Penari api Taiwan yang ditahan oleh sindikat penipuan di Myanmar kembali dengan selamat

14/01/2025 19:55(Diperbaharui 14/01/2025 19:55)

Untuk mengaktivasi layanantext-to-speech, mohon setujui kebijakan privasi di bawah ini terlebih dahulu

Hsieh Yueh-peng dalam sebuah wawancara dengan CNA. (Sumber Foto : CNA, 14 Januari 2025)
Hsieh Yueh-peng dalam sebuah wawancara dengan CNA. (Sumber Foto : CNA, 14 Januari 2025)

Bangkok, 14 Jan. (CNA) Seorang penari api asal Taiwan yang disekap oleh sindikat kriminal di Myanmar sejak akhir Desember telah dibebaskan dan kembali dengan selamat ke Taiwan pada Selasa pagi (14/1).

Hsieh Yueh-peng (謝岳鵬) (27) kembali ke Bangkok pada Selasa dini hari dari perbatasan Thailand-Myanmar berkat upaya bersama kepolisian Taiwan dan Thailand, sebelum melanjutkan penerbangan dari Bangkok ke Bandara Internasional Taoyuan.

Pembebasan Hsieh berhasil dilakukan melalui kolaborasi Kantor Perwakilan Taiwan di Thailand, Biro Investigasi Kriminal Taiwan, petugas penghubung Direktorat Jenderal Imigrasi Taiwan di Thailand, Taiwan International Anti-Scam Association, dan departemen Kepolisian Pariwisata Thailand, menurut informasi yang diperoleh CNA.

Pihak kepolisian yang terlibat dalam kasus ini tidak mengungkapkan apakah keluarga Hsieh membayar uang tebusan yang diminta untuk pembebasannya.

Menurut kepolisian Taoyuan, Hsieh terakhir kali menghubungi keluarganya pada 25 Desember setelah tiba di Thailand. Ia kemudian meminta keluarganya puluhan ribu dolar AS, memberi tahu mereka bahwa ia ditahan untuk tebusan dan dipaksa melakukan penipuan telekomunikasi, kata kepolisian.

Berdasarkan data telepon, lokasi terakhir yang diketahui Hsieh adalah di Myanmar, kata polisi.

Keluarga Hsieh melaporkan ia hilang ke kantor perwakilan Taiwan di Myanmar pada 27 Desember, menurut Kementerian Luar Negeri (MOFA) Taiwan, yang menyatakan telah berusaha menemukan Hsieh "Melalui jalur yang tersedia."

Dalam sebuah wawancara dengan CNA di Bandara Suvarnabhumi sebelum kembali ke Taiwan, Hsieh, seorang penari api profesional, mengatakan ia terbang ke Thailand setelah merespons iklan pekerjaan di Facebook.

Orang yang menghubunginya melalui Facebook menawarkan bayaran yang wajar untuk penampilan tari apinya, kata Hsieh.

Setelah mendarat di Bangkok, ia dibawa ke sebuah hotel di Mae Sot, kota di barat Thailand yang berbatasan dengan Myanmar.

Namun, hanya tiga jam setelah berada di hotel, seseorang mengetuk pintunya dan membawanya ke tepi sungai.

Di sana, ia dipaksa naik perahu dan mulai menyadari ada yang tidak beres karena orang-orang di sekitarnya tidak berbicara bahasa Thailand. 

Setelah menyerahkan ponselnya, Hsieh dikelilingi oleh orang-orang bersenjata dan dipaksa masuk ke truk penuh dengan pria yang tampak seperti personel militer sebelum dikirim ke "pabrik penipuan".

Di sana, ia diberitahu bahwa ia harus bekerja dalam sindikat penipuan tersebut dan tidak akan diizinkan pergi kecuali keluarganya membayar tebusan sebesar US$30,000 (Rp489,1 juta).

Saat bekerja di pabrik tersebut, Hsieh berhasil menggunakan komputer untuk menghubungi keluarganya di Taiwan, tetapi ia kemudian dihukum dan ditahan di pangkalan militer terdekat selama sembilan hari.

Hsieh berhasil menggunakan komputer untuk menghubungi keluarganya di Taiwan, tetapi ia kemudian dihukum dan ditahan di pangkalan militer terdekat selama sembilan hari. (Sumber Foto : Kepolisian Thailand)
Hsieh berhasil menggunakan komputer untuk menghubungi keluarganya di Taiwan, tetapi ia kemudian dihukum dan ditahan di pangkalan militer terdekat selama sembilan hari. (Sumber Foto : Kepolisian Thailand)

Hsieh mengimbau warga Taiwan untuk waspada terhadap penipuan pekerjaan serupa yang menawarkan pekerjaan mudah dengan bayaran tinggi di luar negeri. 

Ia mengatakan kepada CNA kesediaannya menjadi relawan untuk pemerintah guna menyebarkan informasi tentang bahaya penipuan tersebut.

MOFA memperingatkan warga Taiwan yang bepergian ke Asia Tenggara agar tetap waspada di tengah laporan mengenai orang-orang yang dipaksa bekerja untuk sindikat kriminal di Myanmar setelah tiba di kawasan tersebut dari Thailand.

Hingga 10 Januari, MOFA menyebutkan bahwa pemerintah telah membantu memulangkan 1.533 warga Taiwan, banyak di antaranya telah terjebak di negara-negara Asia Tenggara sejak pertengahan 2022 melalui janji pekerjaan bergaji tinggi, tetapi dipaksa bekerja dalam sindikat penipuan.

Saat ini, diperkirakan masih ada 500 warga Taiwan yang bekerja untuk sindikat penipuan di negara-negara Asia Tenggara, menurut MOFA.

(Oleh Lu Hsin-hui, Joseph Yeh, dan Jennifer Aurelia)

>Versi Bahasa Inggris

Selesai/JC

How mattresses could solve hunger
0:00
/
0:00
Kami menghargai privasi Anda.
Fokus Taiwan (CNA) menggunakan teknologi pelacakan untuk memberikan pengalaman membaca yang lebih baik, namun juga menghormati privasi pembaca. Klik di sini untuk mengetahui lebih lanjut tentang kebijakan privasi Fokus Taiwan. Jika Anda menutup tautan ini, berarti Anda setuju dengan kebijakan ini.
Diterjemahkan oleh AI, disunting oleh editor Indonesia profesional.