbau Arif Sulistiyo.

Dalam diskusi itu juga disampaikan mengenai permasalahan ABK yang hilang di laut. KDEI Taipei menjelaskan penanganan yang telah dilakukan, yaitu dengan mengajukan klaim Jaminan Sosial BPJS Ketenagakerjaan dan Asurasi Ketenagakerjaan Taiwan.

Diskusi ketenagakerjaan bersama para ABK yang dilaksanakan di Musala Darul Iman, Pelabuhan Badouzi di Kabupaten Keelung. (Sumber Foto : KDEI)
Diskusi ketenagakerjaan bersama para ABK yang dilaksanakan di Musala Darul Iman, Pelabuhan Badouzi di Kabupaten Keelung. (Sumber Foto : KDEI)

Ketika CNA menanyakan tujuan kunjungan tersebut, melalui pesan singkatnya Arif mengatakan bahwa hal tersebut untuk memastikan para pekerja migran Indonesia (PMI) mendapatkan pelindungan yang sudah seharusnya diberikan oleh pemberi kerja maupun agensi sebagaimana amanat dalam UU 18/2017 maupun PP No. 9/2021.

“Saya tegas pada oknum agensi yang menelantarkan PMI. Mulai Hari ini (sudah ada beberapa oknum agensi yang kita ambil tindakan), kita melakukan tunda layanan (penangguhan) ke beberapa oknum agensi yang menelantarkan PMI. Oknum agensi tersebut tidak akan bisa lagi memberangkatkan PMI lainnya hingga masalah tersebut selesai.” Ujar Arif yang pernah bertugas di Taiwan pada periode sebelumnya. 

Arif juga mengatakan bahwa ia menemukan banyak sekali tempat-tempat di pelabuhan yang tidak memiliki fasilitas dasar. Ia menambahkan, pihaknya akan meminta ke otoritas Taiwan untuk menyediakan fasilitas tersebut di antaranya fasilitas mandi cuci kakus (MCK) yang layak, air panas (terutama di musim dingin), tempat berkumpul, beribadah dan listrik 24 jam untuk mengisi daya baterai telepon genggam untuk komunikasi dengan keluarga ABK.

Melalui CNA, tak lupa Arif berpesan kepada para ABK di seluruh Taiwan untuk memperhatikan aspek keselamatan kerja, mematuhi aturan yang berlaku, menjauhi narkoba, menjaga kerukunan, menjaga fasilitas yang telah tersedia, dan tetap berkomunikasi dengan keluarga. 

“Saya juga mengimbau bagi PMI yang mengalami masalah dengan agensi atau majikan tidak menjadi PMI kaburan karena akan rentan mengalami berbagai masalah lainnya,” ujar Arif menambahkan. 

(Oleh Miralux)

Selesai/JA

How mattresses could solve hunger
0:00
/
0:00
Kami menghargai privasi Anda.
Fokus Taiwan (CNA) menggunakan teknologi pelacakan untuk memberikan pengalaman membaca yang lebih baik, namun juga menghormati privasi pembaca. Klik di sini untuk mengetahui lebih lanjut tentang kebijakan privasi Fokus Taiwan. Jika Anda menutup tautan ini, berarti Anda setuju dengan kebijakan ini.
Diterjemahkan oleh AI, disunting oleh editor Indonesia profesional.